Mohon tunggu...
ALVYNA ROHMATIKA
ALVYNA ROHMATIKA Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sebagai penulis, saya adalah kreator berbakat yang menggabungkan kepekaan artistik dengan kecerdasan kata untuk menghidupkan ide-ide menjadi kisah-kisah yang mendalam. Melalui kata-kata, saya membentuk dunia imajinatif yang mengajak pembaca untuk merenung, merasakan, dan terhubung dengan berbagai emosi. Setiap tulisan saya mencerminkan dedikasi pada keindahan bahasa dan kekuatan narasi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Bahasa dan Sastra: Tinjauan Konseptual

24 Agustus 2024   11:38 Diperbarui: 24 Agustus 2024   23:10 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Oleh: Alvyna Rohmatika

1. FilsafatMenurut (Kattsoff,2004) Filsafat adalah suatu analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis atas suatu sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Jadi disini Filsafat merupakan sebuah usaha untuk memahami dan mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya. Ia juga termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya dan bertujuan untuk memahami (understanding) dan kebijaksanaan (wisdom). Salah satu ciri dari Filsafat adalah bersifat Radikal, Universal dan Fundamental sehingga dapat menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan yang kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan dan menindaklanjuti ilmu pengetahuan tersebut setelah kita mencapainya.
Secara etimologis, kata radikal sesungguhnya netral. Radikalis, kata sifat ini berasal dari bahasa Latin, radix atau radici. Menurut The Concise Oxford Dictionary (1987), istilah radikal berarti ‘akar’, ‘sumber’, atau ‘asal-mula’. Dimaknai lebih luas, istilah radikal mengacu pada hal-hal mendasar, prinsip-prinsip fundamental, pokok soal, dan esensial atas bermacam gejala, atau juga bisa bermakna “tidak biasanya”
Kemudian Universal, dalam filsafat ada istilah kebenaran universal, yaitu kebenaran yang sifatnya umum tak terbatas ruang dan waktu. Banyak yang menganggap bahwa pemikiran filsafat dapat mencapai kebenaran universal, yaitu suatu kebenaran yang berlaku kapan saja dan di mana saja. Kebenaran yang universal tentu saja berdasarkan logika dan pembuktian yang tidak terbantahkan. Misalnya garam itu asin. Terkakit ini, beberapa filsuf terkenal seperti Sokrates dan Aristoteles berupaya mencari arti universal dengan menggunakan logika. Usaha untuk memperoleh pengertian universal (umum) didominasi oleh filsuf-filsuf Skolastik, di antaranya Johanes Scortus Eriuygena, Thomas Aquinas, Boethius, Anselmus, Petrus Abaelardus, Albertus Agung, dan William dari Ockham.
Pola pikir universal artinya pemikiran yang mempunyai wawasan yang luas dan dalam, yang dalam dunia modern saat ini boleh disebut sebagai pola pikir universal. Pola pikir universal adalah pola pikir yang memandang segala sesuatunya dari berbagai sudut pandang dan menghilangkan perbedaan-perbedaan kecil dalam menghadapi sebuah permasalahan. Pola pikir universal sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi. Karena pola pikir kuno sulit diterapkan pada masa kini.
Secara etimologi, fundamental merupakan kata sifat yang memberikan pengertian bersifat dasar (pokok), mendasar. Kata tersebut diderivasi dari kata fundament yang berarti dasar, asas, alas, fondasi. Arti fundamental adalah sesuatu yang mendasar, asasi, sangat penting, atau merupakan suatu prinsip, dan hal pokok yang dijadikan pedoman atau dasar di dalam hal-hal tertentu. Jadi pengertian fundamental adalah sesuatu yang menggambarkan berbagai hal, kegiatan dan prinsip yang sangat penting dan mempengaruhi sifat dasar dari hal lain atau merupakan elemen terpenting pada berbagai bidang.
2. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Menurut Ganjar (2019), Pembelajaran Bahasa dan Sastra yang baik akan dapat melahirkan peserta didik yang terampil menggunakan Bahasa secara baik sekaligus mendorong siswa untuk gemar membaca. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa peserta didik yang kemampuan bahasanya tinggi adalah mereka yang banyak membaca. Ada hubungan yang erat antara kebiasaan membaca dengan peningkatan kecerdasan Bahasa. Pembelajaran Bahasa dan sastra juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengajarkan keterampilan hidup, tidak hanya dalam hal teoretis, namun juga bisa kecakapan sosial, intelektual, akademik sehingga diharapkan mampu menjawab tantangan proses pendidikan yang selama ini hanya text bookthinking saja. (Bahas Pendidikan Bahasa dan Sastra dulu baru Pembelajaran)
Kebiasaan membaca memang harus di biasakan sejak dini. Dengan kebiasaan membaca, anak akan mengerti dan memahami tentang bahasa dan semakin terampil menggunakannya. Pengetahuan anak terhadap wawasan umum maupun ilmu ilmu pengetahuan juga akan semakin baik jika di dalam dirinya terpupuk kebiasaan rajin membaca. Dalam pembelajaran Pendidikan Bahasa dan Sastra juga bisa dijadikan sebagai pembelajaran di kehidupan sehari-hari. Semakin anak terbiasa bersentuhan dengan Bahasa maupun Sastra, kreatifitas anak akan tinggi dan kepercayaan dirinya akan tumbuh. Karena dalam pembelajaran Pendidikan Bahasa dan Sastra tidak hanya mengajarkan teori teori yang ada di buku, namun juga bisa mengembangkan potensi diri yang berguna bagi kehidupan di masyarakat. Terlebih di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN, Bahasa sering digunakan dalam berkomunikasi. Jika anak sudah terbiasa dengan Pendidikan Bahasa dan Sastra, maka dia akan lancar dalam menghadapi persaingan global yang sudah dimulai di seluruh dunia. Komunikasi antar bangsa dapat dengan budaya sebagai media penyampaian pesan.
Sastra menjadi media yang dapat dimanfaatkan dalam mengenalkan budaya melalui sebuah tulisan. Menurut Nurgiyantoro, (2014,19) Pembelajaran Sastra lebih mengenalkan budaya bangsa yang terkandung di dalam karya sastra. Bahasa bagian dari budaya yang perlu dipelajari. Belajar Bahasa secara tidak langsung akan belajar tentang budaya. Bahasa dan Budaya mempunyai keterkaitan.
Pembelajaran Sastra akan mengenalkan budaya-budaya yang ada dalam karya sastra tersebut. Karya sastra yang banyak dan beraneka ragam dari berbagai daerah juga bisa menjadi alat promosi bagi suatu bangsa untuk mengenalkan budayanya lewat sebuah karya sastra. Peserta didik yang membaca karya sastra juga akan tertarik mempelajari budaya menggunakan media karya sastra. Tidak hanya budaya, peserta didik juga bisa mempelajari penggunaan bahasa dalam suatu karya sastra. Bagaimana perkembangan bahasa di bentuk dalam sebuah karya sastra, karena bahasa yang digunakan dalam karya sastra relatif berbeda dengan bahasa yang sering digunakan sehari-hari. Bahasa juga muncul sebagai suatu perkembangan budaya. Pendidikan Bahasa dan Sastra dengan Budaya memiliki suatu keterkaitan dan mereka saling melengkapi untuk bisa berkembang lebih baik lagi. Peserta didik akan bisa mempelajari banyak hal jika terbiasa bersentuhan dengan Pendidikan Bahasa dan Sastra. Terlebih di Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bahasa, sastra dan budaya akan lebih sering di gunakan dan saling melengkapi.
uraian kedua sub bab di atas diperoleh kesimpulan filsafat pendidikan bahasa dan sastra mengaji topik pendidikan bahasa dan sastra dari perspektif filosofis dengan objek materia pendidikan bahasa dan sastra sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat kebenaran pendidikan bahasa dan sastra dan bagaimana tindakan yang seharusnya setelah mencapai hakikat kebenaran pendidikan bahasa dan sastra. Setiap individu manusia sejak lahir telah ditanamkan akal untuk melakukan proses berpikir
3. Filsafat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Filsafat Pendidikan Bahasa dan Sastra adalah suatu hal yang mempelajari pendidikan bahasa dan sastra secara radikal, fundamental, universal dengan menggunakan objek kajian pendidikan bahasa dan sastra sehingga dapat memunculkan sebuah pengetahuan kebenaran tentang Pendidikan Bahasa dan Sastra serta bagaimana kita menanggapi dari kebenaran tersebut.
Jadi dengan kata lain, Filsafat Pendidikan Bahasa dan Sastra adalah Usaha untuk memahami dan mengerti tentang Pendidikan Bahasa dan Sastra dalam hal makna dan nilai-nilainya. Juga termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya dan bertujuan untuk memahami serta memberikan kebijaksanaan.
Dalam pembelajaran Filsafat Pendidikan Bahasa dan Sastra juga ada 7 topik yang akan dibahas. Yakni, Pemanusiawian, Pembudayaan, Penerampilan, Personalisasi, Pengarakteran, Pencendikiaan, dan Perasionalan. Ke 7 pembahasan ini akan di tinjau menggunakan filsafat dengan obyeknya yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra. Dari pembahasan 7 topik itu yang dipertemukan dengan filsafat Pendidikan Bahasa dan Sastra, diharapkan peserta didik akan memahami sebuah Filsafat Pendidikan Bahasa dan Sastra yang di bahas secara Radikal, Fundamental dan Universal. Kemudian peserta didik dapat memahami dan menerapkan pembelajaran Filsafat Pendidikan Bahasa dan Sastra ketika mengajar di dalam kelas.
Referensi:
Kattsoff, Louis. 2004. Pengantar Filsafat.Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Online:
Anonim. 1987. The Concise Oxford Dictionary. Diakses pada:27 Desember 2020, pukul 12.30
Harimansyah, Ganjar. 2019. Pendidikan Bahasa dan Sastra Bangun Insan Cerdas. Artikel. Diakses pada : 27 Desember 2020, pukul 14.20.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun