Dalam lima tahun terakhir, Indonesia mengalami berbagai fenomena geomorfologi yang signifikan, seperti erosi, sedimentasi, perubahan bentuk lahan, pengaruh iklim, perubahan bentang alam, dan bencana alam seperti banjir bandang di Sumatra Barat. Curah hujan yang berlebihan dan intensitas angin yang lebih tinggi dari rata-rata dapat menyebabkan erosi percikan, yang meningkatkan limpasan permukaan dan mempercepat erosi permukaan. Proses ini terlihat jelas pada pembentukan solifluksi di muara baru, yang berdampak pada evolusi delta dan daerah pesisir lainnya.
Perubahan kondisi tanah dan hidrologi mempengaruhi proses geomorfis seperti penggundulan hutan, sedimentasi, dan perkembangan bentang alam. Sebagai contoh, keberadaan parit dan cekungan lepas pantai dapat mengurangi dataran aluvial di dataran rendah, meskipun dataran ini dapat berkembang jika daerah aliran sungai terbatas.
Perubahan iklim telah berdampak signifikan terhadap fenomena geomorfologi di Indonesia, terutama di daerah dataran tinggi, di mana suhu yang berfluktuasi telah menyebabkan perubahan pada zona salju dan perkembangan bentang alam yang dipengaruhi oleh proses glasial. Iklim tropis basah di Indonesia mempengaruhi kondisi tanah, vegetasi, dan hidrologi, yang pada gilirannya mempengaruhi proses geomorfologi. Suhu tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara, terutama pada malam hari, mengintensifkan pelapukan kimiawi, yang menghasilkan tanah lempung yang dalam.
Musim kemarau yang berkepanjangan mempengaruhi tutupan lahan, limpasan permukaan, dan sungai, dengan pelapukan fisik yang menjadi lebih menonjol selama musim kemarau yang berkepanjangan. Banyak sungai mengangkut tanah liat sebagai muatan tersuspensi, terutama di daerah dengan batuan lunak, dan debit sungai dipengaruhi oleh musim hujan, dengan pola angin dan arus yang memainkan peran penting di muara sungai.
Dalam beberapa tahun terakhir, Sumatera Barat telah dilanda banjir bandang yang dahsyat, yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerusakan properti. Dalam satu kejadian, 15 orang hilang dan 61 orang kehilangan nyawa.
Banjir bandang yang baru-baru ini terjadi di Sumatera Barat telah menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur di beberapa daerah yang terkena dampak. Jalan-jalan, seperti jalan menuju Padang Panjang, hancur total dan tidak dapat digunakan. Bendungan dan saluran irigasi di beberapa daerah juga mengalami kerusakan parah dan tidak dapat berfungsi secara efektif. Jembatan-jembatan yang berfungsi sebagai penyeberangan masyarakat banyak yang runtuh, sementara fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah mengalami kerusakan parah dan tidak dapat digunakan lagi. Lahan pertanian di beberapa daerah juga hancur dan tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam. Hancurnya infrastruktur akibat banjir bandang di Sumatera Barat telah berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi di wilayah terdampak.
Kabupaten Tanah Datar dan Agam merupakan salah satu daerah yang terkena dampak paling parah. Ribuan rumah terendam, dan pemerintah telah berupaya meningkatkan tanggap darurat dan manajemen bencana di wilayah tersebut. Banyak sekali dampak yang harus ditanggulangi oleh masyarakat kabupaten Agam seperti Banjir bandang ini telah menghancurkan 28 unit rumah, dengan 530 rumah lainnya rusak, serta 12 jembatan rusak. Selain itu, 23 saluran irigasi hancur, dan 323,65 areal pertanian rusak parah. Dampak ini tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat, tetapi juga mengancam keamanan dan kesehatan mereka.
Selain kerusakan rumah warga, banjir bandang juga mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur publik. BNPB mencatat 72 unit rumah warga mengalami kerusakan, serta kerusakan pada saluran irigasi di 6 lokasi, drainase di Simpang Bukit Batabuah, dan sejumlah jembatan rusak berat. Dampak ini tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat, tetapi juga mengancam keamanan dan kesehatan mereka.
Banjir bandang juga mengakibatkan rusaknya jalan dan jembatan. BNPB mencatat jalan rusak berat sepanjang 1 km di Jalan Lingkar Kampung Patalangan menuju Tabek Barawak, serta jalan rusak 1 km pada ruas jalan Simpang Bukit menuju Lasi. Dampak ini tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat, tetapi juga mengancam keamanan dan kesehatan mereka.
Dalam menghadapi bencana ini, kemanusiaan dan bantuan sangat diperlukan. BNPB telah mencatat 82 KK (270 jiwa) terdampak di Kecamatan Batabuah dan 2 KK (12 jiwa) di Sungai Puah. Dampak ini tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat, tetapi juga mengancam keamanan dan kesehatan mereka. Oleh karena itu, bantuan yang diberikan haruslah lebih efektif dan efisien untuk membantu masyarakat yang terdampak.Dalam kesimpulan, banjir bandang di Kabupaten Agam telah meninggalkan dampak yang signifikan pada masyarakat setempat. Dampak ini tidak hanya terbatas pada korban jiwa dan kerusakan material, tetapi juga memiliki implikasi psikologis yang signifikan pada masyarakat yang terdampak. Oleh karena itu, kemanusiaan dan bantuan sangat diperlukan untuk membantu masyarakat yang terdampak dalam menghadapi bencana ini.
Bencana alam sangat memberikan dampak besar terhadap geomorfologi suatu daerah Bencana alam dapat mengubah bentuk lahan secara signifikan, Dalam sintesis, dampak geomorfologi dari bencana alam sangat signifikan dan dapat berdampak pada berbagai aspek, termasuk bentuk lahan, jaringan sungai, kondisi geologis, kualitas lingkungan, dan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menganalisis dampak geomorfologi dari bencana alam untuk mengambil tindakan yang tepat dalam menghadapi bencana ini dan mengurangi risiko bencana di masa depan seperti perubahan pada topografi wilayah, peningkatan erosi, dan perubahan pada jaringan sungai. Hal ini dapat berdampak pada kualitas lingkungan dan potensi bencana lainnya di masa depan
Bencana alam dapat mengubah kondisi geologis wilayah, termasuk struktur batuan dan proses geomorfologi yang terjadi. Hal ini dapat berdampak pada stabilitas lahan dan potensi bencana lainnya di masa depan. Bencana alam dapat berdampak pada kualitas lingkungan wilayah, termasuk kualitas air, udara, dan tanah. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan masyarakat dan potensi bencana lainnya di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H