Mohon tunggu...
Aly Rahmat Shaleh
Aly Rahmat Shaleh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang pembelajar yang merantau dari pulau Seram Maluku, yang tertatih-tatih berusaha meraih impian dan harapan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Efek Diderot dalam Kehidupan

15 Juli 2010   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:51 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Suatu hari seorang filsuf Perancis mendapatkan hadiah dari temannya berupa jas atau jaket yang mahal harganya. Filsuf tersebut adalah Denis Diderot, seorang pemikir brillian pada masanya. Dia hidup pada abad ke 18, tepatnya dilahirkan tahun 1713 di Langres dan meninggal 1784 di Paris. Beberapa pakar menyejajarkannya dengan Voltaire, Jean-Jacques Rouseau, dan Montesquieu yang menciptakan ‘trias politica", teori yang digunakan di banyak negeri sampai saat ini.

Diderot lebih dikenal di Jerman daripada Perancis karena tulisannya bersifat paradox dengan jamannya sehingga sulit diterbitkan di Perancis dan  lebih banyak diterbitkan di Jerman. Dalam buku hariannya Diderot menulis bahwa ia pulang ke apartemennya dengan mengenakan jaket pemberian temannya itu. Dia merasa bahwa jaket itu yang terbaik di apartemennya dan ia menyukai jaket itu karena itu membuatnya merasa itulah yang diinginkannya di masa depan. Dia melihat perabotan kayu murah, wallpaper terkelupas, kamar tidur yang berantakan di apartemennya. Selama ini dia merasa biasa saja dengan hal itu sampai kemudian dia menyadari bahwa dengan jaket yang dipakainya maka apartemennya yang buruk itu tidak cocok untuknya. Secara berangsur ketika Diderot mendapatkan lebih banyak uang, ia mulai menggantikan segalanya di apartemennya mulai dari perabot, mebel sampai lukisan berkelas di apartemennya, pokoknya agar semua miliknya cocok dengan kualitas jaket sutranya.

Kejadian seperti itu tanpa disadari pernah dialami, ada seorang teman yang mendapat sepatu baru dan kemudian ia mengganti jok mobil yang selama ini dipakainya karena merasa bahwa jok yang dipakainya sudah tidak cocok bila memakai sepatu itu demikian seterusnya sampai interior lainnya yang dianggap sudah tidak cocok diganti, sound system juga dirobah, berangsur sampai pada warna mobil atau cat, velg dan seterusnya. Kita mengganti suatu barang yang kita pergunakan karena mendapatkan suatu barang yang baru sehingga efek ini disebut efek Diderot.

Efek Diderot pernah kita alami dan alamiah saja. Ada yang awalnya menyenangi dan menikmati pekerjaannya sebagai karyawan di salah satu perusahaan atau instansi. Beberapa lama kemudian mulai memikirkan tentang promosi, dimanapun dia dipromosikan tidak jadi masalah, ke luar kota pun oke. Namun, setelah dipromosikan ke luar kota yang jauh  ternyata ada efek berikutnya yaitu ingin dimutasi lagi.

Setelah dimutasi ke kota yang merupakan homebase-nya pun masih menginginkan kantor yang dekat rumah. Yang sudah dipindah dekat rumah menginginkan jabatan yang lain yang lebih sesuai. Hal ini wajar saja. Yang menjadi tidak wajar jika efek Diderot terjadi pada pria-pria yang merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya  sehingga merasa perlu ke ‘Mak Erot' atau kaum hawa yang yang tidak puas dan pergi ke tukang silikon yang berakibat fatal karena bukannya untung malah buntung. Punya contoh lain?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun