Penampilanmu sederhana
Perempuan desa, berkain kebaya dan bersinjang kawung Jawa
Bedak tipis yang hampir tak kentara, tertelan bibir merah menua
Bibir merah tanpa gincu, nampak merona mengulum senyum senja
Pagi, cukup segelas teh hitam menghangatkan
Bercengkrama dengan sebiji gambir, daun sirih dan sedikit kapur putih,
Sarapan pagi tradisional wanita kasepuhan pedesaan
Berhias mbako susur di antara dua bibir merona,
menambah sempurna kenikmatan kunyah sirihnya
Wanita kasepuhan, yang anggun dan berluhur budi
Berbekal pinang, sirih, dan kapur ke mana pergi
Menawarkan bekal untuk menjalin silaturahmi,
Bukan makan atau minum tapi seikat kinang sebagai teman obrolan nanti
Dan sekedar sarana relaksasi
Tak peduli gigi memerah bahkan menghitam
Kenikmatan ini tak terganti
Tak perduli orang lain risih dengan dubang mendarah
Nyatanya ia pemuas rasa tiada dua Â
Wanita kasepuhan yang klasik, kinipun jarang ditemui
Tergerus dan tergeser laju kembang zaman ilusi
Tradisi mengunyah sirih pun enggan diikuti
Cukuplah gincu merah sebagai pemoles bibir sakti
Serta kuaci pengganti saat relaksasi Â
Karya : Alviyatun
Buat : Simbah yang masih asyik dengan kinangnya, semoga sehat dan bahagia
mbako susur : tembakau yang digulung jadi bulatan untuk mengakhiri nginang
dubang : hasil kunyahan kinang yang bercampur dengan air liur berwarna merah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H