Mohon tunggu...
Alya Nilanti
Alya Nilanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Love yourself

Mahasiswi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, fakultas psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi dalam Pengembangan Sosial Emosional pada Anak Berkebutuhan Khusus

8 Agustus 2024   18:17 Diperbarui: 8 Agustus 2024   18:18 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki kebutuhan berbeda dari anak-anak pada umumnya, baik itu dalam aspek fisik, mental, intelektual, sosial, atau emosional. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kondisi medis, genetik, lingkungan, atau kombinasi dari berbagai faktor. Memahami latar belakang anak berkebutuhan khusus penting untuk mengembangkan pendekatan pendidikan, terapi, dan dukungan yang sesuai. Dukungan bagi anak-anak berkebutuhan khusus sangat penting untuk memastikan mereka dapat berkembang dan berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan sosial, akademik, dan Masyarakat.
Pada dasarnya anak sangatlah rentan emosinya sehingga saat problematika di rumah sampai terbawa saat di lingkungan sekolah. Lingkungan keluarga jauh lebih mendominasi perkembangan emosional, namun saat di lingkungan taman kanak-kanak anak belajar bersama teman sebayanya dan mengembangkan berbagai aspek seperti aspek emosional. 

Perkembangan emosional anak harus di bentuk semaksimal mungkin untuk mencapai tahapan perkembangan. Mengembangkan emosi yang positif perlu adanya media yang menggugah anak untuk aktif dan mengeksplor lingkungan sekitarnya bersama teman sebayanya. Sosial emosional anak berkebutuhan khusus perkembangannya sangatlah berbeda pada anak umumnya, namun dengan kondisi mereka yang berbeda mereka mampu berada dilingkungan sosial baik dengan anak-anak umumnya maupun anak-anak berkebutuhan khusus. Pengembangan sosial emosional anak berkebutuhan khusus adalah proses penting yang melibatkan kemampuan untuk memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi, serta berinteraksi dengan orang lain. Anak berkebutuhan khusus mungkin menghadapi berbagai tantangan dalam aspek sosial emosional, tergantung pada kondisi mereka, seperti autisme, ADHD, disabilitas intelektual, gangguan komunikasi, dan lainnya. Perkembangan sosial  merupakan  pencapaian  kematangan  dalam  hubungan sosial.

Perkembangan dimasa kanak-kanak awal menurut Santrock merupakan perkembangan   sosial emosi anak-anak kecil ditandai oleh sejumlah perubahan. Perkembangan pikiran serta   pengalaman   emosi   yang   terjadi   menghasilkan kemajuan yang nyata dalam perkembangan diri, kematangan emosi, pemahaman moral, serta kesadaran gender.  Dimasa kanak-kanak awal, anak-anak berkembang sedemikian rupa sehingga mereka mampu menambah pengenalan dirinya. Selanjutnya  menurut  Cole, dkk  bahwa  ketika  berusia  4  hingga  5  tahun, anak-anak  memperlihatkan  kemampuan  merefleksikan  emosi.  Mereka juga mulai memahami bahwa kejadian yang sama dapat membangkitkan perasaan-perasaan yang   berbeda   pada   orang   yang   berbeda.   Anak-anak   memperlihatkan   adanya peningkatan kesadaran emosi mereka sehingga perlu mengelola emosinya agar dapat memenuhi standar sosial.  Ketika usia 5 tahun, sebagian besar anak-anak dapat menentukan emosinya secara tepat, yang diperolehnya saat menghadapi lingkungan serta dapat menjelaskan strategi yang anak lakukan dalam mengatas tekanan sehari-hari. (John  W.Santrock.  2012).

Pengembangan sosial emosional anak berkebutuhan khusus adalah aspek penting dalam mendukung perkembangan keseluruhan mereka. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan:
1. Pendekatan Individualisasi
- Penilaian Kebutuhan Individual: Lakukan penilaian untuk memahami kebutuhan spesifik setiap anak, termasuk kekuatan dan area yang perlu dikembangkan.
- Rencana Pendidikan Individual (RPI): Buat RPI yang mencakup tujuan sosial emosional serta strategi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak.
2. Penggunaan Visual dan Bahan Bantu Komunikasi
- Pictorial Schedules dan Social Stories: Gunakan jadwal bergambar dan cerita sosial untuk membantu anak memahami situasi sosial dan ekspektasi.
- Aplikasi atau Perangkat AAC: Gunakan perangkat augmentatif dan alternatif komunikasi (AAC) untuk mendukung komunikasi bagi anak dengan keterbatasan verbal.
3. Pembelajaran Keterampilan Sosial
- Role-Playing dan Model: Ajarkan keterampilan sosial melalui bermain peran dan modeling, di mana anak dapat melihat dan mempraktikkan interaksi sosial yang sesuai.
- Pelatihan Kelompok Sosial: Fasilitasi kelompok sosial kecil di mana anak-anak dapat belajar dan berlatih keterampilan seperti berbagi, berkomunikasi, dan bekerja sama.
4. Pengembangan Kecerdasan Emosional
- Identifikasi dan Ekspresi Emosi: Ajarkan anak untuk mengenali, menamai, dan mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang tepat.
- Pengendalian Diri dan Regulasi Emosi: Latih keterampilan pengendalian diri, seperti teknik pernapasan atau penghitung waktu, untuk membantu anak mengelola emosi mereka.
5. Pemberian Penguatan Positif
- Puji dan Penghargaan: Gunakan pujian dan penghargaan untuk memperkuat perilaku positif dan interaksi sosial yang baik.
- Sistem Reward: Terapkan sistem reward atau penghargaan untuk memberikan motivasi tambahan bagi anak dalam mencapai tujuan sosial emosional mereka.
6. Kolaborasi dengan Keluarga
- Pelibatan Orang Tua: Libatkan orang tua dalam proses pembelajaran, memberikan pelatihan dan sumber daya untuk mendukung perkembangan sosial emosional anak di rumah.
- Konsistensi di Rumah dan Sekolah: Ciptakan keselarasan antara pendekatan di sekolah dan di rumah untuk memastikan konsistensi dalam pengembangan keterampilan sosial emosional.
7. Lingkungan Belajar yang Mendukung
- Lingkungan Aman dan Inklusif: Ciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana anak merasa diterima dan dihargai.
- Penanganan Bullying dan Eksklusi: Tegakkan kebijakan anti-bullying dan pastikan bahwa semua anak, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus, merasa aman dan dihormati.

Pendekatan ini harus diterapkan secara konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan anak dari waktu ke waktu. Setiap anak adalah unik, dan pendekatan untuk mendukung perkembangan sosial emosional harus disesuaikan dengan kebutuhan individu mereka. Kolaborasi antara guru, terapis, dan orang tua sangat penting untuk memastikan dukungan yang holistik dan efektif. Pemahaman emosi pada diri anak memang tidak mudah, namun awal dari pengendalian emosi yaitu mampu mengenali ekspresi diri sehingga anak dapat memahami emosi sesuai dengan tahapan usia. Emosi dibentuk dari kematangan anak dalam memahami konsep diri, sehingga pembekalan emosi sejak dini dan anak akan mampu mengenali emosi dalam dirinya. Agar dapat mengembangkan pemahaman pada sisi psikologis agar anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun