Cigudeg, (23/3) adalah salah satu wilayah di Kabupaten Bogor yang jaraknya sekitar dua jam perjalanan dari Kota Bogor. Dilihat dari lokasinya yang jauh dari keramaian kota, tampaknya banyak sekali cerita dan berita yang tak sampai ke kuping masyarakat kota. Sayangnya pula, kisah-kisah miris itu seringkali hanya menjadi buah bibir belaka. Salah satu tempat yang memiliki berita miris adalah Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg.
Desa Cigudeg yang memiliki luas wilayah 947 hektar, sembilan dusun, 21 RW dan 64 RT, ternyata hampir setengah dari warganya terserang penyakit kulit skabies. Dokter puskesmas Kecamatan Cigudeg , Susi (45) menyatakan setidaknya ada lebih dari lima kepala keluarga yang mengeluhkan tentang penyakit skabies di puskesmas setempat setiap harinya. Tidak tanggung-tanggung penderita yang datang bukanlah sekedar penderita penyakit skabies biasa namun sudah pada penderita skabies lanjut yang artinya sudah amat parah. Para dokter di puskesmas pun sering dibuat kaget oleh pasien dengan kondisi kulit yang berkoreng dan bernanah ditambah dengan aroma amis yang tidak sedap di hidung.
Adanya wabah skabies tersebut membuat para pekerja sosial setempat mencari tahu apa kiranya penyebab mewabahnya penyakit itu. Ternyata penyebabnya datang dari beberapa faktor seperti pola hdup masyarakat desa yang tidak sehat, perubahan musim, hingga lokasi Desa Cigudeg yang dekat dengan jalan raya sehingga polusi mudah menyebar ke masyarakat setempat. “Selain karena faktor-faktor lingkungan dan musim, penyakit skabies sebenarnya dibawa oleh kutu dan tungau yang ada pada hewan ternak seperti kambing” ujar dokter Susi.
Hal lain yang mengagetkan ternyata di wilayah sekitar Kecamatan Cigudeg, Tenjo dan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, skabies sudah menyebar di peternakan-peternakan kambing yang letaknya dekat dengan pemukiman masyarakat. Inilah yang menjadi penyebab utama adanya wabah skabies. Skabies dapat menunlar dari hewan ternak yang tidak bersih sehingga mudah menjadi inang dari kutu dan tungau pembawa bacteri skabies kepada peternaknya. Kemudian kutu dan tungau yang bersarang di badan ternak mampu mencari inang baru dengan berpindah ke tubuh peternak. Kutu dan tungau yang berpindah ke tubuh peternak dibawa ke rumah sehingga kutu skabies berpindah lagi ke tempat lain contohnya kamar mandi, sofa, tempat tidur dan tempat-tempat lainnya.
Menurut Camat Cigudeg, asep Sajidin, keberadaan wabah skabies ini harus ditangani secepat mungkin. Meskipun belum menjadi kejadian luar biasa, wabah itu tetap menggegerkan warga dan membutuhkan penanganan yang sesegera mungkin dilakukan. Beliau pun memutuskan untuk diadakannya gotong-royong membersihkan lingkungan warga yang dijadwalkan setiap hari Jumat yang dinamakan dengan kegiatan jumat bersih. Beliau mengharapkan supaya dengan adanya langkah disiplin tersebut mempu mengurangi dan memberantas penyebaran wabah-wabah penyakit pada masa mendatang. “semoga proses ini mampu memberi pelajaran bagi warga Kecamatan Cigudeg untuk hidup lebih sehat lagi.” Ujar Asep selaku Camat Kecamatan Cigudeg.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H