Buah Semangka merupakan buah musiman di Jepang yang biasa dikonsumsi selama musim panas. Kandungan airnya yang mencapai lebih dari 90% memiliki manfaat untuk mendingankan tubuh sehingga sangat direkomendasikan sebagai penghidrasi di tengah teriknya musim panas.
Ada banyak cara untuk menikmati semangka, seperti diolah menjadi jus, es krim, campuran es buah, maupun salad. Selain itu, buah semangka yang dikonsumsi secara langsung juga tidak kalah lezat. Ketika mengonsumsi semangka secara langsung, orang jepang memiliki cara yang tidak terduga, yaitu menambahkan taburan garam di atas semangka yang hendak dimakan.
Siapa orang pertama yang mulai makan semangka dengan cara ini?
Cara tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Sen no Rikyuu pada Zaman Edo di era kekuasaan Hideyoshi Toyotomi. Sen no Rikyuu merupakan master teh yang berturut-turut melayani dua panglima perang Jepang di era feodal yang bergejolak, yaitu Nobunaga Oda pada tahun 1568 dan Hideyoshi Toyotomi pada tahun 1582. Ia juga dianggap sebagai figur bersejarah dengan pengaruh yang paling banyak ditemukan pada chanoyu, “Cara Minum Teh” Jepang, bagian dari tradisi wabi-cha.
Suatu ketika, Sen no Rikyuu disuguhi semangka dengan taburan gula di tempat yang mengundangnya sebagai pengunjung. Sen no Rikyuu hanya memakan bagian yang tidak tertutup gula kemudian pulang. Ketika para muridnya bertanya mengenai tindakan yang ia lakukan, Sen no Rikyuu pun menjawab, “Sangat keterlaluan untuk menaruh gula di atas semangka. Sebaliknya, jika menaburkan sedikit garam, rasa semangka kan menonjol”. Karena ucapan tersebut, budaya menaburkan garam di atas semangka akhirnya tersebar.
Berdasarkan hasil kuisioner tahun 2020 yang dilansir dari amaisuika.com, dari 47 prefektur di Jepang, terdapat 12 prefektur yaitu Miyagi, Fukushima, Gunma, Nagano, Yamanashi, Shizuoka, Gifu, Mie, Ehime, Tokushima, Kochi, dan Miyazaki memilih memakan semangka dengan ditaburi garam.
Mengutip dari ucapan Sen no Rikyuu, mengapa garam bisa menonjolkan rasa semangka?
Lidah berfungsi untuk mendeteksi makanan yang aman, mengandung racun, atau bahan yang tidak bisa dicerna dikonsumsi oleh manusia. Saat ini, ada lima rasa dasar yang dapat dirasakan dengan indera perasa, yaitu asam, manis, asin, pahit, dan umami. Pada manusia, rasa dapat dikenali oleh lidah karena reseptor sel yang terdapat pada tunas pengecap (taste buds). Tunas pengecap berbentuk seperti kuncup bunga dan tidak hanya terdapat di lidah, tetapi juga di faring dan langit-langit lunak.
Semangka memiliki rasa manis terkuat di bagian tengahnya. Semakin dekat dengan kulitnya, maka rasa manisnya semakin lemah. Menabur garam di atas semangka akan menguatkan rasa manis semangka ketika dikonsumsi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Keji Maehashi dalam jurnal yang berjudul “A Basic Knowledge of Sweetness”, fenomena ini disebut “comparative effect of taste” di mana rasa satu sisi kuat dan sisi lainnya lemah. Efek kontras dibagi menjadi "kontras simultan" yang dirasakan ketika menicicipi makanan pada saat yang sama dan "kontras yang terlalu menunggu" yang dirasakan dengan makan terus menerus.