Mohon tunggu...
Alya Mutia Cahya Nurani
Alya Mutia Cahya Nurani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

saya hobi menulis dan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penelitian Mengenai Kelaparan di Daerah Marelan, Sumatera Utara (SDGs 2)

9 Juli 2024   14:03 Diperbarui: 9 Juli 2024   14:23 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama narasumber kami/dokpri

Kelaparan dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk kurangnya pendidikan, peluang pekerjaan yang tidak memadai, dan terkait masalah ekonomi lainnya. Kelaparan juga dapat menjadi siklus yang sulit dipecahkan, dengan orang miskin yang sering menjadi tantangan tambahan dalam mencari dan mempertahankan pekerjaan, mendapatkan pendidikan, dan mengakses layanan lain yang penting untuk terbebas dari kemiskinan dan kelaparan, maka dari itu alasan mengapa kami mengambil tema kelaparan dalam goals SDGs dan ini akan menjadi topik yang akan kami bahas di sesi wawancara. 

Dan kami memutuskan untuk mewawancarai seorang ibu rumah tangga yang sedang menghadapi masalah kesulitan pangan, yang bertempat tinggal di Marelan. Karena, kebetulan salah satu teman kami bertempat tinggal di daerah tersebut, dan dia merekomendasikan tempat tersebut, ibu yang kami wawancarai juga mengalami ekonomi yang cukup sulit sehingga sulit juga mendapatkan akses pangan untuk sehari harinya. Dan kami akan membahasnya lebih jelas lewat artikel ini.

Dalam wawancara ini, terdapat banyak isu terkait masalah kelaparan dan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan masyarakat dalam masalah pangan. Salah satu faktornya adalah bahwa suami ibu yang kami wawancarai jatuh sakit selama lebih dari 4 tahun sehingga tidak dapat bekerja untuk mendukung kebutuhan keluarganya. Oleh karena itu, ibu ini harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri. Penghasilan bulanan ibu tersebut berkisar antara Rp. 200.000 hingga Rp. 500.000 per bulan. 

Dengan penghasilan tersebut, ibu harus mengatur semua kebutuhan seperti biaya sekolah anak-anak, belanja untuk dapur, dan biaya perawatan untuk suaminya yang sakit. Penghasilan tersebut sering kali tidak mencukupi, sehingga ibu hanya bisa makan secukupnya saja. Menurut ibu yang kami wawancarai, dia belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti program sembako (BLT, PKH, dan lain-lain). Sebaliknya, masyarakat di sekitar rumahnya tampak lebih peduli terhadap masalah pangan yang dihadapi dibandingkan pemerintah setempat.

Kesadaran terhadap mereka yang mengalami kesulitan dalam pemenuhan pangan meningkat melalui kegiatan ini. Faktor utama yang menyebabkan kesulitan pangan adalah masalah ekonomi, yang membutuhkan solusi yang komprehensif untuk mengatasi masalah ini. Dengan pemahaman lebih mendalam tentang goals SDGs 2 yang menekankan pentingnya memberantas kelaparan, kegiatan seperti wawancara ini membantu memperkuat komitmen untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif dan berkelanjutan.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun