Mohon tunggu...
Alwis Hamid
Alwis Hamid Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dikotomi antara Akal dan Hati

9 November 2016   11:10 Diperbarui: 9 November 2016   11:22 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tubuh kita memiliki dua alat yang digunakan untuk berfikir yaitu akal dan satu lagi di gunakan untuk merasa yaitu hati, Kesempurnaan manusia terletak pada akal jika dibandingkan dengan makhluk lain yang ada di dunia, tetapi  akal  ini juga bisa menyebabkan kita masuk pada kelompok manusia baik atau buruk, mengetahui sesuatu itu benar di dalam hati merupakan tingkat keyakinan yang berbeda yang entah bagaimana merupakan kepastian yang lebih mendalam dibanding dengan keyakinan dengan menggunakan akal.

Ada suatu tahapan ajek dalam perbandingan dalam kendali dengan menggunakan akal atau hati terhadap pola pikir. semakin kuat perasaan maka akan semakin dominan pemikiran emosional dan semakin tidak efektifnya pikiran rasional, begitu pula semakin kuatnya pemikiran rasional yang akan mendominasi pemikiran emosional dan semakin tidak efektif pemikiran emosional serta akan memberikan dampak yang berbeda dalam kehidupan kita,  kedua pemikiran ini pada umumnya bekerja dengan selaras saling melengkapi satu sama lain dalam mencapai pemahaman dalam menjalani kehidupan duniawi, biasanya ada keseimbangan antara pikiran yang menggunakan akal dan hati, emosi akan memberikan masukan dan informasi kepada proses rasional dan pikiran rasional memperbaiki dan terkadang memveto masukan-masukan emosi.

Namun sebenarnya emosional dan rasional kemampuan yang semi mandiri, pikiran sangat penting bagi perasaan begitu juga perasaan sangat penting dalam memutuskan sesuatu...ada satu yang bisa menggoyahkan keseimbangan antara hati dan akal adalah NAFSU..Keseimbangan akan goyah dan biasanya ada salah satu yang menguasai dari kedua komponen tersebut. Erasmus dan Rotterdam, Humanis dari abad keenam belas menulis dalam nada satiris tentang perseteruan abadi anatara Akal dan Hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun