Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak (id.Wikipedia.org). Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2016 mencapai 7,02 juta orang atau 5,5 persen (tempo.co , 4 Mei 2016) dan angka ini menurun dibandingkan dengan Februari 2015 yang mencapai 5,85 persen.
Menjadi seorang pengangguran merupakan sebuah momok yang sangat menakutkan bagi banyak orang terlebih untuk mereka yang fresh grad. Ketika toga sudah disematkan ketika wisuda, impian dan harapan memuncak dan ingin melakukan hal-hal yang sangat besar. Akan tetapi setelah satu/dua minggu kemudian harapan tersebut seolah-olah hilang bak langit runtuh. Ketatnya persaingan pencarian kerja menjadi sebuah realitas yang tidak dapat dielakkan. Hal ini terbukti dari banyaknya orang yang menghadiri acara Job fair sehingga rela untuk mengantri berjam-jam untuk memasukkan CV ke perusahaan. Selain itu, seorang fresh grad juga harus menerima kenyataan bahwa banyak sekali karir yang tidak sesuai bidang keilmuan ketika lulus. Kenyataan ini menjadi sebuah kegalauan, antara merasa menyia-nyiakan ilmu yang didapat atau kebutuhan finansal untuk hidup.
Alhasil alasan pengangguran pun menjadi beragam. Ada yang memang kurang skill / Bahasa asing, mempertahankan idealisme untuk bekerja sesuai dengan bidang ilmu, gaji yang ditawarkan oleh tidak sesuai keinginan, atau menginginkan masuk ke BUMN atau menjadi PNS. Semua alasan tersebut sah-sah saja, hanya saja sering label PENGANGGURAN menimbulkan rasa malu yang mendalam, terlebih saat kumpul dengan keluarga besar atau teman-teman kuliah. Pertanyaan yang selalu diajukan oleh orang lain adalah “Bekerja dimana sekarang?” dan tentu mengulangi jawaban pengangguran terasa sangat berat. Pengangguran mengalami depresi dan mengisolasikan diri untuk menghindari rasa malu tersebut.
Waktu menjadi pengangguran adalah yang paling berharga, karena waktu ini bebas untuk melakukan aktivitas tanpa adanya tanggung jawab yang mengikat. Memang kondisi keungan tidak “sehat” tetapi kesempatan untuk memperbaiki diri sangat tepat disaat pengangguran. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
- Belajar Bahasa asing
Globalisasi sudah sangat kuat memengaruhi perekonomian. Wajib mengerti Bahasa asing untuk meningkatkan kemampuan diri - Menekuni Hobi
Membaca buku, menulis, travelling,memancing, memasak, atau apapun hobi bisa dikakukan. Tentu saja lebih baik kalau hobi tersebut produktif dan jangan berlebihan - Menjadi Volunteer, aktif di tempat ibadah, dan mengikuti kegiatan keagamaan
Memperbesar koneksi dan ikut membantu untuk meringkankan beban orang lain. Pengabdian kepada masyarakat dan tempat ibadah dapat dilakukan saat waktu pengangguran - Bersosialisasi dengan teman-teman lama
Terkadang kesalahan seorang pengangguran adalah mengisolasi diri, sedangkan seharusnya menambah banyak koneksi karena bisa saja teman lama justru menawarkan pekerjaan - Menjadi freelance
Menjadi pekerja lepas merupakan kegiatan yang dapat dilakukan untuk menambah kantong kering. Banyak yang bisa dilakukan mulai dari menulis, fotografi, atau desain
Menjadi pengangguran tidak sehina yang dibayangkan. Tidak usah peduli apabila ada orang yang mencibir, selama tidak merugikan orang lain sah-sah saja menjadi pengangguran.
“Dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?” ― Pramoedya Ananta Toer. Beranilah selama menjadi pengangguran.
Semangat terus untuk pengangguran dalam berjuang mencapai cita-cita. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H