Nama lengkapnya Bilal bin Rabah Al-Habasyi. Ia berasal dari negeri Habasyah, sekarang Ethiopia. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan digelari Muadzdzin Ar-Rasul. Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah dengan seorang Ibu yang di kenal dengan Sauda. Nama Hamamah, seorang hamba sahaya hitam di antara hamba-hamba sahaya Makkah, oleh karena itu sebagian orang memanggilnya dengan Ibnu As Sebagai keturunan afrika, Bilal mewarisi warna kulit hitam, rambut keriting, dan postur tubuh yang sangat tinggi. Bilal tumbuh di Ummul Qura, dia adalah hamba sahaya milik anak yatim dari Bani Abdud Dar, Bapak mereka mewasiatkannya kepada Umayyah bin Khalaf.
Bilal adalah seorang yang teguh pendiriannya, tenang dalam penampilannya, berwibawa, cerdas dan kuat daya ingatnya. Sejak kecil dia menghabiskan masa remaja dengan menjadi pembantu majikannya. Beliau adalah orang yang bagus akhlaknya, tunggal tiada duanya, istimewa bila dibandingkan dengan kebanyakan sahabatnya dengan sifat-sifat yang sudah dikenal pada dirinya. Itu menjadikan dia menempati kedudukan yang terpecaya di antara mereka. Salah satu terpenting adalah perkataan yang jujur dalam seluruh perkataannya, bahkan juga pada seluruh perbuatannya, baik saat beraktifitas maupun ketika diam tenang.
Bilal adalah orang yang berpengaruh bagi orang sekitarnya. Dan dia memenuhi kebutuhan orang lain berpindah di antara pasar dan rumah. Inilah yang membuat dirinya memahami hakikat semua permasalahan dan dapat membedakan tingkah laku (budi pekerti) manusia. Mana yang baik dan mana yang buruk diantara mereka. Dia sukses dengan kesabarannya dan tabah dalam derita sakit serta kekerasan yang ia alami. Hal ini tidak mengubah kekuatan qona'ah dan keimanannya. Bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Bilal menjadi dikenal dengan kemerduan suaranya yang keras serta indah dalam membaca Al-Qur'an dan lantang ketika adzan. Dialah orang pertama yang mengumandangkan adzan untuk shalat. Selanjutnya dia dibantu oleh Abu Mahdzurah dan Ibnu Ummi Maktum.
Sa'id bin Abdul Aziz bertutur: "Pada akhir hayatnya Bilal mengatakan: 'Aku akan bertemu orang-orang tercinta, Muhammad dan golongannya.' Istrinya menyahut: 'Celakalah aku!' dan Bilal menanggapi: "berbahagialah aku". Bilal pun menghembuskan nafas terakhir, sementara Allah berkehendak mengabadikan namanya bagi penghuni alam semesta. Adapun derajatnya di akhirat adalah surga yang penuh kenikmatan. Bilal meninggal dunia pada tahun 20 Hijriyah, usianya sekitar enam puluh tahun. Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khathab. Namun, namanya masih harum hingga kini. Bahkan, di sejumlah masjid di Indonesia, mungkin juga di negara lainnya, nama muazin selalu tercantum dengan tulisan Bilal. Ini menunjukkan sebagai penghormatan kepada sang muazin Rasulullah, pengumandang azan pertama di dunia. Semoga Allah memberikan tempat yang mulia di sisi-Nya. Semoga Allah senantiasa merahmatinya dan mempertemukan kita bersama di Surga bersama Nabi Muhammad dan para sahabatnya, serta bisa  mendengar Bilal bin Rabah melantunkan adzannya di Surga.
Referensi:Â
digilib.uinsby.ac.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H