Mohon tunggu...
Alykha Anindya Widiansyah
Alykha Anindya Widiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN syarif Hidayatullah Jakarta

Staff of Public Relation at AIESEC in UIN JAKARTA | Islamic Community Development Undergraduate student at UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dzikir dan Wirid: Inti dari Amalan Tarekat dalam Tasawuf

3 Januari 2025   12:55 Diperbarui: 3 Januari 2025   13:33 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belongs to Courtesy

Tasawuf adalah dimensi spiritual Islam yang berfokus pada penyucian jiwa dan penghayatan mendalam terhadap kehadiran Allah. Dalam tradisi tasawuf, tarekat adalah salah satu jalan yang dirancang untuk membantu individu mencapai tujuan tersebut. Tarekat tidak hanya sekadar metode, tetapi juga sebuah disiplin yang mengarahkan seorang murid melalui proses transformasi spiritual di bawah bimbingan seorang mursyid. Di antara berbagai amalan yang diajarkan dalam tarekat, dzikir dan wirid menempati posisi yang sangat penting. Artikel ini akan mengupas peran, metode, dan manfaat dzikir serta wirid, yang menjadi inti dari perjalanan spiritual dalam tarekat.  

Pengertian Dzikir dan Wirid 
Dzikir, yang berasal dari kata dzakara dalam bahasa Arab, memiliki arti "mengingat". Dalam konteks Islam, dzikir adalah bentuk ibadah yang bertujuan untuk mengingat Allah dengan melafalkan nama-nama-Nya, membaca ayat-ayat Al-Qur'an, atau mengucapkan kalimat thayyibah seperti Subhanallah, Alhamdulillah, La ilaha illallah, dan Allahu Akbar. Dzikir bukan sekadar ritual lisan; ia adalah praktik yang melibatkan hati, pikiran, dan jiwa untuk terus terhubung dengan Allah.  

Di sisi lain, wirid adalah kumpulan bacaan atau doa tertentu yang dilakukan secara rutin dan terstruktur. Wirid biasanya diberikan oleh seorang mursyid kepada murid sebagai amalan khusus yang dirancang sesuai dengan kebutuhan spiritual murid tersebut. Wirid bukan hanya sekadar aktivitas rutin, tetapi juga latihan yang bertujuan untuk membangun kedisiplinan, memperkuat konsistensi, dan menanamkan kebiasaan mengingat Allah dalam kehidupan sehari-hari.  

Dzikir dan Wirid dalam Perspektif Tarekat  
Dalam tarekat, dzikir dan wirid tidak hanya menjadi alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga merupakan metode untuk membentuk kepribadian spiritual seorang murid. Sebagai contoh, dalam Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN), dzikir menjadi sarana utama untuk mencapai ketenangan batin dan kesadaran akan kehadiran Allah. Mursyid, sebagai pembimbing spiritual, memberikan talqin dzikir kepada murid sebagai bentuk penyambungan spiritual antara murid dan Allah melalui jalur mursyid.  

Dzikir dalam tarekat sering kali dilakukan dengan metode tertentu, seperti dzikir jahr (lantang) atau dzikir khafi (diam). Dzikir jahr biasanya dilakukan secara kolektif di tempat khusus seperti zawiyah atau ribath, menciptakan suasana yang khusyuk dan penuh semangat. Sebaliknya, dzikir khafi lebih bersifat introspektif, dilakukan dalam hati untuk membantu murid mencapai kedalaman spiritual yang lebih besar.  

Wirid, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tarekat, dirancang untuk dilakukan secara konsisten. Setiap wirid memiliki struktur tertentu, baik dalam hal bacaan maupun jumlah pengulangannya. Hal ini bertujuan untuk melatih murid agar tetap fokus dan disiplin dalam menjalani kehidupan spiritualnya.  

Komponen Penting dalam Pelaksanaan Dzikir dan Wirid 
Pelaksanaan dzikir dan wirid dalam tarekat melibatkan beberapa komponen utama yaitu:  

  • Mursyid:Mursyid adalah tokoh sentral dalam tarekat yang memiliki peran sebagai pembimbing spiritual. Ia tidak hanya memberikan talqin dzikir, tetapi juga membimbing murid dalam memahami makna dan tujuan dzikir serta wirid. Dalam tradisi tarekat, hubungan antara mursyid dan murid sangat erat dan penuh kepercayaan. Mursyid dianggap sebagai penerus mata rantai spiritual yang menghubungkan murid dengan Rasulullah melalui silsilah yang jelas.  
  • Murid: Murid adalah individu yang berkomitmen untuk menjalani disiplin tarekat di bawah bimbingan mursyid. Sebagai bagian dari komitmen ini, murid diwajibkan untuk menjalankan dzikir dan wirid dengan penuh ketaatan. Murid juga diharapkan memiliki adab yang baik terhadap mursyid, seperti sikap hormat, ketaatan, dan kesediaan untuk menerima nasihat.  
  • Adab:  Adab atau tata krama adalah elemen penting dalam pelaksanaan dzikir dan wirid. Murid harus menjaga sikap hormat kepada mursyid, baik dalam tindakan maupun ucapan. Sebagai contoh, murid tidak diperbolehkan duduk di tempat yang biasa diduduki mursyid atau memakai barang yang biasa digunakan mursyid. Sikap ini mencerminkan penghormatan yang mendalam terhadap mursyid sebagai pembimbing spiritual.  
  • Tempat Khusus:  Dzikir dan wirid sering kali dilakukan di tempat khusus seperti zawiyah, ribath, atau madrasah tarekat. Tempat-tempat ini dirancang untuk menciptakan suasana yang mendukung konsentrasi dan kekhusyukan dalam beribadah. 

Manfaat Dzikir dan Wirid

Dzikir dan wirid memiliki manfaat yang sangat luas, baik secara spiritual maupun psikologis. Beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh murid antara lain:  

  • Ketenangan Batin: Dzikir membantu menghilangkan kegelisahan dan memberikan ketenangan jiwa. Dalam dunia yang penuh dengan distraksi dan tekanan, dzikir menjadi oase yang menyegarkan hati dan pikiran.  
  • Kesadaran Ilahiah: Dengan melafalkan dzikir, seorang murid senantiasa diingatkan akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupannya. Hal ini membantu murid untuk tetap fokus pada tujuan hidup yang sejati, yaitu ridha Allah.  
  • Pembersihan Hati: Dzikir dan wirid membantu membersihkan hati dari sifat-sifat buruk seperti iri, dengki, dan kesombongan, sekaligus menggantinya dengan sifat-sifat mulia seperti kesabaran, keikhlasan, dan kasih sayang.  
  • Disiplin Spiritual: Wirid yang dilakukan secara konsisten melatih murid untuk disiplin dalam ibadah. Kedisiplinan ini tidak hanya memperkuat hubungan spiritual dengan Allah, tetapi juga membentuk karakter yang tangguh dan bertanggung jawab.  

Kesimpulan 

Dzikir dan wirid adalah inti dari amalan tarekat yang tidak hanya membantu seorang murid mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga membentuk karakter spiritual yang kuat. Dengan bimbingan seorang mursyid, dzikir dan wirid menjadi lebih dari sekadar ritual; keduanya adalah jalan menuju pencerahan spiritual dan kebahagiaan hakiki. Dalam kehidupan modern yang serba sibuk, dzikir dan wirid memberikan ruang untuk merenung, mengingat Allah, dan menemukan kedamaian yang sejati.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun