Mohon tunggu...
Alvriza Mohammed Fadly
Alvriza Mohammed Fadly Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film dan Televisi UPI 2020

A Student of Film and Television Study Program In Indonesia University of Education. Likes to write entertainment news and practicing journalistic production and distribution.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Brazil Sudah Tidak Layak Menjadi Tempat UFC Berlaga

14 Mei 2024   21:19 Diperbarui: 14 Mei 2024   21:42 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Jose Aldo disambut meriah oleh penggemar UFC di Brazil (Sumber: UFC)

Sorotan utama saat itu merujuk pada Teixeira memutuskan untuk menggantungkan sarung tangan UFCnya, keputusan pensiun dari laga MMA membuat dia ingin berfokus melatih Alex Pereira untuk menjadi contender terbaru di organisasi tersebut. Tidak ada sedikitpun bentuk apresiasi dari penggemar Brazil untuk pahlawannya yang telah berlaga, mereka meninggalkan area saat Teixeira memberikan pidatonya.

Gambar 3. Glover Teixeira meninggalkan panggung UFC (Sumber: UFC)
Gambar 3. Glover Teixeira meninggalkan panggung UFC (Sumber: UFC)
Bermula dari bentuk tidak sportif hingga hilangnya apresiatif memunculkan persepsi bagi para penggemar UFC mengenai sorotan ini. Salah satu Youtuber berbasis MMA bernama MMA Guru menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Colby Covington terhadap penggemar UFC Brazil mungkin terbukti benar, karena mereka hanya mempedulikan jagoannya untuk memenangkan pertarungan apalagi hingga mencemooh para petarung non-Brazil. Seharusnya sebaik atau seburuk apa hasilnya etika dan tata krama berbentuk apresiatif harus diberikan.

2. UFC 301: Kebaruan Tanpa Perubahan

Setelah melewati ajang terbesarnya pada UFC 300, organisasi ini kembali mengadakan acara Pay-Per-View (PPV) di Brazil dengan mempertemukan Alexandre Pantoja dengan Steve Erceg untuk memperebutkan sabuk juara kelas flyweight dan kembalinya mantan raja kelas featherweight UFC Jose Aldo Jr. Hal unik yang membedakan acara ini dengan UFC 283 terletak pada acara utama, saat Alexandre Pantoja berhasil mempertahankan tahta kerajaannya para penonton Brazil justru meninggalkan area lebih cepat daripada memberikan apresiasi untuk jagoannya. Kasus ini sangat berlawanan dengan acara sebelumnya dimana para petarung Brazil kalah dengan tidak hormat, di saat mereka memenangkan pertarungan tidak ada sedikitpun pujian atau ucapan selamat yang diberikan. 

Bahkan Pantoja memohon-mohon kepada penonton untuk tidak meninggalkan area terlebih dulu karena dia ingin memberikan pidato kebanggaan di depan rakyatnya sendiri. 

Spekulasi penulis pada tempo ini berkata bahwa Pantoja memenangkan pertarungannya dengan cara yang tidak sempurna, berbeda seperti pertemuannya dengan Brandon Royval yang kedua dahulu. Apabila melihat pada statistik acara utama ini,  Erceg dapat dikatakan memenangkan 2 atau 3 ronde karena betapa besarnya significant strike yang mendarat pada sang raja bertahan tersebut. 

Pantoja sempat kewalahan untuk bermain di atas bersama contender asal Australia tersebut hingga mencari main aman dengan menembakkan takedown beberapa kali, memaksa Erceg untuk bermain di bawah. Beruntung bagi Erceg yang memiliki sabuk hitam jiu-jitsu, dia berhasil menanggulangi permainan bahwa Pantoja hingga bermain scramble pada dua ronde terakhir. Meskipun begitu, pertarungan ini memberikan atmosfir Teixeira vs Hill kembali karena melihat bagaimana contender menguasai raja bertahan dengan 5 ronde penuh. 

Gambar 4. Steve Erceg (kiri) melawan Alexandre Pantoja (kanan) (Sumber: UFC)
Gambar 4. Steve Erceg (kiri) melawan Alexandre Pantoja (kanan) (Sumber: UFC)

Melihat pada kedua acara UFC di Brazil yang terbaru pada masa kini, rasanya sebagai sesama penggemar MMA kita harus memberikan apresiasi penuh karena tidak mudah untuk menjadi petarung di atas ring oktagon. Para penggemar Brazil seharusnya meingkatkan kesadaran akan hal bentuk apresiasi, mengingat bahwa dunia olahraga pada dasarnya berlandaskan bermain sportif. Falsafah tersebut selalu diucapkan oleh wasit saat memberikan pengarahan pada kedua petarung. 

Organisasi MMA ini kiranya harus mempertimbangkan lebih lanjut untuk mengadakan kembali acara mereka di negeri Samba karena olahraga ini adalah ajang kompetisi yang sangat tidak terprediksi dari kompetitornya, banyak sekali skenario yang bisa saja tiba-tiba terjadi seperti adu jotos tim Mcgregor dan Khabib seusai 'The Eagle' mencekik 'The Notorious' dahulu. Melihat bagaimana tingkah para penggemar Brazil ini, rasanya bisa saja arena oktagon berubah menjadi arena sepak bola yang dikerumuni oleh ultras 'ekstrimis' karena rasa angkuh. Demikianlah tulisan opini pribadi ini, besar harapan terdapat sebuah perubahan bagi acara MMA terbesar ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun