Mohon tunggu...
Alya Rahmawati
Alya Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa yang tertarik pada bidang ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menakar Bonus Demografi: Solusi atau Tantangan bagi Pengangguran Terdidik?

13 Desember 2024   18:08 Diperbarui: 13 Desember 2024   19:10 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bonus demografi merupakan suatu era dimana jumlah usia produktif penduduk (15 - 64 tahun) lebih banyak daripada usia non-produktifnya. Masyarakat diharapkan produktif agar dapat berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Bonus demografi diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Badan Pusat Statistik (BPS) telah memperkirakan di tahun 2045 Indonesia akan memiliki sekitar 64% sampai 68% penduduk dengan usia produktif. Lalu dengan adanya bonus demografi apakah Indonesia mampu memanfaatkan kondisi ini dengan baik?

Dalam perekonomian, bonus demografi akan menimbulkan banyaknya jumlah tenaga kerja. Ketika dimanfaatkan dengan baik, hal ini akan menjadi peluang untuk mendorong perekonomian ke arah yang lebih baik. Negara diharapkan mampu menyerap dan menyediakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya agar tidak terjadi pengangguran struktural. Hal ini perlu diimbangi dengan menyiapkan tenaga kerja dengan handal. Masyarakat harus dibekali dengan pendidikan yang tinggi agar mereka lebih siap dan mampu mengimbangi kebutuhan industri.

Namun dalam kondisi saat ini, tingkat pengangguran di Indonesia justru didominasi oleh pengangguran terdidik. Dimana setiap tahun, Indonesia menghasilkan banyak lulusan perguruan tinggi. Namun, jumlah tersebut tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia yang mengakibatkan kurangnya keterampilan yang relevan pada tenaga kerja.

Banyak lulusan hanya memiliki kemampuan teoritis dan belum sepenuhnya siap menghadapi kebutuhan industri yang terus berubah. Di sisi lain, perusahaan sering kesulitan menemukan tenaga kerja dengan keterampilan spesifik yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi.

Masalah ini semakin diperburuk oleh lemahnya daya saing lulusan di pasar kerja global. Dimana keterampilan bahasa asing, teknologi, serta kemampuan komunikasi masih menjadi tantangan besar bagi sebagian besar tenaga kerja di Indonesia.

Jika tidak segera ditangani, masalah ini dapat menghambat upaya Indonesia dalam memanfaatkan bonus demografi secara optimal. Pemerintah perlu membuat kebijakan yang terus mendukung penciptaan lapangan kerja, seperti meningkatkan investasi di sektor padat karya dan mengembangkan infrastruktur digital, agar menyerap lebih banyak tenaga kerja. Selain itu, pemerintah perlu memberikan pelatihan agar tenaga kerja memiliki keterampilan yang sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. Program seperti kartu prakerja juga perlu terus ditingkatkan agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi mereka yang membutuhkan.

Kesimpulannya bonus demografi dapat menjadi kesempatan yang besar untuk meningkatkan perekonomian jika dimanfaatkan dengan baik, namun juga menghadirkan tantangan, terutama pengangguran terdidik. Ketidakseimbangan antara jumlah lulusan perguruan tinggi dan lapangan kerja, rendahnya kualitas pendidikan, serta ketidaksesuaian keahlian tenaga kerja menjadi hambatan utama. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja, pelatihan keterampilan sesuai perkembangan teknologi, dan penguatan program kartu prakerja agar bonus demografi membawa manfaat yang maksimal bagi perekonomian Indonesia.

Penulis: Alya Rahmawati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun