2 Desember 2015 lalu, Kedataan Besar Jepang di Indonesia membuka konsultasi lowongan pekerjaan di gedung Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan- Jakarta Selatan. Berdasarkan pada Perjanjian Kemitraan Ekonomi Jepang- Indonesia, hal ini dilakukan untuk mendukung dan menampung para mantan perawat dan tenaga medis Indonesia yang ingin bekerja kembali di Jepang. Acara tahun ini adalah yang kelima kalinya. Diikuti oleh 30 orang calon pegawai yang telah pulang ke Indonesia dan juga 25 perusahaan. Baik perusahaan Jepang maupun perusahaan industri peralatan kesehatan.
Banyaknya calon pekerja yang pulang kampung itu dikarenakan gagal ujian negara, atau karena permintaan keluarga. Santi (36), salah seorang calon pekerja, berkunjung ke Jepang tahun 2009, menikah tahun 2012 dan kembali ke Indonesia setahun berikutnya. Alasan ia ingin kembali bekerja di Jepang karena ia belum lulus ujian perawat dan pengembangan kemampuan berbahasa Jepangnya.
Dari pihak perusahaan Jepang peserta, menurut mereka para calon juga harus memperhatikan budaya serta kebiasaan orang Jepang. Perusahaan permesianan asal Australia telah mengekspor berbagai macam mesin-mesin kedokteran ke Indonesia sejak 30 tahun sebelumnya.
Dan tahun lalu merupakan pertama kalinya mereka mendirikan perusahaan Di Indonesia. Seorang direktur, Umazama Mitsu mengatakan, “Kami membutuhkan staff medis dan perawat dari Indonesia yang pernah punya pengalaman di Jepang.”
Masalah rendahnya jumlah orang yang menetap di Jepang untuk bidang pekerjaan yang sama telah berusaha diatasi, selain itu banyak pula para calon pegawai yang ingin kembali ke Jepang.
Diah (34 tahun), telah lima tahun bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia di rumah sakit Obihiro, Hokkaido. Tahun 2009 ia pergi ke Jepang dan dirinya lulus ujian negara di bidang keperawatan pada tahun 2012. Tahun ini ia pulang ke Indonesia, namun Januari tahun depan akan kembali lagi ke Jepang sebagai perawat di rumah sakit di Tokushima. Dengan kembali ke Jepang, menurutnya bisa bekerja dan menggunakan bahasa asli setempat.
“Hidup di Jepang lumayan mudah, demikian juga gaji yang baik. Selain itu, pola pikir orang Jepang dan Indonesia berbeda. Jika di Indonesia, perawat seringkali bertugas menuruti segala permintaan pasien. Sedangkan kalau di Jepang perawat bertugas membantu merawat, menyembuhkan dan merehabilitasi kesehatan pasien. Performa itulah yang benar-benar diharapkan pasien.” Begitu katanya.
Saeful (40 tahun), adalah salah seorang yang ingin kembali ke Jepang. Tahun 2010 ia pergi ke Jepang sebagai tenaga medis, dan mengikuti ujian negara di bidang keperawatan, namun gagal. Dan tahun ini ia pulang kampung. Ia sudah mendaftarkan diri untuk ujian tahun depan. “Saya ingin kerja di perusahaan Jepang lagi agar bahasa Jepang saya tidak hilang. Teknologi di sana serba baru, dan lingkungannya pun baik. Saya harap bisa tinggal di Jepang bersama keluarga. ” Kali ini ia memprioritaskan untuk bekerja di Indonesia, namun berikutnya ia ingin menyekolahkan kedua anaknya di tingkat SMP dan SMA ke Jepang.
Sejak dibuka pertama kali pada tahun 2008, terdapat 547 calon perawat dan 966 tenaga medis, sehingga totalnya ada 1513 orang. Peserta yang lulus ujian perawat ada 98 orang dan yang lulus ujian tenaga medis 214orang, dan total keseluruhan ada 312 orang.
Para kandidat ini pasti mengabarkan kepulangannya kepada pemerintah Jepang setelah mereka mengunjungi negara itu, namun banyak pula yang tidak dapat dihubungi. Alasan mereka pulang kampun ada beberapa. Yaitu gagal mengikuti ujian, menikah, alasan keluarga, dan lain-lain. Sampai hari ini jumlah mengenai para kandidat Indonesia yang pulang kampung dan bekerja di negaranya sulit dipastikan. Ada pula yang baru saja pulang kampung kemudian ingin kembali ke Jepang lagi.
Di lain sisi, para kandidat baru, berbagi informasi tentang lingkungan, pekerjaan di Jepang, dan lain-lain melalui korespondensi atau aplikasi “Line” dengan kandidat lainnya yang sudah pernah ke Jepang. Para kandidat sebaiknya melakukan pengecekan tujuan mereka ke Jepang, rumah sakit tempat dimana mereka akan bekerja, dan lain-lain.