Setelah puas melihat-lihat kupulan foto di museum, saya memutuskan untuk pergi ke bangunan di sampingnya. Bangunan di sekitar museum “HoS” terdiri kafe, galeri kesenian, sebagian kecil pabrik rokok yang masih beroperasi dan garasi mobil.
Di garasi sekitar museum HoS, terparkir dua unit mobil yang salah satunya bermerk Roll Roys keluaran tahun 1970. Menurut prasasti yang terpasang di situ, mobil ini dirakit di Singapura dan masih bisa berfungsi dengan baik. Namun tentunya saya tidak berniat melakukan tes mesin untuk membuktikan keabsahan prasasti tersebut. hehehe....
Tepat di samping garasi mobil ada sebuah ruangan lagi yang mana tersimpan bernuansa Tiongkok. Dua orang berjaga di meja yang sepertinya adalah meja penerima tamu. Ruangan itu tidak terlampau besar dibandingkan dengan gedung utama. Tetapi rasanya cukup untuk segera menyimpulkan bahwa Tuan Liem tetap memelihara tradisi moyangnya meskipun sudah lama bermukim di Indonesia.
Saya pun bergeser ke ruang galeri kesenian. Di dalamnya terdapat banyak lukisan indah yang tertata rapi di dinding. Selain itu ada juga beberapa kain batik yang hanya boleh dilihat, sedangkan tidak untuk disentuh. Ada juga beberapa manekin yang menggambarkan kekuatan armada tempur kerajaan Majapahit. Menariknya, segala sesuatu yang ada di ruangan ini sebenarnya tidak boleh difoto, namun tidak ada seorang pun yang mengawasi di situ. Hanya seorang penjaga pintu yang berjaga di luar. Sepi sekali suasanyanya.
Ruangan inilah yang menjadi tempat terakhir perjalanan saya. Saya sudah cukup puas menyaksikan riwayat kedigdayaan bisnis seorang mantan buruh rokok yang kemudian menjadi pengusaha rokok kretek , Liem Seeng Tee.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H