Mohon tunggu...
alyazjannah
alyazjannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tak Terima Ditegur, Siswa di Bima ini Aniaya Guru

14 Desember 2024   12:01 Diperbarui: 14 Desember 2024   12:01 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Insiden pemukulan yang terjadi pada guru Muhammad Sofyan di SMKN 1 Woha,
Bima, menjadi sorotan yang tidak hanya memprihatinkan, tetapi juga menimbulkan
berbagai pertanyaan mendalam mengenai dinamika pendidikan, disiplin, dan hubungan
antara guru dan siswa. Dalam tulisan ini, saya akan membahas berbagai aspek yang terkait
dengan insiden ini, mulai dari latar belakang, dampak, respons dari pihak sekolah dan
masyarakat, hingga langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencegah terulangnya
insiden serupa di masa depan.
Insiden ini berawal dari tindakan yang seharusnya dianggap sebagai bagian dari
tanggung jawab seorang pendidik: menegur siswa yang merokok di dalam kelas.
Merokok tidak hanya melanggar aturan sekolah, tetapi juga dapat merusak kesehatan
siswa dan lingkungan belajar. Muhammad Sofyan, yang berusaha menjalankan tanggung
jawabnya, justru mendapatkan respons agresif dari siswa berinisial MH.
Reaksi MH yang melawan dan menganiaya guru menunjukkan kurangnya rasa
hormat terhadap otoritas dan disiplin. Hal ini mencerminkan masalah yang lebih luas
dalam sistem pendidikan kita, di mana banyak siswa tidak lagi menghargai peran guru
sebagai pendidik. Pertanyaan yang muncul adalah, di mana letak kesalahan dalam
pendidikan karakter yang seharusnya ditanamkan sejak dini?
Beberapa faktor dapat dianggap sebagai penyebab dari insiden ini. Pertama, ada
faktor lingkungan keluarga. Pendidikan karakter yang baik seharusnya dimulai dari
rumah. Jika siswa tidak mendapatkan pendidikan moral yang cukup, mereka cenderung
tidak memiliki pemahaman yang kuat tentang norma dan etika dalam berinteraksi dengan
orang lain, termasuk guru.
Kedua, pengaruh teman sebaya juga memainkan peranan penting. Ketika siswa
merasa bahwa perilaku tertentu, seperti melawan otoritas, dianggap "keren" atau "kuat"
oleh teman-temannya, mereka cenderung mengikuti jejak tersebut. Lingkungan sosial
yang mendukung kekerasan atau ketidakpatuhan dapat memperburuk situasi dan
menyebabkan peningkatan perilaku agresif di sekolah.
Ketiga, ada juga faktor sistemik dalam pendidikan. Ketidakpuasan terhadap
sistem pendidikan, termasuk metode pengajaran yang dianggap tidak efektif atau
kurangnya perhatian terhadap kebutuhan siswa, dapat memicu perilaku negatif. Siswa
yang merasa diabaikan mungkin menunjukkan protes mereka melalui tindakan kekerasan.

Insiden pemukulan ini tentu saja berdampak langsung pada guru Sofyan. Luka
lebam yang dialaminya bukan hanya merupakan cedera fisik, tetapi juga dapat
mengganggu kesehatan mental dan emosionalnya. Seorang guru yang merasa terancam atau tidak dihargai akan sulit untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Rasa percaya diri dan motivasi untuk mengajar dapat menurun, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
kualitas pendidikan yang diterima siswa lainnya.
Bagi siswa, insiden ini menciptakan iklim ketidakpastian dan ketakutan. Melihat
seorang teman mereka berperilaku agresif dapat memengaruhi cara pandang siswa lain
terhadap kekerasan. Jika tindakan MH dianggap tidak mendapatkan konsekuensi yang
serius, maka siswa lain mungkin merasa bahwa mereka juga bisa bertindak dengan cara
yang sama tanpa rasa takut.
Dampak yang lebih luas adalah terhadap lingkungan sekolah secara keseluruhan.
Insiden seperti ini dapat menciptakan budaya ketidakpatuhan dan kekerasan. Ketika siswa
merasa tidak ada konsekuensi nyata bagi tindakan mereka, ini bisa menurunkan disiplin
secara keseluruhan. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi semua pihak;
jika hal ini tidak terjaga, maka proses belajar mengajar akan terganggu.
Kepala SMKN 1 Woha, Tursana, telah mengambil langkah untuk memanggil siswa yang bersangkutan dan memberikan pembinaan. Namun, ini mungkin tidak cukup.
Penanganan yang tegas dan konsisten terhadap perilaku agresif perlu dilakukan agar
siswa lainnya dapat melihat bahwa tindakan kekerasan tidak akan ditoleransi.
Mengembalikan MH kepada orang tuanya untuk mencari sekolah lain adalah langkah
yang menunjukkan bahwa pihak sekolah tidak mentolerir perilaku tersebut, tetapi bisa
dianggap sebagai langkah pencegahan yang terlalu mudah. Seharusnya, ada konsekuensi
yang lebih jelas.
Pernyataan dari Ketua PGRI Cabang Khusus Kabupaten Bima, M. Rifial Akbar,
yang mengecam tindakan pemukulan tersebut juga menunjukkan adanya kesadaran
kolektif mengenai masalah ini. Ia meminta perhatian dari kepolisian untuk mengatasi
kasus ini secara serius, yang menunjukkan bahwa penganiayaan terhadap guru adalah
masalah yang harus ditangani dengan tegas.
Namun, kesepakatan damai yang dicapai antara Sofyan dan MH menjadi aspek
yang kontroversial. Meskipun menyelesaikan konflik secara damai adalah penting,
namun hal ini tidak seharusnya mengesampingkan perlunya penegakan disiplin yang lebih tegas. Surat pernyataan damai yang ditandatangani di atas materai seharusnya tidak
menjadi jalan keluar bagi siswa untuk menghindari konsekuensi dari tindakan mereka.
Untuk mencegah terulangnya insiden serupa, perlu ada penekanan pada pendidikan karakter di sekolah. Program yang fokus pada pengembangan nilai-nilai seperti rasa hormat, tanggung jawab, dan pengendalian diri sangat penting. Pendidikan
karakter harus menjadi bagian integral dari kurikulum, sehingga siswa dapat belajar tidak
hanya pengetahuan akademis, tetapi juga nilai-nilai moral yang dapat membentuk
kepribadian mereka.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka juga sangat krusial.
Sekolah harus membangun hubungan yang kuat dengan orang tua, dengan mengadakan
pertemuan rutin untuk membahas perkembangan anak. Orang tua perlu diberi
pemahaman tentang pentingnya disiplin dan nilai-nilai yang harus diajarkan di rumah.

Dengan kolaborasi yang baik antara sekolah dan orang tua, kita dapat menciptakan
lingkungan yang lebih mendukung bagi perkembangan karakter siswa.
Guru juga perlu diberikan pelatihan untuk menangani situasi konflik dan
kekerasan. Pelatihan tentang komunikasi yang efektif, pengelolaan kelas, dan teknik
mediasi dapat membantu guru dalam mengatasi perilaku agresif di kelas. Ketika guru
dilengkapi dengan keterampilan yang tepat, mereka akan lebih percaya diri dalam
menghadapi situasi sulit dan menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Pihak berwenang perlu bekerja sama dengan sekolah dalam menangani kasus
kekerasan di lingkungan pendidikan. Penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran
semacam ini sangat penting untuk memberikan efek jera kepada siswa lainnya. Ketika
siswa tahu bahwa tindakan mereka akan berujung pada konsekuensi hukum, mereka akan
lebih berhati-hati dalam bertindak.
Insiden pemukulan guru di Bima adalah sebuah cerminan dari masalah yang lebih
besar dalam pendidikan kita. Hubungan antara siswa dan guru seharusnya dibangun atas
dasar saling menghormati dan memahami, tetapi insiden ini menunjukkan bahwa banyak
siswa tidak lagi menghargai otoritas yang ada. Dengan melibatkan semua pihak sekolah,
orang tua, dan masyarakat kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung.
Pendidikan karakter yang baik, keterlibatan orang tua yang kuat, pelatihan untuk
guru, dan penegakan hukum yang konsisten adalah langkah-langkah yang perlu diambil
untuk memastikan bahwa kejadian seperti ini tidak terulang di masa depan. Mari kita
bersama-sama berkomitmen untuk menciptakan sekolah sebagai tempat yang aman,
nyaman, dan penuh rasa hormat bagi semua siswa dan guru. Dengan cara ini, kita tidak
hanya membangun generasi yang cerdas, tetapi juga generasi yang bermoral dan
bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun