Mohon tunggu...
Nabila Alya Zahida
Nabila Alya Zahida Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

seorang mahasiswi yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Fenomena Sweet Tooth demi Aesthetic: Gaya Hidup atau Bahaya Kesehatan?

12 Desember 2024   23:36 Diperbarui: 12 Desember 2024   23:36 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sobat Kompasiana pasti sudah tidak asing lagi dengan berbagai unggahan foto makanan dan minuman manis di berbagai platform media sosial yang cantik dan sangat menggiurkan. Hal tersebut menjadi sebuah tren di kalangan anak muda yang disebut "sweet tooth". Fenomena ini menggambarkan gaya hidup anak muda yang gemar mengonsumsi makanan dan minuman manis, seperti kue, donat, milkshake, boba, dan berbagai dessert lainnya yang kemudian menjadi bagian dari estetika media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Pinterest. Namun, di balik tampilan yang menggiurkan, tren ini menyimpan sejumlah risiko kesehatan yang serius.

Tren "sweet tooth" demi aesthetic tidak muncul begitu saja. Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap popularitasnya, antara lain:

  • Media Sosial dan Budaya Visual

              Media sosial, terutama platform berbasis gambar dan video seperti Instagram dan TikTok, memainkan peran penting dalam mempopulerkan tren ini. Makanan manis dengan tampilan yang menarik, seperti kue berwarna-warni, es krim dengan topping unik, dan minuman boba dengan warna pastel, sering kali dianggap "instagrammable" dan sangat disukai di media sosial. Algoritma platform ini cenderung mempromosikan konten yang menarik secara visual, sehingga mendorong lebih banyak orang untuk berbagi dan mengikuti tren tersebut.

  • Pengaruh Influencer

Influencer dengan jumlah pengikut besar sering kali mempromosikan gaya hidup "sweet tooth" ini, baik secara langsung maupun melalui sponsor dan endorsement. Mereka sering berbagi momen-momen "cheat day" atau rekomendasi tempat makan dessert yang menarik, yang akan mendorong pengikut mereka untuk menirunya.

  • Mudahnya Akses dan Inovasi Produk

              Dengan meningkatnya popularitas tren makanan manis, banyak pengusaha di bidang makanan berlomba-lomba menciptakan inovasi produk yang unik dan menarik secara visual. Akses yang mudah ke produk-produk ini, baik melalui toko fisik maupun layanan pengantaran online, semakin memudahkan tren ini berkembang.

  • Persepsi tentang Self-Reward

Konsumsi makanan manis sering kali dikaitkan dengan kebahagiaan, perayaan, dan momen bersantai. Banyak orang merasa bahwa menikmati dessert adalah bentuk self-care atau cara untuk menghargai diri sendiri setelah hari yang melelahkan. Hal ini semakin diperkuat oleh budaya konsumen yang mendorong indulgensi dan kepuasan instan.

Meskipun tampak menyenangkan, tren "sweet tooth" ini dapat berdampak negatif pada kesehatan jika tidak dikontrol dengan baik. Beberapa risiko yang akan dihadapi antara lain:

  • Risiko Diabetes Tipe 2

Konsumsi gula yang berlebihan merupakan faktor risiko utama untuk berkembangnya diabetes tipe 2. Menurut WHO, peningkatan asupan gula, terutama dari minuman manis, berkontribusi signifikan terhadap meningkatnya prevalensi diabetes global, termasuk di kalangan anak muda. Konsumsi rutin makanan dan minuman manis dapat menyebabkan resistensi insulin, yaitu kondisi ketika tubuh tidak lagi merespons hormon insulin secara efektif, yang pada akhirnya meningkatkan kadar gula darah.

  • Obesitas

 Makanan dan minuman manis umumnya tinggi kalori tetapi rendah nutrisi. Asupan kalori yang berlebihan dari gula dapat menyebabkan penambahan berat badan yang tidak sehat, yang merupakan faktor risiko utama untuk obesitas. Obesitas sendiri terkait dengan berbagai penyakit serius lainnya, seperti penyakit jantung, stroke, dan berbagai jenis kanker.

3. Kerusakan Gigi

Gula adalah makanan favorit bakteri di dalam mulut. Bakteri akan mengubah gula menjadi asam yang dapat merusak enamel gigi, menyebabkan karies atau gigi berlubang. Fenomena "sweet tooth" ini meningkatkan risiko kerusakan gigi, terutama jika kebersihan mulut tidak dijaga dengan baik setelah konsumsi makanan manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun