Jangan menuntut dan memaksa anak menjadi sempurna sesuai kehendak orangtua, karena orangtua pun tidak sempurna. -Iva Cristin Sylvia Ismadi
Anak usia dini, dimana hal yang mereka tau dan mengasyikkan dalam dunia mereka adalah bermain, bermain dan bermain. Itu sebabnya pada pendidikan anak usia dini diterapkan bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Para pendidik juga diharapkan bisa sekreatif mungkin dalam proses belajar mengajar juga membuat Alat Permainan Edukatif (APE).
Pembelajaran aksara merupakan bagian di kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pembelajaran aksara ini pada dasarnya lebih diperuntukkan sebagai pengenalan keterampilan membaca, menulis dan menghitung.
Saat ini, marak beredarnya kebjakan penerimaan siswa baru di SD yang menggunakan tes CALISTUNG (Baca, Tulis, Hitung). Itu membuat orangtua dan juga peserta didik kesulitan karena anak usia dini pada usianya belum diperkenankan untuk mahir dalam bidang tersebut.
Penting bagi pendidik untuk mengajarkan karakter kepada anak. Mengingat saat ini banyak orang yang pintar namun, karakternya sangat buruk. Jadi, pendidik hanya memperkenalkan tentang alfabet atau menghitung kepada anak dalam bentuk permainan, lagu dan APE.
Orangtua khususnya Emak-emak yang ingin anaknya agar bisa diterima di SD yang di inginkan atau bahkan SD favorit, akhirnya menyuruh anak-anak mereka untu belajar lebih keras lagi agar bisa calistung. Bahkan tidak menutup kemungkinan juga untuk meemberi mereka les privat dan menyita waktu mereka untuk berkembang semestinya.
Banyak orangtua memaksa anaknya menguasai calistung karena kemampuan tersebut dijadikan syarat masuk SD. Para orangtua berlomba membuat anak mereka menguasai materi yang tak sesuai umurnya. Bahkan, ada yang melakukannya secara sadar dan merasa bangga ketika anaknya sudah bisa membaca dan berhitung.
Sedangkan kita tau bahwa anak memiliki kelebihannya masing. Ada yang memang cepat bisa saat diajari. Ada yang menggunakan metode atau media yang menarik baru bisa mengerti. Masih banyak juga yang lainnya.
Namun, jika orangtua memforsir hal tersebut terlalu keras, tentunya akan berdampak pda berkembangan dan mental mereka. Mereka akan kehilangan masa kecil dan juga merasa tertekan. Mungkin mereka hanya bisa menurut kepada orangtua. Tapi ketika mereka sudah remaja atau dewasa, bisa saja mereka akan stres dan lebih parahnya akan berujung bunuh diri.
Jadi, kita perlu mengkritisi tentang penerimaan siswa baru yang menggunakan tes calistung tersebut. Sebagai orangtua pun, harus tau mana sekolah yang benar-benar cocok untuk anak. Karena ini bukan masalah sekolah itu favorit atau tidak, namun seberepa sekolah itu mengerti dan memahami kebutuhan siswanya.