Mohon tunggu...
Alycia Mutiara Rizky
Alycia Mutiara Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Psychology Graduate - Psychology Writer

Selanjutnya

Tutup

Film

Inside Out 2: Anxiety is Not a Villain

1 Oktober 2024   13:32 Diperbarui: 1 Oktober 2024   13:34 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inside Out 2/foto : disney.id

Hey there! Disney baru saja merilis film "Inside Out 2" pada Juni 2024 dan sekaligus menjadi sekuel dari "Inside Out" pertama. Secara garis besar, film ini menceritakan mengenai kelanjutan Riley saat memasuki usia remaja. Berbagai perubahan tak terduga yang terjadi pada diri Riley. Joy, Sadness, Anger, Fear, dan Disgust yang selama ini menjalankan tugasnya dengan sukses, sepertinya kedatangan 'tamu' baru. Siapakah mereka? Yuk, simak lebih lanjut!

Anxiety, Ennui, Embarrassment, dan Envy hadir sebagai emosi baru dalam diri Riley. Kedatangan mereka bukan semata - mata hanya sebagai emosi baru, tetapi juga menjadi awal bagi Riley memasuki masa remaja atau puberty. Hal ini tentu membawa banyak perubahan pada dinamika psikologis Riley. Singkat cerita, Riley mengikuti Ice Hockey Camp di akhir pekan bersama dengan dua sahabatnya, Grace dan Bree. Pada situasi ini, Joy mengambil kendali dengan maksud agar Riley dapat bersenang - senang dengan kedua sahabatnya. Namun, mengetahui fakta bahwa kedua sahabatnya akan melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda, Anxiety merasa bahwa Riley seharusnya fokus untuk mencari teman baru. Anxiety memutuskan untuk menyingkirkan semua emosi lama dan mengambil kendali penuh terhadap Riley. Hal ini bertujuan agar Riley bisa berteman dengan pemain hockey favoritnya, Val Ortiz, sekaligus dapat bergabung dengan hockey team di sekolah tersebut, yaitu Firehawks. 

Emosi yang didominasi oleh Anxiety, membuat Riley mengabaikan kedua sahabat lamanya dan mengubah jati dirinya agar diterima oleh Firehawks. Sampai puncaknya, Anxiety juga mendorong Riley untuk menyelinap masuk ke ruangan Pelatih Roberts sehingga Riley mengetahui bahwa dirinya dianggap belum siap untuk bergabung ke Firehawks. Karena hal ini, Riley memutuskan untuk berlatih sepanjang malam sampai pagi untuk pertandingan uji coba terakhirnya. Tanpa disadari, Anxiety telah membuat Riley meyakini bahwa dirinya tidak pernah cukup baik untuk orang lain. Dalam pertandingan uji coba terakhir, Riley yang terlalu ambisius untuk memenangkan pertandingan, tidak sengaja melukai Grace sehingga Riley harus masuk ke dalam kotak penalti. Disini Riley mengalami serangan panik yang luar biasa karena Anxiety tidak dapat mengendalikan dirinya. Kemudian Joy yang sudah kembali, berusaha untuk meyakinkan Anxiety bahwa Riley tidak perlu mengubah jati dirinya agar diterima oleh orang lain. Anxiety menyesal dan menyadari dia tidak dapat menentukan siapa diri Riley, begitu juga Joy. Riley sendiri lah yang dapat menentukan siapa dirinya. Setelah semua emosi bekerja sama membentuk jati diri baru dalam diri Riley, serangan panik mereda. Riley dapat menyelesaikan permainan dengan gembira dan berdamai dengan kedua sahabatnya, Grace dan Bree. Selain itu, Riley juga dapat berteman baik dengan Val dan anggota Firehawks lainnya, dengan tetap menjadi dirinya sendiri. 

Inside Out 2/foto : disney.id
Inside Out 2/foto : disney.id
Berdasarkan sinopsis di atas, mungkin kita akan langsung menyimpulkan bahwa Anxiety hanya membawa dampak negatif bagi diri kita. Namun, apakah benar Anxiety hanya memberi dampak yang negatif? Lantas untuk apa Anxiety ada di dalam 'kepala' kita? Anxiety, atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kecemasan, merupakan sebuah firasat mengenai peristiwa mengerikan yang akan terjadi di masa depan (Darajat, 2012). Kecemasan biasanya diikuti dengan beberapa gejala fisik, seperti jantung berdebar, berkeringat, dan kesulitan bernapas (Schwartz, 2000). Kecemasan sering disamakan dengan perasaan takut, padahal keduanya merupakan emosi yang berbeda. Takut biasanya muncul sebagai respon terhadap ancaman yang spesifik dan secara langsung, sedangkan kecemasan ditandai dengan kekhawatiran terhadap bahaya di masa depan yang belum tentu benar adanya (Schwartz, 2000). Terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, seperti pengetahuan seseorang mengenai situasi yang sedang dialami, apakah situasi tersebut mengancam atau tidak, serta pengetahuan mengenai kemampuan dirinya dalam menangani situasi tersebut (Safaria & Saputra, 2012). 

Dalam film Inside Out 2, Anxiety memiliki kemampuan untuk 'memprediksi' masa depan, walaupun prediksi itu belum tentu akan terjadi. Anxiety juga menjelaskan bahwa tujuan dari tindakannya mengambil alih pikiran Riley adalah agar Riley bisa mendapatkan teman baru dan bisa bergabung dengan hockey team di sekolah tersebut. Anxiety hanya khawatir apabila Riley tidak memiliki teman di sekolah barunya nanti, tetapi cara yang dilakukannya ternyata tidak tepat. Dari sini kita dapat melihat bahwa Anxiety atau kecemasan tetap memiliki peran di dalam kehidupan kita. Kecemasan dalam kadar yang wajar dapat memotivasi individu untuk melakukan sesuatu (Juliandari, et al., 2022). Kecemasan juga bermanfaat untuk membuat individu menjadi lebih gigih dan bergerak cepat, bahkan membantu untuk melakukan hal yang luar biasa (Lestari & Yudiarso, 2022). Penelitian oleh Lee, et al. (2006) menyatakan bahwa kecemasan memiliki hubungan terhadap penurunan tingkat kecelakaan yang menyebabkan kematian secara tiba - tiba pada usia dewasa awal. 

Pada akhir film, semua emosi sepakat untuk bekerja sama membantu Riley, karena nyatanya setiap emosi memiliki perannya masing - masing, termasuk Anxiety. Oleh karena itu, Anxiety bukanlah 'penjahat' yang harus kita benci keberadaanya. Anxiety merupakan emosi yang tetap dibutuhkan oleh manusia dan pasti dimiliki oleh semua orang. Akan tetapi, Anxiety dalam kadar yang berlebihan tentu akan berbahaya dan butuh penanganan secara khusus. So, kita harus tetap aware sama kesehatan mental kita! Kalau merasa si Anxiety ini sudah mengganggu kehidupan sehari - hari, jangan ragu untuk meminta bantuan kepada tenaga profesional, yaa. 

See you on the next page.....

Referensi

Darajat, Zakiyah. (2012). Kesehatan Mental. Gunung Agung. 

Juliandari, Y., Astuti, I., & Yuline, Y. (2022). Kecemasan Peserta Didik Saat Mengikuti Pembelajaran Daring Kelas XI SMK Negeri 1 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 11(10), 1968-1978.

Lee, W. E., Wadsworth, M. E., & Hotopf, M. (2006). The protective role of trait anxiety: a longitudinal cohort study. Psychological medicine, 36(3), 345--351. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun