Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau, yang menyebar di sekitar khatulistiwa, yang memberikan iklim tropis sehingga tanah di wilayah tersebut cukup subur untuk membangun keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati tersebut tidak hanya berfungsi sebagai keindahan alam yangdapat memanjakan mata tapi juga sebagai investasi masa depan untuk anak cucu kita nanti. Salah satu keuntungan memiliki kekayaan alam yang subur adalah dapat mencegah hal-hal yang tidak dingiinkan. Diantaranya, mencegah terjadinya tanah longsor, kekeringan, dan juga bencana banjir. Khususnya, di wilayah perkotaan seperti DKI Jakarta.
DKI Jakarta memiliki sangat banyak permasalahan yang kompleks, salah satunya permasalahan mengenai lingkungan hidup. Sebagai negara ibukota, sangat banyak warga yang selalu berdatangan tiap tahunnya untuk mengadu nasib. Banyaknya jumlah penduduk diiringi dengan meningkatnya jumlah kebutuhan pokok yang semakin lama semakin memperburuk kondisi alam hijau di Jakarta.
Penulis telah tinggal di Jakarta sejak lahir, tepatnya di wilayah KebonJeruk, Jakarta Barat. Kondisi lingkungan di wilayah ini masih menunjukkan warna yang hijau berseri membuat yang melihatnya rela hati walau tetap tak bisa dipungkiri bahwa Jakarta yang penulis lihat sekarang telah berbeda dengan Jakarta yang penulis lihat belasan tahun lalu. Dan Jakarta akan terus berubah seiring dengan perkembangan waktu.
Padasaat dulu, penulis sungguh mengagumi kekayaan alam Indonesia,hamparan hutan yang luas, tanah yang subur, kekayaan laut yang melimpah, pegunungan yang indah, serta warna hijau yang dapat membuat mata puas. Namun, pada saat ini penulis semakin sadar bahwa keindahan itu tidak akan berlangsung lama jika tidak di jaga dengan baik. Maka, sebagai warga negara yang baik sudah menjadi tanggungan kita untuk menjaganya.
Penulispunya sedikit cerita, suatu hari penulis sedang menikmati liburan panjang perkuliahan, bersama dengan sanak saudara, penulis mengunjungi kota Tegal sebagai destinasi wisata. Namun hal yang sungguh mengejutkan terjadi ketika dalam perjalanan, terdapat sebuah gunung yang dijadikan sebagai area pertambangan, yang mengejutkan adalah gunung yang seharusnya bisa menjadi habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna justru diratakan dengan tanah sehingga tidak meninggalkan sisa kehidupan disana. Sungguh miris.
Sepulangnya liburan, ketika menginjakkan lagi kaki di kota kelahiran, penulis seakan-akan rindu dengan keindahan alam di area pegunungan. Sedikit berangan seandainya wilayah ibukota bisa se-asri itu pastilah makhluk hidup yang menempatinya bisa dikatakan hidup layak.Â
Terkadang ada sedikit tanya dalam hati, semenjak penulis masih kecil seringkali diajarkan sewaktu sekolah untuk menjaga lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, ikut bergotong-royong membersihkan lingkungan, tidak melakukan tebang liar, menyayangi sesama makhluk hidup termasuk hewan dan tumbuhan, serta mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, yang membuat saya bingung adalah apakah mereka di luar sanatidak diajarkan hal yang sama sehingga dengan mudahnya melakukan tebang liar demi kepentingan pribadi ? apakah mereka di luar sana tidak diajarkan untuk menjaga keasrian alam sehingga senantiasa membuat Jakarta kotor dengan membuang sampah pada saluran air? Atau apakah mereka tidak bisa membedakan antara "saluran pembuangan"dengan "tempat sampah" ?
Hal lain yang membuat saya heran adalah sudah bertahun-tahun upaya pemerintah menghijaukan Jakarta, membuat Jakarta bersih dan layak untuk dinikmati, tapi mengapa masih banyak sampah yang tidak sesuai dengan tempatnya sehingga membuat Jakarta semakin kotor? Apakah mereka perlu terkena dampak negatifnya agar sadar betapa indahnya Jakarta yang bersih?
Pada saat ini Jakarta sedang mengalami berbagai rombakan tatanan kota,termasuk terkait dengan kebersihan lingkungan. Beberapa di antaranya adanya pelebaran saluran air, pengerukan saluran pembuangan yang dilakukan dengan alat ataupun manual, dan berbagai usaha penghijauan lainnya, tapi itu semua tidak akan membuat Jakarta tetap hijau jika tidak adanya kesadaran di berbagai elemen masyarakat Jakarta.
Untuk apa sekolah bertahun-tahun jika tidak bisa membaca termasuk larangan membuang sampah sembarangan yang sudah sering ada di sudut kota Jakarta ? Untuk apa sekolah bertahun-tahun jika tidak bisa memanfaatkan tempat yang seharusnya bersih dengan baik ? Untuk apa sekolah bertahun-tahun jika hanya bisa berdalih atas perbuatan yang telah merugikan sebagian hak masyarakat untuk tetap hidup dalam keindahan ?