Mohon tunggu...
Alvioni SalsabillaPramardini
Alvioni SalsabillaPramardini Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Welcome to my page

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bentuk Kebudayaan Betawi yang Dihadirkan dalam Serial Sinetron "Si Doel"

14 Agustus 2023   12:20 Diperbarui: 9 Juni 2024   17:55 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Liputan6.com

Sinetron "Si Doel" ini bentuk kebudayaannya adalah terdapat pada pola pikir orang betawi, yang berfikir bahwa pendidikan tinggi itu tidak penting, terutama untuk perempuan. Dalam film ini Doel itu bisa sampai kuliah, orang tua Doel dan adik perempuannya hanya tamat SD saja. Semakin berkembangnya zaman, kemudian ada orang betawi di lingkungannya si Doel sudah ada yang berpendidikan tinggi juga, dan ayah nya Doel berusaha untuk bisa tetap melihat anaknya "Doel" itu sukses dan ayahnya itu tidak mau Doel akan sama nasibnya seperti ayahnya yang hanya penarik angkutan umum (oplet). Di dalam sinetron ini juga diceritakan bahwa masih ada yang meremehkan Doel dan mengatakan 'buat apa sekolah tinggi-tinggi tapi jadi pengangguran. Kemudian ada lagi  bentuk kebudayaan betawi yang ada di dalam Sinetron ini yaitu 'kebiasaan cium tangan'. Contohnya Hans yang berasal dari Belanda, ia menerapkan kebiasaan cium tangan kepada babehnya Doel.

Nilai-nilai hidup dalam Sinetron "Si Doel" ini menjelaskan bahwa si Doel ini seorang yang sederhana, pantang menyerah, sikapnya yang protagonis, idealis (agamis) dan sangat berbakti kepada orang tuanya atau enyak dan babehnya dan keluarga Doel ini masih mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya meskipun sudah hidup diarus modern. Orang tua si Doel juga begitu ramah sama tetangga-tetangganya dan bisa berhubungan baik.

Dalam keluarga Doel ini interaksinya baik, mulai dari keluarga Doel yang bertetanggan dengan suku-suku lain. Salah satunya Karyo, ia ini tetangga nya si Doel yang berasal dari Jawa, lalu ada tukang kredit juga yang berasal dari sunda. Doel ini orangnya sangat ramah dan disiplin, dan Doel bisa rukun dengan sesama tetangganya yang lain. Kemudian dari cara berinteraksi dengan Hans dan juga Sarah, padahal dialam sinetron ini Hans dan Sarah digambarkan sebagai orang yang sudah modern, meskipun demikian mereka tetap berinteraksi dengan baik. Kemudian, cara berinteraksi si Doel, mandra dan orang tuanya itu berbeda sekali, yaitu babehnya yang banyak bicara dan bisa dikatakan "pecicilan" dan tidak bisa diam, jikalau Doel yang pendiem atau elegan. Dan dilihat juga dari Mandra yang norak liat gerbang remot, dan babehnya yang norak juga naik lift.

Kemudian, sama seperti cara berinteraksinya yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Jadi kebudayaan lainnya yang ada didalam sinetron ini adalah kebetawian yang sangat melekat dan didalam sinetron ini selain orang betawi ada juga jawa yaitu si Karyo, sunda (tukang kridit barang rumah tangga), dan ada kebudayaan yang sudah modern. Salah satunya itu temannya Doel yang bernama Hans dan Sarah. Keluarga Doel ini berinteraksi dengan baik, bahkan mereka juga hidup rukun sebagai tetangga, contohnya yang ada didalam sinetron itu mereka semua ikut berpartisipasi dalam rangka 17 agustus, dan Doel ini sangat ramah sekali dilihat dari cara ia berinteraksi dengan teman di kampusnya, salah satunya Hans.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun