Mohon tunggu...
Alvin Koloway
Alvin Koloway Mohon Tunggu... lainnya -

Freelance Translator Japanese-Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menyusuri Sejarah Bisnis Keluarga Sampoerna (Bagian I)

24 Mei 2015   00:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:40 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_367350" align="aligncenter" width="240" caption="Kiri- Siem Tjiang Nio (Alm) dan Kanan- Liem Seeng Tee (Alm). Pasangan pendiri PT Sampoerna"][/caption]

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia matimeninggalkan nama. Begitulah kata pepatah lama. Yang artinya kurang lebih, manusia mati meniggalkan jasa baik yang akan dikenang oleh orang lain.

Jalan kota Surabaya telah membawa saya menysuri kota lama yang terletak di Surabaya utara. Di tempat inilah kita dapat menjumpai banyak sekali peninggalan arsitektur bangunan Belanda. Salah satunya adalah “House of Sampoerna”. 

“House of Sampoerna” atau yang lazim disebut “ HOS” beralamat di jalan Taman Sampoerna nomor 6, Surabaya. Tepat di seberang bekas bangunan penjara Kalisosok. Di bangunan megah inilah para pengunjung dapat mengamati sejarah industri rokok perusahaan keluarga Sampoerna. 

Memasuki ruangan pertama di bekas bangunan yang dahulunya adalah pabrik rokok tersebut, kita akan disuguhi barisan foto keluarga pendiri PT Sampoerna yaitu Liem Seeng Tee dan Siem Tjiang Nio. Di sisi lain ruangan tersebut dipajang beberapa contoh cengkih dan tembakau yang berasal dari beberapa daerah. Diantaranya tembakau yang berasal dari tanah Jawa, Manado, dan Zanzipar. 

Di ruangan kedua, tertata rapi foto-foto proses produksi rokok di masa lampau. Terlihat di situ, para karyawan yang kebanyakan adalah kaum hawa pada masa itu memakai pakaian adat jawa selama bekerja. Berbeda dengan karyawan masa kini yang memakai seragam. Selain foto-foto proses produksi, anda juga bisa melihat foto-foto komisaris utama PT Sampoerna dalam kurun waktu tiga tahun. Yaitu tahun 2002 hingga 2005.

Ruangan terakhir adalah ruangan ketiga. Di sini Anda bisa mengambil foto sebagai kenang-kenangan telah berkunjung ke House of Sampoerna. Di ruangan itu ada replika delman, replika lapak rokok yang bertuliskan “Dji Sam Soe”. Saya harap pengunjung tidak berminat makan aneka makanan ringan yang tersaji di situ. Karena memang itu hanya bungkus panganan berisi steroform. Adapula seragam marching band

Bangunan utama museum Rumah Sampoerna tidak terlampau luas untuk diitari. Namun dibutuhkan berlembar-lembar kertas untuk bisa menceritakannya. Sebab selain ruangan bawah yang sudah kita kelilingi tadi, masih ada ruang lantai dua atau ruang atas.Ruang atas merupakan tempat menjual aksesoris dan berbagai cinderamata. Meliputi kaos oblong, gantungan kunci, kain batik, dan buku sejarah. Anda dapat membelinya sebagai buah tangan untuk sanak saudara di rumah. Di lantai dua pula para pengunjung bisa melihat proses produksi rokok. Tangan-tangan para karyawan begitu terampil dalam melinting rokok. Proses detil pembuatan rokok juga disajikan di layar sentuh yang terpasang di situ. 

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun