Mohon tunggu...
Alvin F. Zahro
Alvin F. Zahro Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Pemula yang masih Belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Bunga Kuncup, Menunggu untuk Mekar #part1

1 Oktober 2017   03:57 Diperbarui: 1 Oktober 2017   05:15 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Menunggu itu memang membosankan, aku paling benci dengan hal yang satu ini. Tapi meskipun membosankan, toh aku harus lakukan juga untuk mendapatkan yang aku inginkan. Benar. Menunggu seseorang untuk membuka pintu hatinya untukku. Kak Rafa. Anak kelas dua belas IPA 1 yang kini tengah membuatku menunggu dari sejak aku kelas satu SMP, hingga sekarang ini aku kelas satu SMA. Menunggu, entah sampai kapan akan berakhir. Atau Mungkin, tidak akan pernah berakhir. 

Sebab, keberanian dalam diri ini untuk mengakhiri masa--masa ini belum muncul. Dan mungkin tak akan muncul hingga dia benar-benar pergi dan menjadi milik orang lain. Aku dan kak Rafa sangat dekat sampai banyak yang menganggap aku dan dia berpacaran, tapi nyatanya perasaan dia hanya sebatas menganggapaku adik saja, tidak lebih. Vindy, begitu teman-teman memanggilku, hari ini adalah hari yang amat aku nanti, karena hari ini pertama aku masuk SMA, Senang rasanya hari ini memasuki masa orientasi untuk hari pertama, ditemani dengan kakak-kakak pendamping OSIS. Banyak kakak OSIS yang sudah tak asing lagi denganku karena mereka tau bahwa aku dekat dengan ketua Osis mereka, yaitu Kak Rafa, seseorang yang mereka tau ada hubungan serius denganku. Padahal tidak. Sebenarnya dia sangat baik tapi juga cuek sekali.

Tak lupa kamipun satu persatu berkenalan dengan teman kelompok, acara di mulai berbagai permainan kami jalani dan berbagai hukumanpun kami dapatkan, Tapi ini hari sangat menyenangkan karena bertambah teman dan pengalaman tentunya. Hari pertama sukses aku jalani, aku  pulang ke rumah, sampai di rumah aku harus menyiapkan bekal untuk MOPDB hari esok, keesokan hari aku bergegas berangkat untuk tidak telat karena akan dapat hukuman kalau telat, aku sampai juga di sekolah dan langsung apel seperti biasa selanjutnya kegiatan MOPDB,,,, dan begitu selanjutnya sampai hari terakhir. Di hari terakhir MOPDB ada kegiatan perkenalan setiap ekstrakulikuler. Organisasi pertama yang aku datangi adalah OSIS. Aku mendaftar dengan harapan bisa diterima menjadi angota, karena disamping ada kak Rafa, aku juga ingin belajar di dalam organisasi OSIS.

Hari pertama aku masuk untuk mengikuti pelajaran, tapi sebelumnya cari kelas dan tempat duduk, aku mencari teman buat duduk bersama, dan akhirnya teman sebangku dengan aku adalah Lala. Bel berbunyi krriiiiiinnnggggg'''''''''''''; kamipun siap untuk mengikuti pelajaran pertama, tapi sebelumnya guruku meminta untuk perkenalan terlebih dahulu, dan satu persatu aku mengenal teman-teman sekelasku, dan kami mulai akrab dengan satu sama lain.

 "Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh, diberitahukan kepada seluruh calon pengurus OSIS kelas sepuluh bahwa nanti sepulang sekolah ada kumpul" begitu kata salah seorang kakak mengumumkan di ICT. Nanti ada kumpul! ini kesempatan untuk bisa bertemu kak Rafa, hehe. Krriiiiinnnggg'''''; bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Aku bersama teman-teman lainnya langsung berkumpul di lapangan. Itu dia kak Rafa, Kakak-kakak OSIS menerangkn dengan serius, tapi aku gak bisa konsen, mataku selalu tertuju pada kak Rafa, sampai salah seorang temanku yang bernama Raisa bertanya, kenapa kamu Vin??? 

