Ilmuwan Kimia dalam Islam

Ilmu kimia merupakan suatu ilmu dari cabang ilmu pengetahuan yang sama hubungannya dengan sifat dan juga beberapa karakteristik kimia dan fisika yang berasal dari materi maupun wujud zat serta interaksinya dengan energi. Terdapat banyak perbedaan yang bisa dilihat saat membandinngkan kimia dasar dan kimia modern. Kimia dasar merupakan ilmu kimia yang berasal dari zaman kuno, dimana saat zaman itu ilmuwan menamainya dengan Alkenis. Pada kimia dasar juga dijelaskan semua dasar-dasar subjek yang disimpulkan setelah serangkaian percobaan. Sedangkan kimia modern merupakan sebuah ilmu kimia yang mendominasi saat abad ke-17 lalu meletakkan langkah-langkah sistematis dalam memperoleh pengetahuan. Dalam ilmu kimia juga terdapat lima cabang, diantaranya yaitu kimia organik, kimia analitik, kimia anorganik, biokimia serta kimia fisika.

Menurut Durant, ilmu kimia merupakan sebuah ilmu di dalamnya hampir diciptakan oleh peradaban Islam. Dalam bidang kimia, peradaban Yunani hanyalah sebatas memunculkan sebuah hipotesis yang masih, ucap Durant. Namun, peradaban Islam, papar dia, telah memperkenalkan beberapa observasi yang tepat, eksperimen yang terkontrol, serta catatan maupun dokumen yang begitu teliti. Sejarah juga telah mencatat jika bidang kimia masa peradaban Islam pada era kejayaan telah melakukan resolusi.

Ilmuwan kimia muslim berhasil menjadikan beberapa teori pada ilmu kimia menjadi bidang industri yang berguna untuk peradaban dunia. Ilmuwan kimia Muslim pada zaman kegemilangan telah berhasil mendapatkan beberapa produk serta penemuan yang telah merasakan manfaatnya sampai sekarang akibat dari memanfaatkan sebuah ilmu kimia. Pencapaian yang sangat luar biasa tersebut merupakan hasil dan kerja keras dari para ilmuwan yang telah menyumbangkan pengembangan dari penerapan ilmu kimia yang berlainan.

Para ilmuwan kimia tersebut, yaitu:

1. Jabir Ibnu Hayyan (721 Masehi  -- 815 Masehi), beliau lahir di Kampung Tus, Khurasan (timur laut Iran) pada 721 Masehi saat kekuasaan Dinasti Umayyah. Julukan Bapak Kimia Modern ditunjukkan kepada Jabir Ibnu Hayyan. Hal ini dikarenakan, beliau telah menemukan ilmu kimia terlebih dahulu sebelum 10 abad yang lalu seorang ahli Kimia Barat mencetuskan sebuah teori atom molekul, tepatnya dicetuskan oleh John Dalton sekitar tahun 1766 Masehi-1844 Masehi. Bapak Kimia Modern memiliki nama lengkap, yaitu Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan. Seorang putra dari seorang ahli farmasi dan juga peracik obat yaitu Hayyan al-Adzi. Jabir merupakan orang yang pertama kali mengajarkan mengenai ilmu ukuran, kaidah timbangan serta dimensi saat melakukan penelitian. Beliau juga mengajarkan mengenai setiap benda dapat terbakar. Logam dapat teroksidasi serta terbuat dari merkuri, sulfit, maupun garam galian. Selain itu, beliau juga mengajarkan beberapa macam teori kimia, menciptakan batu nitrat perak atau kaustik sebagai obat luka atau pengganti tubuh yang telah rusak, menciptakan tinta dari karat besi yang bisa bersinar untuk membaca surat berharga saat peperangan di malam hari yang gelap tanpa adanya lampu, serta dapat membuat cat yang dapat menjaga pakaian dari kelembaban dan dapat menghidari dari pengoksidasian besi. Titik awal dari sebuah ilmu keperawatan dasar zaman sekarang adalah bukti dari cat yang telah dihasilkan oleh Bapak Kimia Modern. Selain itu, masih banyak lagi yang telah Jabir ciptakan dalam bidang Kimia.
2. Muhammad Ibn Zakariya ar-Razi, lahir di tahun 866 Masehi. Beliau juga merupakan salah satu ilmuwan Muslim yang berjasa saat revolusi ilmu kimia. Ar-razi juga tak kalah hebatnya dengan Bapak Kimia kita, beliau juga dapat membuat klasifikasi dari zat alam yang bermanfaat. Zat yang ada di alam terbagi mejadi tiga, yaitu zat keduniawian, tumbuhan, serta zat binatang. Hasil karyanya yaitu soda dan oksidasi dari timah, selain itu juga ia mampu membangun serta mengembangkan sebuah laboratorium kimia yang bernuansa modern dengan menggunakan sekitar lebih dari 20 peralatan yang biasa digunakan untuk praktik. Alat laboratorium tersebut masih dapat digunakan hingga sekarang, bahkan karena beliau, industri farmakologi mulai muncul di dunia.
3. Abul Qasim Maslamah bin Ahmad Al-Majriti (950M -- 1007M), beliau lahir di Madrid. Al-Majriti telah berhasil dalam menulis buku kimia yang berjudul, Rutbat Al-Hakim. Di dalamnya beliau menjelaskan beberapa rumus serta cara pemurnian logam mulia, serta termasuk ilmuwan pertama yang berhasil membuktikan tentang prinsip kekekalan massa yang pada 8 abad kemudian dikembangkan oleh Lavoisier, seorang kimiawan Barat.
4. Abu Rayhan Muhammad Ibnu Ahmad Al-Biruni, merupakan seorang ilmuwan dari Spanyol pada bidang kimia dan farmakologi. Beliau wafat pada tahun 1051 Masehi. Pada Kitab Al-Saydalah atau Kitab mengenai obat-obatan, beliau menerangkan dengan jelas mengenai pengetahuan tentang obat-obatan. Beliau juga menegaskan betapa pentingnya peran farmasi beserta dengan fungsinya.

Begitulah, peran para ilmuwan kimia Muslim yang berperan untuk melakukan revolusi dalam ilmu kimia. Pada zaman dahulu, ilmu kedokteran, ilmu kimia, biologi, sosial, astronomi, aljabar, science, filsafat, dan sebagainya sangatlah maju di dunia islam sebelum terjadinya perang yaitu perang salib atau perang yang dimulai oleh umat Kristen. Tetapi, ketika terjadinya perang salib, sebagian buku mengenai ilmu pengetahuan banyak yang diambil kemudian dibakar yang dikarenakan terjadinya serangan pasukan salib, yang berakhirnya semua buku di perpuastakaan Baghdad dibakar dibakar dan juga dibuang ke sungai tigris.

Daftar pustaka

1. Ajetito.2012.Kimia dan Islam.(21 November 2021).dari https://ajetito.wordpress.com/2012/04/04/kimia-islam/#:~:text=Kimiawan%20Muslim%20telah%20mengubah%20teori-teori%20ilmu%20kimia%20menjadi,dan%20penemuan%20yang%20sangat%20dirasakan%20manfaatnya%20hingga%20kini
2. Ilmukimia.org.Ilmu Kimia.(24 Oktober 2021).dari https://www.ilmukimia.org/
3. Suaramuhammadiyah.id.2016.Penemu Ilmu Kimia.(23 November 2021). dari https://suaramuhammadiyah.id/2016/08/14/jabir-ibnu-hayyan-penemu-ilmu-kimia/