Mohon tunggu...
Alvriza Mohammed Fadly
Alvriza Mohammed Fadly Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film dan Televisi UPI 2020

A Student of Film and Television Study Program In Indonesia University of Education. Likes to write entertainment news and practicing journalistic production and distribution.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review Video Game: Assassin's Creed Valhalla

24 Oktober 2021   15:53 Diperbarui: 24 Oktober 2021   15:57 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.0. Poster Video Game Assassin's Creed Valhalla (Sumber : Ubisoft Montreal)

Hal ini memiliki sisi positif dan negatif dari mekanik game sendiri, mungkin awal-awal pencarian anggota Order bisa dikatakan membosankan karena pemain harus melewati berbagai puzzle seperti mengunjungi suatu desa untuk mendapatkan clue hingga akhirnya anggota Order dapat diidentifikasi, ditambah anggota order yang sangat banyak membuat pusing para pemain.

Sisi positif dari tokoh-tokoh antagonis game ini memiliki berbagai plot twists seperti halnya pada game pendahulunya, jika kalian sangat peka dengan cerita-cerita game Assassin's Creed, kalian memungkinkan bisa memprediksi siapa saja antagonis sebenarnya.

Cerita utama Assassin's Creed tidak hanya menghadirkan sejarah viking dan abad ke-9 negara eropa barat, tetapi cerita tersebut dibumbui dengan mitologi nordik yang sudah diketahui oleh segelintir orang, mitologi nordik pada game ini ternyata berperan besar dalam membantu eksplorasi Eivor serta mengidentifikasi siapa "identitas" sebenarnya para tokoh-tokoh yang hadir di game ini. 

Bahkan, game ini mempunyai Sequence Asgard dimana kita beralih dari tokoh Eivor menjadi tokoh Havi/Odin dalam menjalani cerita panjang konflik yang terjadi di tempat tinggal kaum Aesir. 

Secara garis besar, chapter asgard akan sangat berkaitan dengan ramalan Ragnarok dimana dewa-dewa nordik akan menghadapi peperangan yang menjadi takdir akhir bagi mereka. 

Lalu, Odin memiliki cara lain agar mereka bertahan hidup saat hari Ragnarok tiba. Awalnya, ini adalah sebuah cerita fantasi yang saya tidak aware karena meskipun penceritaan mitologi tersebut sangat menarik tetapi tidak ada hubungannya dengan cerita utama Valhalla. Tetapi, sejalan dengan cerita gamenya terdapat ending khusus yang menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Sequence Asgard.

Gameplay Assassin's Creed Valhalla yang saya rasakan merupakan sebuah downgrade dari Assassin's Creed Odyssey dan Origins, karena combat style-nya terasa kaku, lambat, dan pergerakannya pun tidak sebebas seperti pada game sebelumnya. 

Skill talent yang dipunyai oleh karakter harus kita cari sendiri di penjuru tempat karena memiliki metode baru bernama "Books of Knowledge", dengan mendapatkan buku itu, kita bisa membuka skill baru untuk Eivor. 

Semua skill yang saya dapatkan belum 100% terbuka karena mengekplorasi berbagai tempat lama-lama terasa ruwet dan melelahkan.  Mekanik senjata yang hadir pun mengecewakan karena senjata panahan diharuskan untuk mencari anak panahnya saat mengkplorasi suatu tempat dan tidak bisa di-craft seperti game sebelumnya. 

Upgrade senjata harus mencari material yang persis diletaki dalam kotak harta karun yang bisa ditemukan diberbagai tempat, sama halnya dengan pencarian Books of Knowledge.

Visual Graphic yang hadir pada game ini memiliki pandangan yang luar biasa, keindahan akan negara Inggris dan Norwegia dapat terasa oleh pemain seakan-akan kita hadir dalam game itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun