Mohon tunggu...
Nur Cahyo
Nur Cahyo Mohon Tunggu... Konsultan - HRD Koplak

Curhat HRD Koplak

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Curhat HRD Koplak, Orang HRD Punya Potensi Jadi "Joker"

12 Oktober 2019   08:05 Diperbarui: 12 Oktober 2019   10:14 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Harus pintar mengolah kata-kata ajaib direktur ke karyawan 

Saat Direktur bilang "Karyawan pada manja banget sih minta naikin tunjangan mulu, siapa sih yang minta ? bilang aja kalo nuntut mulu cari aja perusahaan lain yang mau penuhin kemauan dia."

HRD harus bilang ke karyawan : "Maaf, kita semua tahu saat ini kondisi bisnis sedang tidak stabil. Saat ini kita belum bisa menaiikan tunjangan apapun.  Mohon pengertian dari teman-teman karyawan. Mari kita naikkan produktifitas kita Bersama. Merdekaa"  

#Disitulah kadang saya mengerti kenapa harus ada Micin di dunia ini. Supaya hidup yang pahit ini terasa sedikit gurih. 


3. Harus menjadi bemper supaya karyawan nggak langsung complain ke DIrektur 

Nggak mungkin karyawan langsung complain ke Direktur, makanya diciptakan makhluk yang namanya HRD, harus sanggup menyaring aspirasi, keluhan karyawan sepahit apapun. Selesai di tingkat HRD itu lebih bagus, sehingga manajemen bias fokus ngurusin bisnis. 

HRD harus pintar mengemas Bahasa karyawan ke Direktur, begitu juga sebaliknya.  Kadang jiak terlalu blak-blakan, kondisi perusahaan malah bisa jungkir balik dan pastinya itu nggak bagus.  


4. Siap jika karyawan lain jaga jarak dengan HRD 

Namanya karyawan pasti ada aja bandelnya. Datang kantor telat, malsuin kuitansi obat, nilep duit perjalanan dinas, naikin harga beli kursi kantor dan lainnya. Wajar kalo ada beberapa karyawan yang nggak mau dekat-dekat sama HRD. 


Terkadang Direktur meminta HRD bekerja lebih, kayak nyuruh HRD buat survey kepuasan kerja karyawan, atau Analisa kesehatan karyawan. Jarang banget direktur yang nanyain "Gimana perkembangan jiwa kamu sebagai HRD ? "


HRD itu layaknya emak-emak di rumah. Harus bias ngelayanin suami, ngelayanin rewelnya anak, nyuci baju, jemput anak. Eh tapi nggak boleh keliatan capek, harus selalu fit saat suami pulang kerja dan anak anak pulang sekolah. Kalau nilai raport anaknya jelek pasti emaknya kan yang disalahin, kalo suaminya selingkuh emak-emak dibilang nggak bias merias diri. 

Begitulah analogi HRD.  

Intinya jadi HRD harus lebih dewasa dari karyawan lain di perusahaan. 


Makanya kalo kriteria recruitment nyari HRD itu simple aja : 

1. Pernah nonton film Joker 

2. Tulis surat pernyataan "tidak akan menuntut perusahaan jika jadi kayak Joker" 

3. Mau sarjana hukum atau psikologi terserah, yang penting tengah malem atau saat cuti WA karyawan harus dibalas


Walaupun begitu, HRD itu profesi yang dekat dengan pintu surga. Ngurusin karyawan meninggal, ngurusin karyawan sakit, ngurusin makanan karyawan sampai terkadang ikutan nguburin karyawan yang meninggal. 


Yang Pasti HRD itu ..... 

Profesi idaman calon mertua ..... Ratusan orang aja diurusin, apalagi kamu...... iya kamu .... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun