Mohon tunggu...
Alya Dwi Arianty
Alya Dwi Arianty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Kimia UNIMUS

Hobi saya menulis, saya ambisius, saya tertarik dengan bidang pendidikan dan psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Logika dan Kehidupan: Cara Berpikir yang Benar dan Valid

6 Desember 2023   23:16 Diperbarui: 6 Desember 2023   23:35 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Logika merupakan bidang ilmu yang mengkaji aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang dipakai untuk berpikir dengan benar dan sahih. Kata logika berasal dari bahasa Yunani, yaitu "logos" yang artinya "kata" atau "pemikiran", dan berhubungan dengan cara kita menyusun, menilai, dan menyampaikan alasan atau argumen untuk menyetujui atau menolak suatu klaim atau pernyataan. Ada dua jenis logika, yaitu logika deduktif dan logika induktif. 

Yang pertama, logika deduktif adalah logika yang berdasar pada penalaran dari sesuatu hal yang itu sifatnya umum ke sesuatu hal yang itu sifatnya khusus, sedangkan logika induktif adalah logika yang berdasar pada penalaran dari sesuatu hal yang itu sifatnya khusus ke suatu hal yang itu sifatnya umum. Logika deduktif bersifat mutlak dan tidak bisa dibantah, sedangkan logika induktif bersifat tidak mutlak dan bisa dibantah.

Salah satu contoh penerapan logika deduktif adalah silogisme. Silogisme adalah bentuk penalaran yang mengandung dua buah premis dan sebuah kesimpulan. Dua buah premis tersebut harus bersifat umum dan benar, sedangkan kesimpulan harus bersifat khusus dan sesuai dengan premis-premis tersebut. Misalnya, premis pertama: "Semua manusia adalah makhluk hidup." Premis kedua: "Saya adalah manusia." Kesimpulan: "Saya adalah makhluk hidup." Kesimpulan ini bersifat mutlak dan tidak bisa dibantah, karena ia sesuai dengan premis-premis yang umum dan benar. 

Silogisme dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti silogisme kategoris, silogisme hipotetis, dan silogisme disjungtif. Silogisme kategoris merupakan sebuah silogisme yang premis dan kesimpulan dalam bentuk pernyataan kategoris, yaitu yang menghubungkan dua konsep atau kelas dengan menggunakan kuantor seperti semua, sebagian, atau tidak ada. 

Silogisme hipotetis adalah silogisme yang premis atau kesimpulannya berbentuk pernyataan hipotetis, yaitu pernyataan yang menghubungkan dua proposisi dengan menggunakan kata-kata seperti jika, maka, atau hanya jika. Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis atau kesimpulannya berbentuk pernyataan disjungtif, yaitu pernyataan yang menghubungkan dua proposisi dengan menggunakan kata-kata seperti atau, baik, atau maupun.

Salah satu contoh penerapan logika induktif adalah generalisasi. Generalisasi adalah bentuk penalaran yang terdiri dari beberapa observasi dan satu hipotesis. Observasi-observasi tersebut harus bersifat khusus dan nyata, sedangkan hipotesis harus bersifat umum dan belum terbukti. Misalnya, observasi pertama: Kucing hitam itu suka susu. Observasi kedua: Kucing putih itu suka susu. Observasi ketiga: Kucing belang itu suka susu. Hipotesis: Semua kucing suka susu. Hipotesis ini bersifat tidak pasti dan dapat dibantah, karena ia didasarkan pada observasi-observasi yang terbatas dan tidak mencakup semua kemungkinan. 

Generalisasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti generalisasi induktif, generalisasi statistik, dan generalisasi analogi. Generalisasi induktif adalah generalisasi yang didasarkan pada sejumlah observasi yang cukup besar dan representatif untuk membuat hipotesis yang umum dan rasional. Generalisasi statistik adalah generalisasi yang didasarkan pada data numerik yang dapat diukur dan dihitung untuk membuat hipotesis yang umum dan probabilistik. Generalisasi analogi adalah generalisasi yang didasarkan pada persamaan atau kemiripan antara dua hal yang berbeda untuk membuat hipotesis yang umum dan metaforis.

Logika deduktif dan logika induktif memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan logika deduktif adalah ia dapat memberikan kesimpulan yang pasti dan tidak dapat dibantah, asalkan premis-premisnya benar. Kekurangan logika deduktif adalah ia tidak dapat memberikan pengetahuan baru, karena kesimpulannya sudah terkandung dalam premis-premisnya. Kelebihan logika induktif adalah ia dapat memberikan pengetahuan baru, karena hipotesisnya belum terbukti sebelumnya. Kekurangan logika induktif adalah ia tidak dapat memberikan kesimpulan yang pasti dan tidak dapat dibantah, karena hipotesisnya dapat salah atau tidak lengkap.

Logika merupakan ilmu yang bermanfaat dan penting untuk membantu kita berpikir secara benar dan valid. Ada dua cabang logika utama, yaitu logika deduktif dan logika induktif, yang memiliki perbedaan dalam cara berpenalaran. Logika deduktif menghasilkan kesimpulan yang pasti dan tak terbantah, sementara logika induktif menghasilkan hipotesis yang tidak pasti dan bisa dibantah. Karena masing-masing jenis logika memiliki keunggulan dan kelemahan, kita harus menggunakan keduanya secara bijak dan kritis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun