Kuta Selatan, Bali -- Di tengah daya tarik wisata Bali yang memukau, Puja Mandala berdiri sebagai simbol keberagaman dan toleransi antar umat beragama. Terletak di kawasan Nusa Dua, Kuta Selatan, Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Puja Mandala merupakan kompleks unik yang menampung lima tempat ibadah dari agama -- agama utama di Indonesia: Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Bukit Doa, Pura Jagat Natha, dan Vihara Buddha Guna. Tempat ini mencerminkan harmoni keberagaman yang berjalan berdampingan dengan damai.
Puja mandala bukan hanya sekedar lambang spiritual, tetapi juga lambang yang mewujudkan nilai -- nilai Pancasila, khususnya yang berkaitan dengan menjaga kerukunan antar umat beragama. Kompleks ini tidak hanya digunakan untuk tempat beribadah, namun juga sering digunakan sebagai tempat kegiatan lintas agama, seperti dialog antaragama dan acara sosial dengan orang -- orang dari berbagai latar belakang. Oleh karena itu, kunjungan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilakukan Mahasiswa Departemen Hukum dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang ke Puja Mandala Bali pada 16 Oktober 2024 merupakan ajang pembelajaran langsung terkait pentingnya bertoleransi dalam keberagaman yang dibalut dengan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Puja Mandala mencerminkan tujuan dari Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals  (SDGs), khususnya SDGs 16 yang menekankan pada perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang kuat. Keberadaan lima tempat ibadah yang bersebelahan tanpa konflik menunjukkan bagaimana masyarakat bisa hidup rukun meski berbeda keyakinan. Dalam kunjungan ini, mahasiswa tidak hanya diajak untuk berkeliling kompleks, namun juga diberikan pengetahuan terkait sejarah dan makna dibalik berdirinya Puja Mandala.
Bagi Bali yang merupakan destinasi wisata internasional, Puja Mandala memberikan pesan kuat kepada dunia tentang pentingnya menghargai perbedaan. Hal ini sejalan dengan SDGs 4 yakni pendidikan berkualitas, mahasiswa diberikan kesempatan untuk belajar melalui berbagai kondisi dan situasi dalam masyarakat Bali, serta dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan dengan mengembangkan soft skills toleransi, empati, dan keterampilan berkomunikasi. Puja Mandala jelas membuktikan bahwa pluralisme tidak hanya bisa diterima, tetapi juga dirayakan dan menjadi bagian integral dari masyarakat yang damai dan berkelanjutan. Keberadaan puja mandala menjadi pengingat bahwa toleransi dan kerukunan merupakan landasan kuat untuk menjaga persatuan dan keadilan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H