Mohon tunggu...
Alvriza Mohammed Fadly
Alvriza Mohammed Fadly Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film dan Televisi UPI 2020

A Student of Film and Television Study Program In Indonesia University of Education. Likes to write entertainment news and practicing journalistic production and distribution.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Condor: Menyikapi Ancaman dan "Fitnah" Intelijen Amerika Serikat

10 Agustus 2023   23:52 Diperbarui: 11 Agustus 2023   00:04 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Poster landscape serial CONDOR (2018) (Sumber: NME)

Narasi yang diangkat pada seri Condor mengingatkan pada fenomena-fenomena terkenal dalam sejarah dunia yang melibatkan Amerika dan CIA dalam Modern Warfare. Sebagai contoh pada tahun 2003 saat Amerika menginvasi Irak dengan tujuan untuk membumi hanguskan senjata pemusnah massal, tetapi sampai saat ini belum ada bukti konkrit mengenai keberadaan senjata tersebut. Selain itu, CIA disebut pernah menyelundupkan kokain kepada para pemberontak Contra di Nikaragua untuk mendapatkan laba besar. Seorang jurnalis bernama Gary Webb yang menginvestigasi kasus tersebut sampai dinyatakan tewas dengan luka tembak di kepala. 

Otoriter setempat mengatakan bahwa dia bunuh diri, tetapi alasan murahan tersebut sudah terdengar tidak asing bagi masyarakat. Di samping itu, sebuah skandal politik terbesar Amerika Serikat yang disebut melibatkan intelijen bernama "Watergate Scandal" dimana Presiden Nixon memberikan otorisasi untuk menyadap markas Partai Nasional Demokrat dan memata-matai lingkungan Hotel Watergate. Sudah kesekian kalinya masyarakat dan tokoh penting Amerika Serikat menyikapi fenomena besar tersebut dengan pandangan negatif, karena dampak yang dirasakan tidak hanya citra buruk negara sendiri tetapi juga mempengaruhi hubungan internasional dan politik antar negara.

Upaya seri Condor dalam menyikapi konspirasi besar intelijen Amerika rupanya melirik pada permasalahan personal orang Barat mengenai agama yang dianut oleh suatu masyarakat. Diketahui pula bahwa Amerika sempat sensitif dengan hal-hal berbau Islam saat kejadian 9/11 yang didalangi oleh Osama bin Laden, tidak luput dari trauma dari berbagai pihak yang merasa dirugikan sekali oleh kejadian naas tersebut. Sama halnya seperti pada tokoh Reuel Abbott yang digambarkan sebagai dalang dari upaya penyebaran senjata biologis tersebut di saat musim Haji, sikapnya yang membenci kaum Muslim didorong oleh preferensi pribadi dan menggunakan seorang agen yang mengalami hal serupa dengannya. 

Konflik internal CIA ini terlihat sangat rumit karena tidak hanya melibatkan intelijen tetapi juga politik dan hak asasi manusia pada suatu kelompok masyarakat. Joseph Turner digunakan sebagai kambing hitam yang diberitakan sebagai pembunuh dari para rekan-rekannya, tetapi terdapat kebenaran yang belum terungkap dan bahkan tidak diselesaikan secara realistis di dalam narasinya. 

Gambar 4. Joseph Turner dan pamannya menemui para penggerak kelompok pembelot CIA (Sumber: IMDb)
Gambar 4. Joseph Turner dan pamannya menemui para penggerak kelompok pembelot CIA (Sumber: IMDb)

Pada intinya, Condor memberikan sebuah pesan moral bahwa hal-hal yang tidak diketahui oleh masyarakat sekitar merupakan fenomena asli dan terselip kebenaran kasatmata. Tidak semua permasalahan dapat dipecahkan secara konkrit dan tidak semua kebenaran dapat diungkap kepada khalayak umum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun