Ralph Waldo Emerson, seorang penulis Amerika pada abad ke-19 mengatakan bahwa, "Dunia dibangun dengan tatanan, bahkan atom-atom berbaris rapi", ia sedang membicarakan tentang bahasa yang ditata dengan sangat baik (Santrock, 2007). Berikut adalah 5 sistem aturan bahasa :
- Fonologi. Merupakan sistem suara dari bahasa. Jadi, bahasa dibentuk dari suara-suara dasar. Termasuk suara yang digunakan dan bagaimana suara-suara tersebut dikombinasikan. Daam fonologi ini ada yang dinamakan fonem, yaitu unit dasar atau unit terkecil dari suara, contohnya /k/ daam kata ski.
- Morfologi. Merupakan unit-unit makna yang membentuk formasi kata. Dalam morfologi ini ada istilah morfem yaitu unit terkecil yang memiliki makna yang berupa kata atau bagian kata yang tidak bisa dipecah lagi, contohnya help.
- Sintaksis. Meliputi bagaimana kata-kata dikombinasikan sehingga membentuk frasa dan kalimat yang dapat dimengerti. Contohnya seperti kuda makan rumput.
- Semantik. Ini mengacu pada makna kata dan kalimat. Setiap kata memiliki sekumpulan makna penting terkait makna kata. Girl (anak perempuan) dan women (wanita), contohnya memiliki kesamaan ciri semantik namun berbeda secara semantik dalam hal usia.
- Pragmatik. Merupakan penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks yang berbeda. Contohnya menggunakan bahasa yang sopan dalam situasi tepat.
Lalu bagaimana bahasa bisa berkembang?
Bayi telah mempeajari bahasa ibu mereka sejak usia 6 bulan. Setelah dilahirkan, awalnya berkomunikasi dengan menangis untuk mengisyaratkan ada sesuatu yang tidak nyaman dalam diri mereka.
Kemudian pada usia 1-2 bulan mereka mulai cooing atau mendekut seperti suara "oo" dan "coo". Menginjak pada pertengahan tahun pertama, bayi mulai berceloteh seperti "ba ba ba". Kemudian mereka mulai menggerakkan tangannya untuk menunjuk atau menggerakkan kepalanya seperti mengangguk untuk mengatakan "ya".
Jadi, Semakin banyak stimulasi untuk perkembangan bahasa pada anak, semakin banyak pula terjadi koneksi pada otak. Belajar bahasa sejak dini juga lebih mudah diingat dibandingkan ketika dewasa karena beajar sedari kecil sama halnya mengukir di atas batu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H