Jawabku gak apa-apa kok Sa, kamu perhatikan dong kakaknya menjelaskan, jangan memperhatikan kak Rafa terus, nanti kamu gak ngerti lho..! Iya Sa ini udah ku perhatikan. Lagi dan lagi mata dan fikiranku tertuju pada si kak Rafa, akupun berusaha mengalihkan fikiranku ke kakak yang sedang menerangkan tapi tetap gak bisa, jantungku berdebar cepat dan fikiranku mulai gak tenang dan hilang semua. Kakak-kakak mengakhiri pemberitahuan dan waktunya untuk pulang. Sampai di rumah aku selalu memikirkan kak Rafa, yang tidak pernah terlepas dari memori otakku. Sungguh aku sangat yakin dengan kak Rafa.

Bertemu setiap hari di sekolah dan diorganisasi membuatku semakin tersiksa untuk menunggu. Menunggu dia untuk membalas perasaanku dan tidak sekedar adik kakak, menunggu untuk bersamanya, menunggu, menunggu, menunggu dan menunggu. Selamanya? Entahlah. Mungkin karena aku ini tak cantik seperti yang dia harapkan. Tapi Inilah kekuranganku, aku tidak cantik. Ku akui itu. Mungkin ia akan berpikir bahwa dia laki-laki yang lumayan diminati banyak perempuan daripada dengan perempuan yang seperti aku, apa kata dunia? Apa kata-kata teman-temannya nanti? Apa kata orang-orang yang mengenalnya? Mungkin, karena sikap cuek dan juteknya itu yang membuatku untuk selalu penasaran dengannya. 

Sempat protes pada Allah, kenapa aku tidak diberikan wajah yang cantik, Haha. Tidak bersyukur? Mungkin begitu sebutannya. Tapi kembali sadar, dan beristighfar. Tapi, kenapa? Atau mungkin bukan wajahku yang diubah tapi hatinya yang perlu diganti sehinggaa mau melirikku. Sepertinya, harus kedua kemungkinan di atas yang harus dilakukan. hatinya diganti dan wajahku juga diganti, haha. Aku selalu tau siapa saja perempuan-perempuan yang dekat dengannya, itu rasanya sakit banget, nyesek dehh. Bahkan pernah suatu hari ketika aku masih di sekolah sakit yang aku derita sedang kambuh. 

Dia menemani dan memegangi tanganku. Aku sangat merasa nyaman dengan apa yang dia lakukan, bahkan aku merasa kalau dia sangat khawatir dengan keadaanku. Tapi dihari itu juga aku mendengar kabar bahwa dia sedang dekat sama temen perempuan sekelasnya. Bagaimana keadaanku? Jangan ditanya lagi, GALAU :D pupus harapanku untuk mendapatkannya, pupus harapan untuk menjadikan aku dan dia menjadi KITA. Berakhir sudah penantian ini. Banyak orang mengatakan bahwa cinta itu tak harus memiliki, mungkin. 

Ada juga yang mengatakan jika dia bahagia maka kita juga bahagia meskipun tak bersama kita, TIDAK. Jodoh pasti bertemu, :D menghibur diri. Tapi kenyataannya aku menangis hingga aku tak tau berapa banyak air mata yang aku keluarkan. Dan detik itu juga mulai sedikit menjaga jarak dengannya, tapi apa daya, hati ini selalu berkata lain. Tapi aku berusaha untuk menjauh darinya karena aku tidak ingin merasakan sakit untuk yang kesekian kalinya. Jika menyukainya adalah sesuatu yang salah, mengapa aku diberikan rasa seperti ini terhadap dirinya. Apakah ini suatu ujian untukku? Jika iya, rasa ini adalah ujian terberat yang pernah ku rasakan. Memendam perasaan ini sendiri dan menunggu sesuatu yang tak pasti. CINTA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun