Kota Semarang, yang merupakan pusat pemerintahan dan ekonomi di Jawa Tengah, memiliki banyak daya tarik dan nilai historis. Kota ini juga terkenal dengan julukan kota ATLAS, yang merupakan akronim dari Aman, Tertib, Lancar, Asri, dan Sehat. Namun, tidak semua wajah kota ini tampak indah dan sejahtera. Ada sebuah perbedaan yang mencolok antara rumah susun (rusun) di Pekunden dengan gedung perkantoran milik Pemerintah Kota Semarang yang bernama Gedung Pandanaran.
Rusun Pekunden Semarang adalah rumah susun sederhana pertama yang dimiliki Kota Semarang yang dibangun pada awal tahun 1990-an. Rumah susun ini terletak di Jalan Pekunden, Kelurahan Pekunden, Kecamatan Semarang Tengah. Rumah susun ini memiliki 53 unit hunian dengan luas 21 meter persegi per unit. Rumah susun ini juga memiliki fasilitas seperti tempat parkir, taman bermain, lapangan olahraga, dan ruang serbaguna.
Rusun Pekunden Semarang merupakan hasil dari revitalisasi kampung kumuh yang berada di belakang kompleks balai kota Semarang. Revitalisasi ini dilakukan dengan melibatkan partisipasi warga setempat, yang tidak mau direlokasi selama proses pembangunan rumah susun berlangsung. Rumah susun ini dibangun secara bertahap dan tidak sekaligus, dengan memperhatikan kebutuhan dan aspirasi warga. Rumah susun ini juga menjadi tempat bagi kegiatan bakti sosial dari berbagai organisasi sosial, yang memberikan bantuan dan pendidikan kepada anak-anak PAUD yang ada di dalam rumah susun.
Rusun Pekunden Semarang berjarak sekitar 7 kilometer dari Gedung Pandanaran, yang merupakan gedung perkantoran milik Pemerintah Kota Semarang, yang beralamat di Jl. Pemuda, Sekayu, Semarang Tengah, Semarang. Gedung ini memiliki tujuh lantai dan menjadi tempat berkantor beberapa dinas Pemerintah Kota Semarang, seperti Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Semarang, dan Dinas Koperasi dan UKM.
Perbedaan antara rusun dan gedung perkantoran ini bisa dilihat dari aspek fisik maupun sosial. Dari aspek fisik, rusun terlihat sederhana dan sesak, sedangkan gedung perkantoran terlihat mewah dan lapang. Dari aspek sosial, rusun menjadi hunian bagi masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi, sedangkan gedung perkantoran menjadi tempat kerja bagi pejabat-pejabat pemerintahan yang memiliki posisi dan pendapatan tinggi.
Namun, di tengah kontras tersebut, di tengah baju yang bergelantungan di rumah susun yang padat, ada secercah harapan pada sebuah PAUD di dalam rusun tersebut. Saya bersama beberapa teman dari organisasi himpunan prodi menggelar kegiatan bakti sosial di PAUD tersebut pada hari Rabu, 9 Agustus 2023. Kegiatan kami meliputi mewarnai, makan, serta bermain bersama mereka. Saya merasa bahagia dan terharu melihat anak-anak PAUD tersebut.Â
Mereka tampak gembira dan semangat mengikuti kegiatan kami. Mereka juga sangat berbakat dan cerdas, meskipun fasilitas belajar mereka sangat minim. Mereka juga sangat kreatif dan imajinatif dalam bermain. Saya juga merasa kagum dengan guru-guru PAUD tersebut. Mereka sangat sabar dan penuh cinta dalam mendidik anak-anak PAUD tersebut. Mereka juga sangat kompeten dan profesional dalam mengajar. Mereka menggunakan metode-metode yang menarik dan menyenangkan untuk anak-anak PAUD tersebut. Mereka juga sangat kooperatif dan terbuka dengan kami sebagai relawan.Â
Saya berharap kegiatan bakti sosial ini bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi anak-anak PAUD tersebut. Saya juga berharap pemerintah bisa memberikan perhatian lebih kepada rusun Pekunden dan warganya. Saya berpikir bahwa perbedaan antara rusun dan gedung perkantoran ini tidak harus menjadi penghalang, melainkan menjadi motivasi untuk menciptakan kota yang lebih adil dan sejahtera bagi semua. Saya percaya bahwa Semarang bisa menjadi kota yang ATLAS dalam arti sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H