Hidup minim sampah saat ini jadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan di Indonesia. Tapi, hidup minim sampah bukan suatu hal yang mudah untuk dimulai jika belum terbiasa. Karena semua hal dimulai dari niat dan tujuan, maka kita perlu memahami tujuan di baliknya. Ditambah lagi, untuk konsisten melakukan suatu hal juga perlu alasan yang kuat. Jadi, inilah beberapa alasanku memulai gaya hidup minim sampah.
Apa ini? bukit? gunung? bukan, ini tumpukan sampah. let's zoom in:
Apa perasaan kalian saat melihat foto ini? perasaanku campur aduk: sedih, kesel, jijik, geregetan, dan bingung mungkin. Ngga mau berlama-lama melihat foto ini karena ngga mau merasakan perasaan-perasaan itu.
Tapi, kita lihat atau ngga, kita merasakan kondisi tumpukan sampah itu atau ngga, mereka tetap ada di sana, dan seiring berjalannya waktu TPA semakin penuh. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume sampah yang terangkut di DKI Jakarta mencapai 7.233,82 ton per hari pada tahun 2021 kalau kita melihat ke masa depan, misalnya 5 tahun lagi, jika jumlah sampah yang masuk ke TPA setiap harinya masih sama, maka TPA akan penuh. Lalu, apa yang mungkin terjadi? TPA longsor, pencemaran air dan lingkungan sekitar yang semakin parah, sampah di TPS tertunda diangkut, penyebaran penyakit, dan lainnya. Maka, sebelum hal-hal itu terjadi, kita bisa mencegahnya mulai dari sekarang.
Alasan yang kedua:
Semua orang pasti tau kalau plastik butuh ratusan bahkan ribuan tahun untuk terurai. Tapi sebelum terurai, dia ngga diem aja. Plastik yang dibuang dan terkena panas sinar matahari bisa mengeluarkan gas metana dan karbondioksida. Bukan hanya plastik, sampah organik yang terperangkap di dalam plastik pun bisa mengeluarkan gas metana yang lebih berbahaya, bahkan sampai menimbulkan ledakan seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah tahun 2005. Semoga hal seperti ini ngga terjadi lagi ygy, Aamiin.
Nah, gas yang dikeluarkan itu berdampak pada perubahan iklim dan peningkatan suhu bumi yang kita rasakan sekarang. Kalau lagi panas, panaaas banget. Kalau hujan, dereees banget. Ternyata bukan hanya emisi karbon dari kendaraan aja yang bikin panas, sampah juga punya peran di situ. Tapiii bisa kita kurangi sedikit demi sedikit.
Alasan yang ketiga:
Berdasarkan berbagai sumber yang kubaca, ternyata plastik terbuat dari minyak bumi. Semakin banyak plastik yang diproduksi, maka semakin banyak juga minyak bumi yang dibutuhkan. Artinya, semua kemasan sekali pakai yang kita gunakan sudah memberikan dampak pada lingkungan bahkan sejak proses pengambilan bahan baku dari alam. Hingga sampai ke tangan konsumen, kemasan itu melewati proses produksi dan distribusi yang panjang. Tidak hanya plastik, tapi semua kemasan sekali pakai seperti, kertas, karton, dan lainnya, membutuhkan proses panjang dalam produksinya.
