Sunan Kalijaga kita kenal sebagai salah satu wali yang menyebarkan agama Islam dengan menggunakan budaya dan adat istiadat setempat. Masih ingat kan dia menggunakan tembang ilir-ilir untuk menyebarkan agama Islam?Â
Ternyata Kanjeng Sunan juga mempergunakan kuliner lokal sebagai sarana penyebaran agama Islam, begitu detail dan kreatifnya beliau. Setelah Ramadan dirayakan hari raya Idul Fitri atau Lebaran, yang bermakna "lebar" atau pintu maaf yang terbuka "lebar" Kanjeng Sunan ingin ada sesuatu yang diingat masyarakat akan makna kemenangan Idul Fitri, didapatlah ketupat yang ternyata memiliki makna mendalam :Â
1. Anyaman dan Bentuk KetupatÂ
Bentuk ketupat yang bersegi empat memiliki makna dalam bahasa Jawa "Kiblat Papat Lima Pancer" (Lima Arah Mata Angin Satu Pusat) maknanya adalah ada berbagai arah (Barat Timur Utara Selatan) namun tetap memiliki satu pusat yaitu Kiblat (Ka'bah). Jika dibedah lebih filosofis lagi, kemanapun manusia melangkah di berbagai penjuru mata angin tetap akan kembali pada pusatnya yaitu Allah SWT. Â
Anyaman ketupat yang berliku-liku mencerminkan rumitnya perilaku dan dosa manusia yang rumit, namun ketika dibelah akan tampak daging ketupat yang putih bersih. Daging ketupat yang putih bersih mencerminkan jiwa manusia yang putih bersih alias suci kembali setelah bulan Ramadhan, setelah bermaaf-maafan dengan sesamanya. Â
2. Makna Janur (daun Kelapa) Sebagai Pembungkus KetupatÂ
Jaa a al nur (telah datang cahaya) dalam bahasa Arab atau Sejatine Nur dalam bahasa Jawa merupakan arti dari janur daun kelapa sebagai pembungkus ketupat. Setelah bulan Ramadhan tentunya semua umat berharap datangnya Nur (Cahaya) untuk motivasi semangat menghadapi bulan setelah Ramadhan. Santan pada opor ayam sendiri jika difilosofikan dapat dianalogikan sebagai Santen = Pangapunten (meminta maaf). Itu sebabnya Ketupat identik dengan santan opor ayam.Â
* * *Â
Pada masa Sunan Kalijaga, di Jawa ketupat tadinya banyak digunakan sebagai jimat yang digantung di depan pintu rumah untuk keberuntungan. Sama halnya dengan di Bali ketupat dijadikan salah satu bahan sesaji. Â Sunan Kalijaga mengubahnya menjadi sajian yang bernuansa Islam dan menghubungkannya dengan Ramadhan untuk mengikis unsur mistik dari ketupat itu.Â
Ketupat = Ngaku Lepat atau mengakui kesalahan atau bermaaf-maafan saat Lebaran. Tradisi ini masih ada bahkan di rumah kita yaitu prosesi sungkeman kepada orang tua. Tradisi sungkeman ini bukan dari Arab lho. Kalau di Arab, sehabis sholat Ied ya sudah langsung pulang. Sungkeman mengajarkan kita rendah hati, hormat pada orang yang lebih tua, mengakui kesalahan kita pada yang lebih tua. Budaya khas Indonesia yang membuat iri bangsa lain. Jangan sampai budaya ini perlahan hangus di era gadget ini. Â
Kanjeng Sunan mampu menghubungkan titik-titik tersebut menjadi sebuah budaya, budaya sungkeman dihubungkan dengan sajian Ketupat. Biasanya setelah sungkeman ada tradisi hantaran ketupat kepada yang lebih tua. Makanya ada yang namanya "Lebaran Ketupat" di Jawa, atau seminggu setelah hari raya Lebaran. Ini sisa-sisa dari tradisi baik yang diturunkan Sunan Kalijaga yang masih kita terapkan sampai saat ini.Â