Mohon tunggu...
Alvin Yusro Al Hijry
Alvin Yusro Al Hijry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Lampung. Buku, kopi, dan bertukar pikiran adalah rutinitas harian.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Menyemai buku di Nusantara

6 Juni 2024   23:20 Diperbarui: 7 Juni 2024   23:55 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agaknya tulisan ini sudah cukup banyak diulas oleh orang lain. Namun disini penulis coba memberikan sudut pandang praktis dari sisi mahasiswa medioker (baca: tidak menonjol di perkuliahan). Buku merupakan salah satu media sarana penyebaran kelimuan tertua yang masih digunakan hingga abad 21 hari ini. 

Sebelum adanya teknologi mesin cetak kertas untuk pembuatan buku secara masal yang ditemukan oleh Gutenberg pada abad XV masehi, ditarik lebih jauh lagi pencatatan tulisan dilakukan secara manual pada media yang bisa digunakan untuk menyimpan tulisan. 

Misalnya, di semenanjung Arabia lazim menulis pada pelepah kurma dan kulit hewan, di Tiongkok sudah menggunakan kertas yang berasal dari pulp bambu, di Afrika Utara khususnya sekitar Mesir menggunakan media papyrus, dan lain-lain.

Dissruption era telah membawa banyak hal kemajuan dalam segala bidang, termasuk dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Namun menyisakan masalah baru, yaitu kemampuan dasar manusia yang sudah mulai luntur sebab banyak "dimanjakan" oleh kemudahan teknologi. 

Salah satunya adalah untuk menelaah secara mandiri dan berdiskusi, terkait apa yang ada dalam tulisan di buku. Sebab, kita seringkali hanya membaca judul "clickbait" maupun kesimpulan tulisan saja, yang terkadang menggiring opini. Hal ini cukup memprihatinkan, bahkan dikalangan mahasiswa dan pelajar di Indonesia itu sendiri.

Menurut data yang dihimpun pada tahun 2022, minat baca masyarakat Indonesia berada pada level yang "menyedihkan" yaitu 0,001 persen. Artinya dari setiap 1000 orang, hanya 1 orang yang memiliki minat rutinitas membaca. 

Tidak usah membandingkan dengan negara "gila baca" macam Jepang, dengan negeri jiran pun kita perlu berbenah untuk bersaing. Tapi hal ini tidak bisa kita salahkan pada masyarakat sepenuhnya. Kami meyakini, banyak masyarakat yang memiliki minat baca namun terbentur oleh kemampuan daya beli itu sendiri. Sudahlah gaji mungkin "pas -pasan" eh harus ditambah beli buku, alamak!

Ditambah pula, rasio harga buku dengan penghasilan rata-rata orang Indonesia yang tidak seimbang sehingga terkesan mahal, setidaknya dalam pandangan kami yang awam ini. 

Sebagai contoh sederhana "itung-itungan" kasar yang kami dapati, gaji harian rata-rata orang Inggris kurang lebih sekitar 134 Poundsterling, atau sekitar 2, 7 juta Rupiah. 

Dengan harga buku bacaan yang kami dapatkan diharga rata-rata 14 Poundsterling, atau sekitar 290 ribu Rupiah. Artinya, dari gaji kerja satu hari penuh bisa membeli 7 sampai 9 unit buku bacaan. Bandingkan dengan di Indonesia, ambil contoh gaji UMR bulanan kota Bekasi yang sebesar 5, 3 juta Rupiah.

Apabila dibuat penghasilan rata-rata harian adalah sekitar 219 ribu Rupiah, dengan harga buku sekitar 60 ribu sampai 100 ribu Rupiah, maka hanya bisa mendapatkan 2 sampai 3 unit buku saja dari total gaji harian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun