Mohon tunggu...
Benedicta Alvinta Prima
Benedicta Alvinta Prima Mohon Tunggu... Freelancer - Do my best

Berpengalaman sebagai jurnalis selama hampir 8 tahun. 5 tahun sebagai mahasiswa jurnalistik dan 3 tahun sebagai jurnalis di dua media yaitu internship Tempo.co dan wartawan Harian Kontan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Cover Both Side pada Media Online

15 April 2016   08:19 Diperbarui: 15 April 2016   08:31 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

“Menjadi seorang jurnalis itu harus bisa memberikan informasi yang benar, jangan memihak pada siapapun. Semua kode etik jurnalistik harus bisa dipegang teguh. Sebab melalui jurnalis, kebenaran bisa terungkap dan keadilan bisa diperjuangankan,”

Selama saya menempuh pendidikan jurnalistik tiga tahun ini,kurang lebih beginilah wejangan yang selalu muncul sebelum, selama dan sesudah kelas. Jurnalis menjadi profesi yang penting bagi masyarakat untuk menyampaikan informasi.  Maka jurnalis memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan berita yang benar, data sudah terverifikasi, narasumber kredibel dan berimbang.  

Andreas Harsono dalam bukunya “A9ama Saya Adalah Jurnalisme” juga menjelaskan bahwa kesetiaan kepada kebenaran inilah yang membedakan wartawan dengan juru penerangan atau propaganda. Setiap orang memiliki kebebasan untuk berbicara walaupun isinya adalah propaganda atau menyebarkan kebencian. Sedangkan seorang jurnalis dituntut untuk menyebarkan informasi yang benar dan bukan propaganda.

Ya, Bill Kovach dalam bukunya “The Elements of Journalism: What Newspeople Should Know and The Public Should Expect” menegaskan bahwa seorang jurnalis harus memiliki sembilan elemen jurnalisme dalam dirinya: berpegang pada kebenaran, disiplin melakukan verifikasi, independen, menyambung lindah bagi yang tertindas, menjadi forum diskusi bagi publik, narasi harus mengikat dan relevan, proporsional dan komprehensif dan jurnalis harus mendengarkan hati nuraninya. Berdasarkan penjabaran Bill Kovach, tanggung jawab seorang jurnalis dalam menyampaikan informasi tentu sangat besar.

Jurnalis menjadi gatekeeper informasi bagi warga. Selain harus menyampaikan informasi yang benar, jurnalis juga dituntut untuk menjaga tidak terjadi konflik akibat informasi yang dibuatnya. Dalam hal ini, penjabaran luas tadi mengerucut pada dua hal: Kebenaran dan Keberimbangan.

Dua hal ini dalam media konvensional, utamanya media cetak benar-benar diperhatikan. Jangka waktu yang lumayan panjang – deadline pukul tiga sore setiap harinya – membuat verifikasi data benar-benar hal yang sakral sebelum berita naik cetak. Lalu, bagaimana dengan kehadiran internet yang membuat jurnalisme baru yang mengutamakan kecepatan?

Dalam media konvensional, jurnalis harus melalui tahap pengumpulan berita, penulisan berita, editing berita, dan layouting. Posisi jurnalis dan editor dibedakan dalam media konvensional membuat sebuah berita akan terus mengalami penyaringan sebelum akhirnya naik cetak. Media konvensional mengutamakan verifikasi sebab dalam memperbaiki beritanya yang salah, mereka membutuhkan keesokan harinya. Sehingga apabila terjadi kesalahan, perbaikan tidak dapat segera disampaikan.

Karakteristik ini justru memberi keuntungan pada media konvensional untuk membuat isi berita cover both side (berimbang). Mereka memiliki waktu untuk mengkonfirmasi suatu kejadian kepada dua pihak yang berbeda.  Sedangkan media online atau jurnalisme online mengutamakan kecepatan berita. Kecepatan ini membuat media online sering kali kesulitan dalam memverifikasi data dan melakukan keberimbangan.

Sistem jaringan sebuah internet membuat masyarakat bisa mendapatkan informasi dengan cepat. Media online yang tercepat menyampaikan berita akan mendapatkan perhatian utama dari masyarakat. Paul Bradshaw dalam bukunya menjelaskan bahwa kecepatan menjadi kunci kualitas jurnalisme saat ini. Media bersaing untuk menjadi yang tercepat dalam memberikan berita paling cepat. Bila mereka tidak dapat menyampaikan berita yang paling cepat, maka mereka akan berusaha memberikan foto kejadian yang paling cepat.

Kecepatan ini didukung dengan tidak adanya batas fisik dalam memproduksi berita. Ibarat sebuah ruangan produksi di kantor, media konvensional memiliki tembok pemisah antara si penulis berita dengan si penyunting berita. Sedangkan media online tidak memiliki ruang-ruang dengan tembok pemisah. Dalam dunia media online, seorang jurnalis bisa melakukan pengumpulan berita, produksi dan distribusi dengan simultan.

Pada suatu kesempatan berkunjung ke Antara News, pihak Antara memberikan penjelasan sistem kerja mereka secara online dengan karakteristiknya yang serba cepat tetapi bisa tetap menjadi sumber berita bagi media lainnya. Dalam prakteknya, jurnalis Antara yang sedang berada di suatu tempat kejadian akan menuliskan satu kalimat informasi. Info yang mereka tulis akan mereka kirim ke kantor, kemudian dipublish di website. Informasi ini akan terus diperbaharui seiring dengan informasi yang semakin lengkap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun