Mohon tunggu...
ALYA FARAFATYA
ALYA FARAFATYA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Psikologis Kekerasan Verbal pada Remaja Perempuan

6 Juni 2024   20:15 Diperbarui: 6 Juni 2024   20:29 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kekerasan verbal seringkali tidak kalah merusak perasaan hati dan menimbulkan perubahan sikap pada remaja, perempuan mengalami perubahan fisik, emosional, dan psikologis (fase perkembangan kritis) yang membuat lebih rentan terhadap dampak kekerasan verbal. Masa remaja adalah periode mencari identitas diri dan menghadapi tekanan sosial dan emosi.

Kekerasan verbal adalah bentuk komunikasi yang melibatkan penggunaan kata - kata untuk menyakiti, menghina, atau menimbulkan perasaan tidak berharga pada korban. Hal ini dapat berupa penghinaan, ejekan, sindiran, ancaman, dan komentar negatif dari keluarga, teman, atau orang asing di media sosial. Selanjutnya, Huraerah(2018) menyatakan bahwa kekerasan verbal dapat berupa tindakan seperti  memarahi, memaki, mengomel, dan membentak secara berlebihan, serta mengucapkan kata - kata yang tidak pantas diucapkan.

Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2017, sebanyak 62% atau sekitar 39 juta anak di Indonesia mengalami kekerasan verbal dari orang tua selama pandemi Covid-19. Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, luka batin bisa memengaruhi perkembangan psikologis dan emosional.

Salah satu dampak psikologis kekerasan verbal adalah penurunan harga diri. Contoh, remaja perempuan yang terus-menerus menerima komentar negatif tentang penampilan fisik. Hal ini dapat mengarah pada perasaan ketidakpercayaan diri. Mereka mungkin merasa menjadi beban hidup, yang bisa mengarah pada ketakutan dan menarik diri sendiri dari lingkungan sosial.

Studi menunjukkan bahwa remaja perempuan yang mengalami kekerasan verbal berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan mental, seperti: depresi, kecemasan, dan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Mereka sulit berjuang melawan kata-kata negatif yang bisa menjadi menyakitkan hati. Mereka mengalami kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari, perubahan pola tidur dan makan, hingga putus asa memiliki pikiran bunuh diri, yang mengganggu kehidupan dan prestasi akademis.

Dampak kekerasan verbal tidak hanya terbatas pada kesehatan mental, tetapi juga memengaruhi masalah sikap remaja perempuan. Beberapa mungkin mulai menunjukkan sikap agresif sebagai pertahanan diri atau cara mengekspresikan rasa sakit. Sebaliknya, memilih melarikan diri dari kenyataan melalui kebiasaan buruk, seperti: penyalahgunaan zat narkotika. Namun, hal ini hanya menambah masalah, menciptakan siklus destruktif tanpa intervensi yang tepat. Ketidakmampuan berinteraksi secara positif dapat memengaruhi kehidupan sosial hingga dewasa. Tentu saja, isolasi sosial dapat memperburuk perasaan kesepian dan depresi.

Di lingkungan akademik, kekerasan verbal dapat mengganggu konsentrasi dan motivasi untuk belajar. Remaja perempuan mungkin merasa tidak termotivasi untuk berprestasi akademik di sekolah atau kuliah. Ini bisa berdampak jangka waktu panjang pada peluang pendidikan dan karier di masa depan.

Mereka mungkin merasa terjebak dalam upaya memenuhi harapan atau menghindari hinaan, daripada bangkit semangat menentukan tujuan hidup. Selain itu, mereka mungkin membawa luka emosional ke masa dewasa, yang dapat mengakibatkan dinamika hubungan sosial tidak sehat. Dan, kesulitan mengelola emosi dan stres yang bisa berlanjut hingga dewasa.

Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran konseling dan terapi psikologis bantu remaja perempuan mengatasi dampak emosional kekerasan verbal. Edukasi bagi remaja, orang tua, guru, dan masyarakat tentang apa itu kekerasan verbal dan bagaimana melakukan kampanye perundungan. Dengan demikian, membantu remaja perempuan untuk memberdayakan diri sendiri, seperti: keterampilan mengelola stres, berpikir positif, dan menetapkan batasan pribadi yang sehat. Hal ini dapat membantu mengatasi dampak kekerasan verbal dan membangun kembali harga diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun