Mohon tunggu...
Alvin Cahyo
Alvin Cahyo Mohon Tunggu... Sales - Alvin Putra Dwi Cahyo, Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 2019

Hai, Kenalkan Saya Alvin Putra Dwi Cahyo. Kelahiran Sidoarjo pada tahun 1999. saya bergabung di kompasiana untuk menulis berita & mencari berita sesuai hasil dengan wawancara saya dengan Komunikator.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Berhasil Mengembangkan Soft Skill Mahasiswa dalam Mengembangkan Desa Pringapus, Dongko Trenggalek

7 Januari 2022   18:39 Diperbarui: 7 Januari 2022   19:56 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut sumber cerita dari para sesepuh desa, diketahui bahwa terbentuknya desa pringapus berasal dari riwayat sebagai berikut : Sebelum Desa Pringapus berdiri sendiri, dahulu kala banyak orang yang berbuat jahat, istilah jawa tumindak cendolo utowo apus kromo kang sirnane sarono dipeper utowo di perangi dening wong-wong kang tumindak bener.

Akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa desa tersebut dinamakan "Peringapus". Pering tembung soko peparing, Apus tegese tumindak cendolo. Maka dengan berkembangnya jaman PRINGAPUS. Berdasarkan riwayat tersebut maka daerah ini dikenal dengan nama Desa Pringapus sampai sekarang. Desa Pringapus menyimpan berbagai potensi.

Salah satu potensi desa yang saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal ialah bahan baku pupuk organic berupa kotoran hewan ternak. Hampir 75% penduduk Desa ini merupakan Petani yang juga memelihara ternak berupa kambing. Kotoran Kambing merupakan bahan baku potensial untuk pembuatan pupuk organik yang ramah lingkungan.Kebutuhan Pupuk Petani selama ini masih tergantung pada suplai pupuk yang harganya mahal. Selain itu pupuk yang banyak digunakan merupakan pupuk non-organik atau pupuk kimia. Pupuk kimia sangat riskan mendegradasi kwalitas tanah dan dapat merugikan petani di masa depan.

Dokpri
Dokpri
Unit usaha pertama yang akan dijadikan objek pendampingan Team Wiradesa Umsida adalah Kelompok Seni Kentrung Pringgondani. Kelompok seni musik dan puisi Jawa (geguritan dan macapat). Kelompok seni ini awalnya Kelompok Trebangan Mitoni: sekumpulan santri sepuh (tua) desa yang memainkan musik perkusi untuk mengiringi anak-anak berusia 7 bulan yang dimandikan ke sungai ketika dilakukan uacara mudhun lemah (yaitu ketika anak mulai belajar berjalan). Mereka membutuhkan generasi muda untuk melanjutkan kegiatan seni tersebut. 

Beberapa anggota Karangtaruna Desa Pringapus mulai belajar seni Trebangan Mitoni tetapi belum diizinkan untuk mengiringi upacara mitoni, mereka diizinkan belajar dan memainkan musik tersebut di wilayah wisata Taman Pringgodani. Permainan musik di tempat wisata tersebut menarik perhatian wisatawan. Unit usaha kedua adalah Warung Budaya Pringgodani adalah satu-satunya tempat usaha kuliner yang ada di dalam Taman Pringgodani yang disuport oleh Pemerintah Desa Pringapus dan Perhutani.

Salah satu hal unik adalah setiap pengunjung warung budaya tersebut diizinkan meminta lagu ke kelompok musik Kelompok Seni Kentrung Pringgondani, boleh ikut belajar nembang atau membacakan puisi Jawa. Unit usaha ketiga adalah Jasa Pemandu Wisata Pringgodani. Usaha ini menyediakan kendaraan berupa sepeda motor trail untuk digunakan para wisatawan mengelilingi Taman Pringgodani bahkan mereka diizinkan mencoba tantangan jaalan terjal naik ke atas bukit tetapi dengan pendampingan para (pemandu), yaitu pemuda desa yang sangat memahami medan.

Dokpri
Dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun