foto : Â Anggota komunitas SRNM
Bahaya hoaks sebenarnya bukan hanya terhadap Demokrasi tetapi  juga bagi kehidupan kita secara umum. Paling tidak terdapat dua bahaya hoaks bagi warga. Pertama, pemahaman menghadapi dunia menjadi keliru. Informasi memiliki arti secara umum sebagai apa pun yang berguna mengurangi ketidakpastian. Informasi berwujud tulisan, gambar, video, simbol, dan kombinasi dari semuanya.Â
Kita mencari, mengumpulkan, memilih, dan memilah informasi untuk kehidupan kita, yaitu memahami dunia sekitar kita, berinteraksi dengan pihak lain, dan merencanakan hidup untuk mencapai harapan-harapan kita. Apa yang terjadi bila informasi yang kita miliki tersebut ternyata salah atau bahkan tidak ada?
 Pada level individual saja kehidupan dapat terganggu karena informasi yang keliru. Dapat dibayangkan apa terjadi pada level masyarakat bila basis untuk hidup bersama tersebut adalah informasi yang tidak memadai.Bahaya hoaks yang kedua adalah ilmu pengetahuan yang terhambat atau bahkan berhenti berkembang.Â
Sekumpulan informasi yang tertata adalah pengetahuan bagi seorang individu. Karena itulah, individu yang cerdas adalah individu yang memiliki banyak informasi sekaligus mampu menatanya dengan baik.Â
Pengetahuan yang diorganisasi dengan baik melalui metode yang tepat, fokus dan lokusnya jelas, serta dikembangkan dalam komunitas akademik adalah nama lain dari ilmu pengetahuan. Pada level komunitas akademik, informasi mengenai bidang tertentu adalah basis bagi pengembangan ilmu pengetahuan.Â
Bila informasinya keliru atau metode pengumpulannya tidak sesuai, ilmu pengetahuan tidak akan berkembang. Itulah sebabnya hoaks biasanya muncul di masyarakat yang tidak mau mengumpulkan informasi atau mencari jalan pintas sehingga informasi yang dikumpulkan tidak menjadi pengetahuan.
Bahaya hoaks yang ketiga adalah khusus di bidang politik. Sudah banyak pihak menyatakan bahwa hoaks berbahaya bagi demokrasi. Informasi adalah oksigen bagi demokrasi dan informasi bohong adalah racun bagi demokrasi. Informasi yang berkualitas akan mendorong demokrasi.Â
Hoaks yang menyasar pada kelompok tertentu akan memunculkan kebencian terhadap pihak lain, apalagi bila satu hoaks yang menyerang tersebut digaungkan terus menerus. Hoaks bertema politik adalah hoaks yang paling banyak bila dibandingkan denganhoaks bertema lain di media sosial Indonesia menjelang Pemilu 2019.
Hal tersebut mulai terlihat sejak akhir tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil riset kajian tim Pengecekan Fakta Mafindo, selama tahun 2018 terdapat 997 hoaks yang beredar di masyarakat. Dari jumlah tersebut, 488 hoaks adalah hoaks politik. Intensitas maraknya hoaks politik semakin terasa setelah penetapan nomor urut pasangan calon presiden dan wakil presiden pada September 2018.Â
Hal tersebut disampaikan oleh Santi Indra Astuti, ketua Komite Litbang Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).Inilah yang disebut sebagai era pasca kebenaran (post truth) di mana kebohongan dipercaya sebagai kebenaran, karena hoaks yang diulan ulang terus.Â