Mohon tunggu...
alvinowicaksono
alvinowicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik program studi Administrasi Publik Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengurangi Volume Sampah yang Masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Strategi Preventif melalui Partisipasi Masyarakat

8 Januari 2025   01:20 Diperbarui: 8 Januari 2025   01:19 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto:ANTARA/Indra 

Dewasa ini, persoalan manajemen limbah menjadi salah satu keresahan kita. Banyak faktor yang mempengaruhi persoalan ini. Mulai dari bad habit masyarakat sampai lemahnya pengelolaan limbah. Salah satu fenomena yang terjadi adalah overload pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA Benowo di Surabaya, mungkin cukup menjadi salah satu gambaran dari fenomena ini. Overload yang terjadi berimbas terhadap pembengkakan biaya dan dampak lingkungan yang serius. Dikutip dari suarasurabaya.net, Buchori Imron, Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya menyebut, batasan volume penampungan TPA Benowo 1.000 ton per hari, namun hasil tumpukan sampah dari berbagai Tempat Pembuangan Sampah (TPS) mencapai 1.500 hingga 1.700 ton. Imbasnya, tipping fee yang dibayarkan pemerintah ke pihak pengolah sampah melebihi kesepakatan yaitu 1.000 ton, sehingga jumlah di atasnya dikenakan harga lebih mahal.

Hal ini ternyata dapat diatasi dengan strategi preventif melalui partisipasi masyarakat. Melalui hal sesederhana memilah sampah dari rumah hingga menjadikan sampah bekas sebagai produk yang memiliki nilai guna bahkan nilai jual. Tak hanya berdampak pada pencegahan kerusakan lingkungan, strategi ini juga akan berperan dalam mengembangkan sektor ekonomi kreatif. Salah satu contohnya adalah produk ekonomi kreatif berupa tas yang terbuat dari sampah bekas. Memanfaatkan sampah bekas khususnya plastik yang akan dipotong menjadi beberapa bagian dan disatukan menjadi bagian yang utuh. Nantinya sampah bekas ini akan menjadi suatu produk ekonomi kreatif yang memiliki nilai jual. 

Menyusun konsep dari produk tentunya menjadi langkah awal dalam proses pembuatan produk ini. Dilanjut dengan mengumpulkan bahan sesuai kebutuhan dari konsep yang telah ditentukan sebelumnya. Kali ini, mari ambil contoh produk ekonomi kreatif tas. Dengan melipat serta memotong sampah plastik yang ada, dilanjut dengan menganyam atau merekatkannya menjadi satu bagian besar, maka kita baru saja membuat suatu produk ekonomi kreatif berupa tas dari sampah bekas. Pemasaran produk akan menjadi awal dari pengembanagn sektor ekonomi kreatif. Dengan begitu produksi dengan jumlah yang lebih besar bisa dilaksanakan. 

Ini akan menciptakan suatu habit baru di masyarakat. Tak hanya itu, dengan ini upaya dalam mengurangi kerusakan lingkungan akibat dari overload-nya TPA bisa diatasi. Menciptakan suatu nilai dari sampah bekas merupakan ide yang cukup menarik. Pasalnya kita juga akan turut serta dalam pengembangan pada sektor ekonomi kreatif. Dengan begitu diharapkan volume sampah yang masuk ke TPA bisa berkurang. Upaya ini harus dimulai dari lingkup terkecil. Dengan bantuan serta bimbingan dari para stakeholder pemerintah yang ada, upaya ini akan menjadi jawaban atas persoalan yang ada. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun