Mohon tunggu...
Alya DinarKharisma
Alya DinarKharisma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Diponegoro

medstud

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stop Stigma, Lindungi ODHA

4 Desember 2023   09:28 Diperbarui: 4 Desember 2023   09:49 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membangun kemanusiaan melalui secercah harapan. Tepat pada 1 Desember 2023 kemarin adalah Hari AIDS Sedunia. Hari itu diperingati untuk meningkatkan kesadaran kepada masyarakat agar mengenal lebih jauh dan mewaspadai pentingnya HIV-AIDS. Tidak hanya itu, Hari AIDS Sedunia sekaligus diperingati sebagai bukti dukungan kepada mereka yang terjangkit HIV-AIDS atau yang biasa disebut dengan ODHA.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan infeksi dan melemahkan sistem imun manusia sehingga mudah terserang berbagai penyakit. HIV adalah virus yang menyebabkan terjadinya Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Dimana AIDS merupakan sekumpulan tanda atau gejala dan peradangan yang muncul setelah rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Saat ini, HIV/AIDS menjadi permasalahan kesehatan yang sudah berkembang dengan mendunia. Salah satu negara Asia yang mempunyai kasus HIV-AIDS tertinggi yaitu Indonesia. Tingginya kasus HIV/AIDS  erat kaitannya dengan permasalahan sosial di masyarakat, seperti stigma negatif yang mangakibatkan penderita HIV/AIDS merasa dikecam dan terpojokkan. 

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat jumlah kasus HIV (human immunodefiency virus) di Indonesia diproyeksikan mencapai 515.455 kasus selama periode Januari sampai September 2023. Dari total tersebut, 454.723 kasus atau 88% sudah terkonfirmasi oleh penderitanya.

Orang yang terkena penyakit HIV-AIDS disebut dengan ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS) Terlepas dari ODHA, pasti akan ada stigma yang membelenggunya. Stigma adalah salah satu diskriminasi yang diberikan kepada ODHA sebagai pandangan buruk atas apa yang menimpanya. Sebagian besar stigma muncul karena ketidakpahaman dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai HIV-AIDS yang sesungguhnya. Stigma sosial sering menyebabkan pengucilan seseorang ataupun kelompok sehingga mereka menutup diri dari lingkungannya. Termasuk juga ODHA, mereka cenderung lebih takut untuk melakukan aktivitas seperti biasanya karena banyak stigma yang diberikan kepadanya. Padahal, bukan stigma yang harus diterima tetapi dukungan dan pengertian yang patut mereka terima agar dapat terus melanjutkan kehidupan seperti layaknya orang biasa.

Stigma bermula dari pola pikir masyarakat yang percaya bahwa infeksi HIV/AIDS disebabkan oleh perbuatan yang menyimpang dan tercela. Dari pandangan itu, masyarakat yang mempunyai stigma terhadap pengidap HIV/AIDS akan memandang rendah, mendiskriminasi dan mengucilkan, bahkan merasakan ketakutan yang berlebihan kepada ODHA. Stigma terjadi karena kurangnya informasi dan pengetahuan yang lebih mengenai infeksi HIV/AIDS terkhusus faktor penularannya. Banyak masyarakat yang masih menganggap bahwa bertemu dengan ODHA dapat menularkan infeksinya. Padahal, penularan HIV-AIDS tidak semudah itu.

Penularan HIV-AIDS tidak akan terjadi ketika kita berpapasan, berjabat tangan, menggunakan toilet dan alat makan bersama, benerang di kolam yang sama, gigitan nyamuk, bahkan berpelukan dan berciuman pun tidak akan menularkan virusnya. Virus HIV hanya mempunyai kadar yang sedikit pada air keringat, air mata, maupun air kencing sehingga jika kita menyentuh cairan tersebut tidak akan berdampak pada penularan HIV-AIDS. HIV hanya akan menular jika ada kontak dengan darah, cairan vagina, cairan sperma, atau ASI penderita dalam jumlah yang cukup dan masuk ke dalam tubuh orang lain. HIV dapat ditularkan melalui beberapa aktivitas seperti hubungan seksual (anal dan vagina) tanpa kondom, transfusi darah maupun transplantasi organ, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi, serta transmisi dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya. Untuk itu, penting bagi kita untuk memahaminya agar dapat menghindari penularan virus ini.

Banyak dari masyarakat yang belum mengenali lebih dalam tentang HIV/AIDS.  Kebanyakan masyarakat menganggap ODHA sebagai manusia pendosa, sampah masyarakat, pengguna narkotika, dan pelanggan lokalisasi, serta hukuman atas perbuatan yang telah dilakukannya. Interpretasi yang salah ini memunculkan stigma yang negatif dan diskriminatif terhadap ODHA. Stigma ini akan menimbulkan efek psikologis yang berat pada ODHA dan dapat menyebabkan kurangnya kepercayaan diri untuk terus melanjutkan kehidupan seperti biasanya hingga menyebabkan depresi. Stigma dan diskriminasi negatif yang ada merupakan salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Tingginya penolakan dari masyarakat dan lingkungan akan kehadiran orang terinfeksi HIV/AIDS menyebabkan sebagian ODHA harus hidup dengan menyembunyikan status.

Dampak selanjutnya adalah ODHA akan merasa takut untuk melakukan tes HIV, sebab apabila terungkap hasilnya dapat menyebabkan mereka dikucilkan sehingga memutuskan untuk menunda pengobatan apabila mereka sakit. Hal tersebut mengakibatkan semakin menurunnya tingkat kesehatan ODHA, penularan HIV tidak dapat dikontrol, dan mendukung virus HIV untuk menyebabkan komplikasi neuropsikiatri.

Pemahaman terkait HIV/AIDS dapat mempengaruhi sikap masyarakat pada penderita HIV/AIDS. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah  pemberian informasi lengkap tentang HIV/AIDS  melalui konseling atau sosialisasi yang berperan dalam mengurangi stigma. Pengetahuan dapat berpengaruh dalam pembentukan reaksi seseorang. Dengan demikian, agar kualitas hidup dan kesehatan ODHA dapat membaik serta dapat menjalankan kehidupan seperti biasa tanpa adanya diskriminasi, maka stigma negatif perlu dihapuskan dengan upaya edukasi yang lebih gencar dan tepat sasaran.

Mengerti memang tidak semudah memahami, tetapi apa sulitnya untuk peduli. Tuhan menciptakan manusia serasi, tunjukkan bahwa mereka tidak sendiri. Bukan untuk dibenci apalagi diskriminasi. Tidak ada alasan untuk kita mengutuknya. Stop stigma, lindungi ODHA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun