Mohon tunggu...
Alvin Morteza
Alvin Morteza Mohon Tunggu... -

www.mymorteza.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

DPR: Jika Tak Sepakat Pengalihan Inalum dari Asing ke BUMN, Perlu Dipertanyakan Nasionalismenya

13 Agustus 2015   11:22 Diperbarui: 13 Agustus 2015   11:38 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sudah menunjukkan sumbangsihnya terhadap Indonesia sejak diambil alih dari tangan Jepang 2013 lalu. Di antara yang paling besar adalah kontribusinya berupa pemasokan listrik dalam jumlah besar ke PT PLN di wilayah Sumatera Utara.

Namun begitu, belum dua tahun berjalan, sudah muncul pihak-pihak yang mencoba mempertanyakan motif pengalihan Inalum dari tangan Jepang menjadi milik BUMN tersebut. Mereka mencoba melakukan penyelidikan terkait peralihan tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Heri Gunawan mengaku heran. Sebab selama ini, upaya perebutan perusahaan plat merah dari tangan asing tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Hal itu belum proses negosiasi yang dilakukan, antara pemerintah dan DPR, sehingga memutuskan pengambilalihan aset bangsa, yakni Inalum dari asing.

Oleh karenanya, saat ini kata dia, tak perlu dipertanyakan lagi motivasinya. Bila ada yang masih mempertanyakan, patut ditanya maksud dan tujuan, serta nasionalismenya.

"Kenapa Inalum diambil alih dari Jepang ada yang enggak sepakat, kan itu bagus dimana aset Inalum menjadi milik bangsa ini. Dan kalau ada orang yang tidak sepakat maka perlu dipertanyakan nasionalismenya," kata Heri saat dihubungi, Kamis (13/8/2015).

Oleh karenanya, politisi Partai Gerindra ini mengapresiasi langkah pemerintah yang mengalihkan status PT Inalum menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 2013 lalu.

"Kita apresiasi status Inalum yang menjadi BUMN dan akan berdampak positif nantinya," jelasnya.

Diketahui, secara de facto, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN terjadi pada 1 November 2013, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Induk antara Pemerintah Indonesia dengan Konsorsium Perusahaan asal Jepang tersebut.

Perjanjian yang berlangsung pada 7 Juli 1975 menyebutkan, Inalum awalnya dimiliki pemerintah Indonesia sebesar 41,13 persen, sedangkan Jepang menguasai 58,87 persen saham yang dikelola Konsorsium Nippon Asahan Aluminium (NAA). Selaitu dalam perjanjian itu disebutkan bahwa kontrak kerjasama selesai pada akhir Oktober 2013.

Oleh karenanya, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN terjadi pada 1 November 2013. Sedangkan pemutusan kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan Konsorsium Perusahaan asal Jepang berlangsung pada 9 Desember 2013, dan secara de jure Inalum resmi menjadi BUMN pada 19 Desember 2013 setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang dimiliki pihak konsorsium. PT Inalum (Persero) resmi menjadi BUMN ke-141 pada tanggal 21 April 2014 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun