Karena otak dan tubuhmu yang telat menangkap sinyal rasa kenyang, kamu bisa saja masih ingin untuk menambah porsi makanmu. Hingga saatnya sinyal rasa kenyang tersebut datang, kondisimu sudah terlalu kenyang. Kondisi kekenyangan membuat keinginan untuk beraktivitas atau sekadar bergerak akan semakin sedikit dan menyebabkan kalori yang masuk ke tubuhmu lebih banyak dibandingkan dengan kalori yang dibakar. Jika hal itu terus terulang, maka kamu akan berisiko mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.
Makan lambat
Untuk kamu yang merasa makanmu tidak terlalu cepat, jangan merasa tenang dulu karena makan dengan lambat juga memiliki beberapa hal yang perlu kamu perhatikan lho.
1. Mengganggu jam makan
Apa kamu termasuk orang yang harus menonton TV atau video di YouTube saat makan? Kalau iya, kamu harus mulai ingat bahwa sebaiknya durasi makanmu tidak lebih dari 30 menit. Karena makan yang terlalu lama bisa membuatmu merasa cepat kenyang dan nantinya akan memengaruhi pada jam makanmu selanjutnya.
2. Berkurangnya kualitas makanan
Makanan yang dimakan terlalu lama akan membuat cita rasa dan kualitasnya semakin hilang. Apalagi jika makanan berkuah hangat, tentu sebaiknya dimakan dengan segera agar tetap enak. Selain itu, kualitas makanan juga memengaruhi nafsu makanmu. Jika makanan yang kamu makan dirasa sudah kurang enak karena sudah terlalu lama menyantapnya, kamu akan mulai kehilangan nafsu untuk melanjutkan makanmu dan berakhir menyisakannya.
3. Membuat rekan menunggu
Jika kamu sedang makan bersama dengan rekan atau teman, atau sebut saja sedang berbuka puasa bersama. Jika makanmu terlalu lama, kamu akan membuat rekan atau teman-teman menunggumu. Bahkan bisa saja mereka akan meninggalkanmu sendiri. Kamu tidak ingin hal itu terjadi kan?
Lalu mana yang lebih baik, makan cepat atau makan lambat?
Jika dilihat dari sisi keduanya, baik makan cepat maupun makan lambat memiliki kekurangannya masing-masing. Jadi pilihan yang terbaik adalah makan makananmu dengan perlahan serta menerapkan mindful eating. Mindful eating merupakan teknik makan dengan penuh perhatian. Jadi dalam mengonsumsi makanan, kamu melibatkan perasaan, sensasi, dan pikiran di dalamnya, bukan hanya sekadar makan. Kamu juga perlu menerapkan bahwa makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan.