Mohon tunggu...
alyainasthiya
alyainasthiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka Membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosmed Berkuasa, apakah FOMO layak menjadi Gaya Hidup?

17 Januari 2025   11:58 Diperbarui: 17 Januari 2025   11:58 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar FOMO (Sumber: ManadoPost.id)

Di Era Digital ini, Media Sosial telah menjadi pusat kehidupan banyak orang. Dari sekedar membagikan momen pribadi hingga mengikuti perkembangan terkini, dibeberapa Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter (x) Telah mengubah cara kita berinteraksi dengan Dunia. Namun, di balik Popularitasnya, muncul Fenomena Fear Of Missing Out atau FOMO, yakni perasaan takut tertinggal atau tidak terlibat dalam trend yang sedang terjadi. Pertanyaanya, Apakah FOMO layak menjadi Gaya Hidup?

Fomo sering kali Memotivasi seseorang untuk terus terhubung dengan media sosial demi mengikuti tren terbaru, Baik dalam gaya hidup, Hiburan, Maupun pandangan sosial. Di sisi lain, FOMO juga beresiko memicu rasa cemas, Kehilangan arah, dan Tekanan sosial yang berlebih.

"Fomo itu tidak selalu berdampak negative. Menurut saya, tidak apa-apa untuk mengikuti trend yang ada terutama di zaman yang sudah berkembang ini. Pentingnya mengikuti alur zaman, dari trend tersebut, beberapa orang bisa memanfaatkannya sebagai sumber penghasilan maupun media penyebaran informasi. Namun, tetap harus dipilah dengan baik terlebih dahulu" ujar Fayyadh (mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Mataram). Menurut perspektif Fayyadh, bahwa fomo tidak selamanya memberikan atau menimbulkan dampak negatif saja tetapi juga memberikan dampak positif jika dimanfaatkan dengan bijak.

Sebaliknya, Chelsy menyoroti bahaya yang muncul jika fomo menjadi acuan hidup: "Menurut saya, Trend media sosial yang bersifat Dinamis (tidak tetap) tidak cocok dijadikan pedoman hidup karena akan terus berganti. Fomo pada trend-trend yang ada dapat menggeser budaya yang menghilangkan jati diri seseorang."

Fomo dapat menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijaksana, Misalnya untuk mengembangkan diri atau membangun relasi yang positif. Namun jika tidak dikelola dengan baik, fomo berpotensi mengalihkan perhatian dari hal-hal yang lebih bermakna, seperti Pengembangan karakter atau pencapaian tujuan hidup yang lebih dalam.

Studi Kasus: 

Pengaruh Budaya Barat terhadap trend pakaian di Indonesia terlihat dari trend pakaian modern seperti kaos, jeans, atau pakaian terbuka yang banyak digunakan anak muda, terutama diKota Besar. Misalnya, banyak remaja sekarang lebih memilih memakai pakaian casual bergaya Barat, seperti crop top, hot pants, atau pakaian dengan potongan yang dianggap tidak sesuai dengan adat istiadat tradisonal Indonesia.

Contoh kasus diatas sangat jelas ada kaitannya dengan FOMO (Fear of Missing Out). Banyak anak muda zaman sekarang yang merasa harus mengikuti Trend berpakaian ala ke barat-baratan yang sedang popular, Karena mereka takut dianggap ketinggalan zaman atau tidak "keren" jika tidak mengenakan pakaian yang sedang trend.  Misalnya, seorang remaja mungkin merasa tertekan untuk mengenakan crop top atau hot pants karena melihat teman-temannya atau influencer di media sosial menggunakannya. Jika tidak mengikuti trend tersebut, mereka khawatir akan kehilangan koneksi dengan teman-teman mereka atau tidak diterima dalam kelompok sosial.

FOMO inilah yang memotivasi mereka untuk mengabaikan pakaian tradisional yang lebih sesuai dengan budaya Indonesia, demi terlihat mengikuti trend global dan menjadi kelompok yang dianggap "up-to-date".

Media Sosial mendorong fenomena FOMO yang memiliki sisi Positif dan Negatif. Mengikuti trend bisa bermanfaat untuk relevansi dan peluang. Namun, Jika dilakukan secara berlebihan, FOMO dapat menyebabkan Hilangnya jati diri. FOMO tak perlu menjadi gaya hidup: Pentingnya untuk menjaga keseimbangan, bersikap kritis, dan tetap berpegangan pada nilai pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun