Mohon tunggu...
Alvita Handayani
Alvita Handayani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

my passion is my power

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apatis? No way!

4 April 2014   16:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:05 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Era kebebasan pers semakin dominan mewarnai proses demokrasi yang berlangsung dan dalam hitungan hari kita akan merayakan pesta demokrasi yang merata dalam artian melibatkan seluruh penduduk usia pemilih yang memenuhi syarat tanpa melihat status, pendidikan, pekerjaan, gender dll. Ekses-ekses  kebebasan pers sangat mempunyai pengaruh yang besar dalam pelaksanaan Pemilu dibandingkan 15 tahun yang lalu. Banyak ruang-ruang tercipta yang dimanfaatkan sebagai sarana oleh para elite politik untuk berkampanye dan berkompetisi secara terbuka. Dan tentunya akan semakin memudahkan masyarakat membaca dinamika politik yang sangat sulit kita ketahui tanpa adanya kebebasan pers.

Berbagai intrik dikeluarkan baik di media maupun di lapangan dengan tujuan meraih simpati masyarakat hingga melupakan etika politik .  Manipulasi data, ‘self-congratulatory remaks’, dukungan semu, krisis etika politik  menjadi hal biasa yang sering kita temukan di media cetak atau internet, hal ini bukanlah menjadi alasan utk kita menjadi golput/apatis justru  mempermudah kita mempertajam mata hati / nurani dan menjadi juri handal  yg mampu melihat secara keseluruhan caleg/capres yg dianggap layak dan berkualitas.

Apatis terhadap dinamika politik tentu saja bukan pilihan akhir yang bijak sebagai bentuk protes terhadap berlangsungnya proses demokrasi. Mari kita maximalkan peran kita dalam pemilu,  sekecil apapun peran kita akan lebih baik daripada bersifat apatis akibat terprovokasi isu2 yang sengaja dihembuskan pihak2 yg tidak bertanggungjawab.

Sedikit tips dari penulis bagi yang ingin mengenal caleg mana yang pantas untuk duduk di kursi legislative.  Mengetahui caleg dapat kita ketahui dengan mudah semudah menggerakkan jemari di search engine . Riwayat, Kinerja, Sumbangsih untuk caleg DPRD Tk II dan I dapat kita ketahui dengan lebih mudah dari media-media lokal yang ada di sekitar kita. Namun agak sedikit berbeda dengan Caleg Tingkat Pusat dan DPD, memaksimalkan media internet dng fasilitas search engine akan sangat membantu kita untuk mengenali caleg DPR RI dan DPD.

Sebagai contoh penulis dalam mencari informasi caleg DPRRI : Drs. Guntur Sasono, M. Si sebagai caleg nomor urut 1 Partai Demokrat Dapil 8 yang mencakup daerah Kabupaten/Kotamadya Jombang, Kabupaten/Kotamadya Nganjuk, Kabupaten/Kotamadya Madiun, Kabupaten/Kotamadya Mojokerto.   Mencoba untuk mencari informasi bagaimana riwayat, kinerja, peran di masyarakat. Sangat mudah menemukan nama seorang caleg dengan riwayat kinerja ,  prestasi yang menunjukkan bagaimana peran di masyarakat.  Drs. Guntur Sasono M. Si. adalah seorang putra daerah yang memilih bekerja di lingkungan militer lulusan AKABRI 1971 dan berkarir sebagai perwira anggota TNI Angkatan Darat yang juga seorang civitas akademi yang pernah menjabat sebagai Purek III UNMER Madiun. Berkarir sebagai anggota Dewan sudah dimulai sejak berpangkat Mayor sebagai :

·Anggota DPRD Tingkat II di Kabupaten Madiun

·Anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur

·Anggota DPR RI dari Partai Demokrat selama 2 periode.

Perjalanan panjang menjadi anggota DPRD Tingkat II hingga DPR RI membuat Drs Guntur Sasono M. Si lebih memahami dan menguasai tugas-tugas seorang legislative. Kinerja seorang Wakil rakyat yang mendapat stigma negative tidak menyurutkan Drs.Guntur Sasono M. Si untuk terus berkiprah di jalur politik. Latar belakang sebagai seorang militer dan akademisi sangat menunjang kinerja sebagai wakil rakyat di Komisi I yang membidangi Pertahanan Keamanan, Intelijen, Hubungan Luar Negeri, Komunikasi dan informasi, dll.

Apapun profesi seseorang tidak bisa terlepas dari pandangan negative dan sinis dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Hal tersebut tidak menjadi Drs. Guntur Sasono, M. Si semakin terpojok, justru akan menjadi penyemangat untuk terus membuktikan bahwa bekerja sebagai wakil rakyat bukan pekerjaan yang mudah tetapi ada banyak hal yang dipertaruhkan dan dibuktikan dengan majemuknya anggota legislative yang berjumlah 550 dengan berbagai kepentingan partai dan pribadi.   Saling sikut, serang dan memojokkan untuk menunjukkan kualitas diri di tengah2 ‘kuali panas’ suhu politik sudah menjadi menu wajib seorang caleg dan wakil rakyat, maka sepantasnya  seorang wakil rakyat  harus benar-benar bisa menjadi wakil rakyat yang berkualitas untuk bisa bertahan dalam dunia politik.

Hal ini dibuktikan oleh Drs. Guntur Sasono, M. Si bahwa bisa bertahan 2 periode dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi I dalam DPRRI merupakan wujud dari kerja keras  dengan terus berfikir positif, bekerja dengan ikhlas dan yang terpenting adalah hasil dari komunikasi yang intens dalam setiap reses dengan berbekal kepercayaan masyarakat daerah pemilih.

Dengan perolehan suara tertinggi Pemilu Periode 2009-2014 di Jawa Timur dari Partai Demokrat sebanyak 41.567 suara merupakan bukti konkrit bahwa seorang wakil rakyat yang dianggap layak duduk dalam parlemen tidak akan terwujud  secara instan dengan hanya mengandalkan jumlah nominal rupiah yang besar  dan bermodal tenar tetapi semua harus diawali dengan usaha kecil yang berbuah besar apabila diimbangi dengan positif thinking, ketekunan dan semangat tinggi untuk terus bekerja mewujudkan amanah dan kepercayaan masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun