Dalam konteks tasawuf, maqamat dan ahwal adalah dua konsep yang berkaitan erat, meskipun memiliki perbedaan mendasar. Maqamat, yang berasal dari kata Arab "qama" yang berarti berdiri, mengacu pada tingkatan atau tahapan dalam perjalanan rohani seorang sufi menuju Allah.Â
Proses maqamat melibatkan upaya, perjuangan, dan pelatihan yang dilakukan oleh seorang sufi untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan. Sebaliknya, ahwal mengacu pada keadaan atau suasana batiniah yang dialami oleh seorang sufi, bersifat abstrak, dan sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Dalam konteks maqamat, perjalanan rohani sufi tergambar melalui tahapan-tahapan seperti taubat, sabar, tawakal, zuhud, rida, mahabah, dan makrifat. Penjelasan mengenai jumlah dan urutan maqamat bervariasi menurut para sufi seperti al-Sarraj, al-Kalabadzi, al-Ghazali, dan al-Qusyairi. Di sisi lain, ahwal mencakup kondisi batiniah yang tiba-tiba muncul pada seorang sufi dan berakhir dengan cara yang sama, seperti waspada dan mawas diri, cinta, dan rindu.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa maqamat dan ahwal adalah konsep-konsep dalam tasawuf yang memvisualisasikan perjalanan spiritual dan keadaan batiniah seorang sufi. Meskipun saling terkait, maqamat melibatkan usaha dan perjuangan, sedangkan ahwal bersifat lebih abstrak dan dialami tanpa upaya yang disengaja. Kedua konsep ini membentuk kerangka konseptual dalam usaha mencapai kedekatan dengan Allah dalam tradisi tasawuf.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H