Mohon tunggu...
Alya Hafidhia Ainurrahma
Alya Hafidhia Ainurrahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1

Saya seorang mahasiswa S1. Saat ini saya sedang menggemari bacaan fiksi hingga sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

People Pleaser: Milik Siapa Dirimu?

12 Maret 2024   14:45 Diperbarui: 12 Maret 2024   16:34 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dokumen pribadi

Selalu ingin memenuhi kesenangan orang lain dan cenderung memprioritaskan orang lain tanpa peduli akan prioritas dirinya sendiri, itulah orang-orang yang dijuluki people pleaser. Istilah people pleaser akan sering di dengar di kalangan remaja hingga dunia pekerjaan saat ini, namun banyak dari kita yang masih tidak aware dan meremehkan kebiasaan yang dianggap hal lumrah, tapi pada kenyataannya kebiasaan tersebut  dapat melukai kesejahteraan diri kita tanpa disadari. Apabila kebiasaan buruk ini dibiarkan berlangsung terus-menerus maka dapat merugikan kesehatan psikis maupun fisik.

Merujuk laman Universitas Gadjah Mada (09/02/2023), Smita Dinakramani seorang psikolog UGM menjelaskan bahwa people pleaser adalah pelabelan informal yang disematkan pada seseorang yang memiliki keinginan kuat dalam memenuhi kesenangan orang lain meskipun dapat merugikan dirinya sendiri. People pleaser berbeda dengan orang yang murni ingin membantu karena mereka tidak bisa memetakan kapasitasnya sejauh mana mereka dapat memberi bantuan.

Terdengar sangat lucu apabila kita dapat menyenangkan orang lain tapi tidak bisa menyenangkan diri sendiri. Berlindung dibalik kata 'saling mengahargai, tidak ingin mengecewakan, dan tidak sampai hati untuk menolak' menjadi jawaban yang acap kali mereka lontarkan sebagai alasan.

Berbuat baik dan membantu orang lain adalah salah satu perilaku terpuji yang dapat diberi acungan jempol tanda apresiasi, namun jika hal tersebut di lakukan secara berlebihan tanpa memedulikan prioritas diri sendiri sama sekali apakah masih patut diacungi jempol?

People pleasing akan sangat berdampak bagi kesehatan diri sendiri. Mereka akan lebih mudah stress karena selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain dengan kapasitas dirinya yang tidak selalu mampu. Dan ketika stress mereka biasanya akan tetap berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan tetap berusaha menyenangkan orang disekitarnya sehingga dapat menyebabkan kelelahan baik secara fisik maupun mental. Selain itu mereka juga dapat kehilangan identitas dirinya dan tidak sadar apa yang sebenarnya mereka inginkan dan rasakan akibat terlalu sibuk memprioritaskan kesenangan orang lain. Hal tersebut juga dapat menimbulkan kebencian dan frustasi atas dirinya sendiri karena kesulitan untuk menolak permintaan orang lain.

Apa sebenarnya motif mereka sebagai people pleaser? Sebagian besar dari mereka (people pleaser) memiliki rasa kepercayaan diri yang rendah untuk mengatakan "No" pada permintaan orang lain. Biasanya mereka akan menganggap bahwa ketika mereka memprioritaskan orang lain maka mereka merasa berhasil menjadi orang yang tidak egois, namun tanpa disadari di sudah bersikap egois pada dirinya sendiri bukan orang lain.

Maka, bagaimana ciri-ciri people pleaser? Apakah kamu juga termasuk seorang people pleaser? Tanda pertama jika kamu seorang people pleaser adalah sulit mengatakan "tidak". Sebagian dari mereka mungkin akan lebih memilih untuk mencari alasan untuk membatalkan janjinya daripada menolak di awal karena tidak sampai hati. Padahal, menyanggupi atau meng"iya"kan segala permintaan tanpa berpikir dua kali pada akhirnya hanya akan merepotkan diri sendiri. Kemudian hal tersebut akan berakhir dengan kata maaf yang terus menerus mereka lontarkan lantaran membatalkan janji, dan si people pleaser merasa harus bertanggung jawab atas perasaan orang lain.

Selanjutnya, tujuan people pleaser dalam membantu orang lain adalah karena takut jika tidak disukai, takut membuat orang lain marah, dan takut mengecewakan serta keinginannya untuk menghindari perselisihan. Mereka membutuhkan pujian dan sanjungan agar merasa baik dan memiliki teman disekitarnya. Sehingga jika mereka terus-terusan bergantung dan merasa puas setiap kali mendapat pujian, maka mereka akan mudah mendapatkan kekecewaan dan merasa tidak berharga  saat orang lain tidak memberi apa yang mereka butuhkan.

Lalu, bagaimana cara mengatasi people plaeser? Pertama-tama kamu harus meningkatkan rasa percaya dirimu untuk mulai membiasakan diri berkata "tidak" pada permintaan orang yang sekiranya memberatkanmu. Kedua, kamu bisa mencoba utuk meluangkan waktu sendiri untuk merenungkan apakah kamu mampu untuk selalu memberikan segala bantuan kepada orang lain atau tidak. Yang ketiga adalah jauhi lingkungan yang toxic, maksudnya adalah hindari orang-orang yang tidak bisa menghargai nilai dan batasan-batasan yang kamu miliki sehingga membuatmu tidak nyaman dan kehilangan rasa percaya diri. Keempat, berhenti meminta maaf atas hal-hal yang diluar kendalimu dan tanyakan pada dirimu sendiri apakah kamu layak untuk meminta maaf atas hal tersebut.

Dan masih banyak lagi cara yang kamu bisa lakukan selain beberapa cara tersebut. Tapi yang paling penting adalah kamu perlu memahami fakta bahwa kita tidak bisa untuk selalu membahagiakan orang lain, karena setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Kamu harus bisa tegas dengan dirimu sendiri, membuat batasan-batasan dan mulai belajar untuk tidak selalu meng"iya"kan permintaan orang lain. Sadari bahwa hidupmu bukan untuk orang lain, kamu ada milikmu, dan kamu dapat menjadi berharga karena dirimu sendiri bukan orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun