Mohon tunggu...
ALVYNA ROHMATIKA
ALVYNA ROHMATIKA Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sebagai penulis, saya adalah kreator yang menggabungkan kepekaan artistik dengan kecerdasan kata untuk menghidupkan ide-ide menjadi kisah-kisah yang mendalam. Melalui kata-kata, saya membentuk dunia imajinatif yang mengajak pembaca untuk merenung, merasakan, dan terhubung dengan berbagai emosi. Setiap tulisan saya mencerminkan dedikasi pada keindahan bahasa dan kekuatan narasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Novel "Burung-Burung Rantau" Karya Y.B. Mangunwijaya dalam Aspek Multikultural

27 Oktober 2024   21:59 Diperbarui: 27 Oktober 2024   22:23 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Analisis novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya dalam aspek multikulturalOleh: Alvyna Rohmatika

Pendahuluan
Latar Belakang

        Karya sastra adalah replika kehidupan nyata. Walaupun berbentuk fiksi, misalnya cerpen, novel, dan drama, persoalan yang disodorkan oleh pengarang tak terlepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaiannya, pengarang sering mengemasnya dengan gaya yang berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia.
Seperti hal nya karya sastra prosa fiksi yang berbentuk novel sebagai salah satu bagian bentuk sastra, di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat tokoh. Realita sosial, realita psikologis, realita religius merupakan tema-tema yang sering kita dengar ketika seseorang menyoal novel sebagai realita kehidupan. Secara spesifik realita psikologis sebagai misal, adalah kehadiran fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika merespons atau bereaksi terhadap diri dan lingkungan.Dalam karya sastra terdapat relasi ganda, menurut Tynjanov (dalam Luxemburg, 1984: 35), yang pertama synfungsi, yakni relasi sastra dengan unsur yang berada di luar sastra, dan autofungsi, yakni relasi di dalam sastra itu sendiri. Oleh karena itu, karya sastra harus ditempatkan dalam fungsinya sebagai gejala sosio-budaya.(Imron,2013:2)
          Lahirnya karya sastra pada tiap angkatan tidak terlepas dari ideologi pengarang. Ideologi dalam karya sastra lebih diartikan sebagai gagasan dan pandangan hidup pengarang yang berkaitan dengan latar belakang sosial budaya dan situasi yang melahirkannya. Demikian pula munculnya beberapa karya sastra  yang mengungkapkan dimensi multikultural di jagat sastra Indonesia. Multikulturalisme merupakan fenomena yang menarik dalam kehidupan. Berdasarkan alasan dan pemikiran diatas, sesuai dengan judul makalah yang di ambil oleh penulis dalam makalahnya yakni "Analisis Novel Burung -- Brurung Rantau Karya Y.B. Mangunwijaya Dalam Aspek Multikultural".


Rumusan Masalah
         Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana menganalisis novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya dalam aspek multikultural ?

Tujuan
        Berdasarkan rumusan masalah yang di tulis diatas, maka tujuan penulis dalam makalah ini adalah dapat mengetahui analisis novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya dalam aspek multikultural.

Kajian Teori
Pengertian Sastra
   Sastra ialah bentuk seni yang di ungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan.(Najid,2009:7)

Prosa Fiksi
        Istilah prosa fiksi atau cukup disebut karya fiksi, biasa juga diistilahkan dengan prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita berplot. Pengertian prosa fiksi tersebut adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Sebagai salah satu genre sastra, karya fiksi mengandung unsur-unsur meliputi (1) pengarang atau narator, (2) isi penciptaan, (3) media penyampai isi berupa bahasa, dan (4) elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menhadi suatu wacana (Aminuddin,2010:66). Prosa fiksi adalah menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesame manusia. (Ismawati,2013:56)


Pengertian Novel
        Novel ialah sebuah karya fiksi prosa yang di tulis secara naratif dan biasanya di tulis dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novella yang artinya sebuah kisah atau sepotong cerita, penulis novel disebut dengan novelis. Isi novel lebih panjang dan kompleks dari isi cerpen, serta tidak ada batasan struktural dan sajak. Pada umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh -- tokoh dalam kehidupan sehari -- hari beserta semua sifat, watak dan tabiatnya.(Susanto,2015:3)

Multikultural
         Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.(Rahcmat,2015:1)
        Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra,2007:2)
        Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.(Rachmat,2015:1)
        Adapun dimensi multikultural dapat diartikan sebagai aspek yang berbasis pada pluralitas budaya dalam kehidupan masyarakat yang memberikan kebebasan kepada berbagai budaya untuk hidup berdampingan dengan saling menghargai satu dengan lainnya. Sastra multikultural berarti sastra yang mengandung dimensi-dimensi pluralistik yang menyuarakan spirit multikultural. Gagasan dan semangat pluralistik terasa mendasari karya sastra multikultural itu. Kultur lokal, nasional, dan global semuanya dapat berinteraksi secara wajar tanpa harus dipertentangkan, masing-masing memiliki eksistensinya.(Imron,2013:2)
Pembahasan
         Dalam sub bab ini akan membahas tentang analisis novel Burung -- Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya menggunakan teori multikultural, yang akan di paparkan sebagai berikut :
         Terlihat pada novel Burung -- Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya ini banyak membahas kultural. Berbagai nilai budaya antar bangsa dan antar etnis saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Masalah itu disajikan dalam novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya sekaligus mengungkapkan adanya perbedaan pandangan antar-generasi dan perkawinan budaya tradisi lama yang masih berpijak pada bumi Indonesia dengan budaya modern yang mengikuti zaman. Generasi tua diwakili oleh pasangan tokoh Wiranto dan Yuniati, sedangkan generasi pandangan modern pasca-Indonesia diwakili anak-anaknya: tokoh Anggi (Anggraini), pengusaha yang sukses di banyak negara, Wibowo yang bekerja di Swiss, Candra yang menjadi pilot pesawat dan banyak studi kedirgantaraan di Amerika, dan Neti yang suka hidup bebas bagai burung rantau yang dapat terbang sesuai dengan suara hatinya, serta Edi, si bungsu yang terpengaruh oleh pandangan Karl Marx dan terperangkap dalam narkoba.
          Aspek multikultural pertama dalam novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya sekaligus munculnya generasi pasca-Indonesia yang berpandangan pada multikulturalisme. Neti, tokoh utama novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya dilukiskan sebagai anak muda yang cerdas, dan suka kebebasan, namun memiliki kepedulian sosial tinggi.
           Terlihat bahwa pada tokoh Neti yang tekun terjun sebagai sosiawati untuk membimbing anak-anak miskin di perkampungan kumuh. Sebagai perempuan terpelajar, Neti mampu mengapresiasi berbagai nilai budaya. Baginya, manusia tidak perlu terikat oleh satu nilai tradisi lebih-lebih hanya satu budaya pribumi, misalnya. Manusia tidak perlu dipisah-pisahkan oleh sekat-sekat budaya etnis yang dianggapnmya menghalangi ruang geraknya. Karena itu, ia jatuh cinta kepada lelaki asal Punjab, yang memiliki kepedulian yang sama terhadap persoalan kemiskinan rakyat. Dapat di buktkan pada kutipan berikut:
Letjen Wiranto tertawa. "Kalau aku boleh menengahkan apa yang selalu dikatakan Neti, " sambungnya, "bukan saya memihak Neti, tetapi hanya karena mungkin ini baik kita perhatikan. Neti bilang bahwa bukan-asing-bukan-pribumi itu tidak perlu ditafsirkan negatif. Misalnya si Bowo ini sudah termasuk jenis yang menurut Neti generasi pasca-Indonesia." (Mangunwijaya,2014:111-112)
         Tokoh Neti dalam novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya, adalah seorang perempuan muda yang memiliki intelektual, yang menjadi generasi masa kini yang tidak mau terikat pada nilai-nilai tradisi yang dianggapnya kaku dan membelenggu. Ia lebih suka dengan berbagai nilai budaya dari mana pun selagi baik untuk dirinya. Berpacu pada multikulturalisme, nilai dari berbagai budaya dapat hidup berdampingan, sehingga dapat saling menghargai sesame manusia. Dengan multikulturalisme manusia juga dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan dengan bebas selagi ia menganggapnya baik untuk dirinya. Aspek multikultral dalam novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya adalah gambaran upaya generasi muda bebas menyerap berbagai nilai budaya etnis agar kemampuan berkreativitas lebih berkembang. Bercampurnya budaya Timur dan budaya Barat merupakan multikultural yang ada dalam novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya. Semua kebudayaan dalam kehidupan manusia dapat hidup berdampingan tanpa merendahkan satu dengan lainnya. Bagi multikulturalisme, setiap kebudayaan memiliki pandangan dan tujuan  tersendiri,oleh karenanya semuaharus saling menghargai dan menghormati. Dapat di buktikan pada kutipan sebagai berikut :
..."Inilah patungan kebudayaan Barat yang telah berkembang ke arah lain dari bangsaku yang kelak, selain dunia Cina dan Jepang, disebut Timur." Gumam Gandhi merenung-renung, seolah-olah mendarasd kitab-kitab silsilah, seperti ada sesuatu yang ia sesalkan.
"Padahal nenek moyang orantg-orang dan kebudayaan Hellen di Yunani Antik ini sama akarnya: orang-orantg Indo-Jerman ras Nordik dari Asia Sentral. Sungguh misteri, kami mengikuti garis-garis mitologi yang serba berbahasa lambang, dongeng, imajinasi, dan puisi; sedangkan orang-orang di sini menempuh jalan yang justru melawan dunia mitologi dan bahasa-bahasa perasaan, tegas mengandalkan diri kepada rasio, kemerdekaan berpikir, dan jiwa eksplorator yang tidak puas dengan apa yang didapat. Kami cinta pada segala yang statis, yang jangan berubah. Bagi kami, yang permanen, yang abadi, itulah yang terpuji, yang berbobot, yang keramat. Yang memberi ketentraman hati adalah jiwa bagaikan angin bambu dan gelagah rawa-rawa yang menyesuaikan diri dengan irama serta nafsu-nafsu alam; sedangkan budaya Hellen, benih Barat, senantiasa haus, tidak pernah puas, petualang-petualang dan pemberontak yang senang kalau menghadapi yang bergerak dan menempuh bahaya misterius yang tidak dikenal;pencari-pencari tanpa henti harta dalam gua-gua yang tertutup, pulau-pulau yang jauh pecinta dinamikadan penakluk alam semesta. (Mangunwijaya,2014:256-257)
         Terlihat pula pada perkawinan Bowo dengan Agatha, orang Yunani, merupakan paduan budaya Barat dan Timur. Budaya Barat yang tidak pernah puas, dan kebiasaan dalam berpetualang mengarungi jagat raya, sedangkan budaya Timur yang menyukai keabadaian (Tuhan), ketentraman, tetap mencintai keabadian dan ketentraman sehingga terciptalah keseimbangan jiwa. saling menghargai berbagai budaya sehingga semua budaya dapat hidup berdampingan satu dengan lainnya. Itulah aspek multikulturalisme, yang terdapat dalam novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya. Dapat di buktikan pada kutipan sebagai berikut : ...Kami cinta pada segala yang statis, yang jangan berubah. Bagi kami yang permanen, yang abadi, itulah yang terpuji, yang berbobot, yang keramat. Yang memberi ketentraman hati adalah jiwa...(Mangunwijaya,2014:256)
..."Kukira," sambung Mas Candra, "orang-orang kita harus mencari jalan kencana  tengah. Kemudian aku barangkali boleh dipensiun. Tetapi aku pun sudah dihinggapi penyakit Ikarus dan petualang-petualng Barat itu, jujur harus kuakui. Aku tidak bisa lagi tenang dan damai duduk di rumah kalau tidak dapat masuk dalam salah satu burung perang itu dan mengarungi dirgantara. (Mangunwijaya,2014:258)
         Aspek multikultural juga terlihat pada tokoh Candra yaitu lelaki Jawa yang mengaku mirip tokoh wayang Werkudara, yang memiliki sifat jujur dan tegas ini, termasuk orang Indonesia yang memiliki jiwa dan cara berpikir ala Barat. Akan tetapi sifat sebagai orang Timur masih tetap dipertahankannya, terutama sifat kemanusiaannya. Dapat di buktikan pada kutipan sebagai berikut :
..."Well, Si Candra kakakmu ini ya, mirip Werkudara Bayuputra, titisan Dewa Angin; dia ini sudah jadi sekrup mesin perang. Jadi praktis kami semua tadi orang yang hanya kebetulan saja lahir di Timur, tetapi jiwanya sudah Indo-Jerman Aria penakluk, petualang kejam, manipulator alam. Dengan segala kebanggaan, ini jujur terus terang kukatakan, aku tidak menyesal menjadi pilot. Namun, biar cuma sebagian dari suatu mesin besar, abangmu toh masih ingin manusiawi. Nah, keluarga kami ini perlu diwakili oleh kau, Marineti Dianwidhi, agar tetap manusawi." (Mangunwijaya,2014:259)
          Dengan demikian terlihat bahwa dalam novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya ini banyak menggunakan aspek multikultural dengan menyampaikannya melalui tokoh-tokoh generasi pasca-Indonesia.

Penutup
Simpulan

          Berdasarkan analisis novel Burung -- Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya ini dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek multikutural merupakan bagian dari sesuatu yang berbuah baik. Dengan adanya aspek multicultural pada novel Burung-Burung Rantau karya Y.B. Mangunwijaya mampu menumbuhkan sifat generasi muda atau pasca-indonesia lebih banyak berekspresi dengan budaya yang menurutnya baik, dan rasa saling menghargai serta mampu mengembangkan fikiran lebih luas sesuai dengan kebutuhan dunia.
Saran
        Berdasarkan simpulan diatas dapat di jadikan sebagai saran bahwa multikultural dapat di jadikan sebagai ajang membuka diri untuk dapat menjalani hidup bersama dengan saling menghargai dan menghormati budaya lain. Maka akan tumbuh lah rasa persaudaraan dan keseimbangan dalam bermasyarakat.

Daftar Pustaka
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo Bandung.
Najid, Moh, 2009. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University Press.
Mangunwijaya,Y.B.2014.Burung -- Burung Rantau.Jakarta.PT Gramedia Pustaka Utama
Azra,Azyumardi.2007.Identitas dan krisis budaya membangun multikulturalisme.  Halaman 1-2
(http://www.kongresbud.budpar.go.id/58%20ayyumardi%20azra.htm)
Imron,Ali.2013.Budaya Multikultural.Halaman 1-3
(http://www.google.co.id/m?&q=multikultural-budaya.html)
Rachmat.2015.Multikultural.Halaman 1-3
(https://id.m.wikipediaorg/wiki/Multikulturalisme.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun