Tiga puluh dua tahun
Sepanjang waktu itu, menunggu
Sambil menggerutu, atau mengisap cerutu
Ataukah sambil main kartu?
Oh...sungguh terlalu
Sepanjang waktu itu, menanti
Bergulirnya matahari ke peraduan bumi
Sambil sesekali menengok ke kanan kiri
Masihkah esok aku singgah di sini
Di kursi yang setia menemani
Lidah pun kelu menyapa, "aku pergi."
Senyum pun hilang ditelan perih
Batin menangis bibir meringis
Aku tak punya andil lagi
Esok akan kutemani anak istri
Merangkai bunga sepanjang hari
Mengecup, membelainya sambil minum kopi
Sesekali meraih sapu lidi
Masa ini harus ku jalani dengan sepenuh hati
Masa ini harus ku nikmati dengan lebih hati-hati
Masa ini harus ku mengerti rambut tak hitam lagi
Masa ini harus ku isi dengan banyak mengaji kitab suci
Sebagai bekal di akhirat nanti
Cerutu dan kartu adalah cerita masa lalu
Istri, anak, menantu, dan cucu adalah cerita indahku
Berharap kelak menyatu dalam surgaMu
Merangkai bunga sepanjang waktu
Dalam dekapan kasih sayangMu
*************************************************
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H