Mohon tunggu...
ALVIN AD
ALVIN AD Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanya untuk persyaratan UTS

halo selamat datang

Selanjutnya

Tutup

Bola

Baku Hantam Antar Provinsi

31 Oktober 2021   00:19 Diperbarui: 31 Oktober 2021   01:11 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekan Olah raga Nasional (PON) merupakan festival olahraga yang melibatkan seluruh provinsi di tanah air. Festival olahraga ini diselenggarakan setiap 4 tahun sekali dan pada bulan oktober tahun 2021, Provinsi Papua menjadi tuan rumah dari pagelaran PON yang melibatkan kurang lebih 7.309 atlet nasional dari 56 cabor (cabang olahraga) yang berbeda. Cabor yang tersedia pada PON Papua 2021 antara lain seperti basket, atletik, anggar, angkat besi, voli, dan masih banyak yang lainnya. Satu hal yang membuat PON kali ini terasa berbeda adalah hadirnya cabang olahraga "Esports " yang melibatkan permainan antara lain; Player Unkown's BattleGrounds ( PUBG ), Mobile Legends ( ML ), FreeFire ( FF ), dan Pro Evolution Soccer ( PES ) sehingga PON yang diselenggarakan di PAPUA ini menarik minat banyak kaum muda untuk menyaksikan laga-laga pertandingan tersebut.

Jika berbicara dalam konteks olahraga fisik, sudah menjadi hal yang biasa dan cukup sering terjadi pada setiap pertandingan apabila terjadi sebuah perselisihan baik antar pemain, pemain dengan wasit, atau bahkan antar menejemen tim dimana hal tersebut terjadi apabila salah satu pihak merasa dirugikan pada saat pertandingan berlangsung. Hal serupa pun terjadi pada festival olahraga yang diselenggarakan di Papua ini tepatnya pada cabang olahraga futsal antara Provinsi Jawa Timur kontra Jawa Barat pada laga perebutan tiket menuju semifinal.

Pada laga keras Jawa Barat ( hijau ) kontra Jawa Timur ( Hitam ) terjadi banyak insiden yang melibatkan banyak pihak mulai dari pemain, pelatih, wasit, panitia penyelenggara, bahkan supporter yang ada pada saat itu meskipun tidak terjadi hal yang diluar kendali. Menurut berita yang beredar, salah satu penyebab terjadinya perselisihan antara kedua tim tersebut adalah pengambilan keputusan wasit yang berulang kali keliru sehingga wasit tersebut dianggap berpihak pada salah satu pihak dan pihak lain yang merasa dirugikan naik pitam. Akibat dari kekeliruan tersebut, pertandingan berujung tidak kondusif dan dipenuhi banyak sekali tindakan kasar ( bukan tindakan olahraga ) dan berbagai protes. Setelah melewati berbagai perseturuan antar kedua tim, gim ditutup dengan Jawa Timur yang keluar sebagai pemenang pada laga tersebut.

Melihat dari kejadian tersebut, menurut saya sendiri akan ada banyak sekali spekulasi-spekulasi tentang masalah ini dari berbagai perspektif baik dari pemain, wasit, pelatih, bahkan kita sekalian yang menonton secara tidak langsung melalui media yang menyiarkan pertandingan tersebut. Dan jika ada pertanyaan apakah wasit seratus persen adalah pihak yang bersalah? Bagi saya dari kacamata penonton, hal tersebut semata -- mata hanyalah asumsi yang tidak dapat kita buktikan secara nyata karena sebagai penonton kita hanya melihat berdasarkan apa yang kita lihat tanpa mempertimbangankan faktor -- faktor lain yang mungkin saja terjadi. Sebagai penonton pun baik pendukung tim Jawa Barat maupun Jawa Timur pasti merasakan perasaan kesal ketika tim yang kita dukung dirugikan oleh putusan wasit sehingga secara spontan kita berasumsi bahwa itu adalah murni kesalahan wasit, padahal yang sesungguhnya terjadi belum tentu demikian.

Jika saya melihat dari perspektif seorang pemain, ya tentu saja berada di posisi tim yang dirugikan akan membuat emosi dan pikiran tidak stabil sehingga pengaruhnya sangat besar terhadap apa yang seorang pemain lakukan di lapangan dan yang terjadi biasanya adalah tindakan kasar sebagai salah satu bentuk pelampiasannya. Menurut opini saya apa yang dilakukan para pemain tersebut hal yang cukup memalukan dan seharusnya tidak perlu dilakukan terlebih mereka adalah seorang atlet professional yang dapat dikatakan sudah mengetahui hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di lapangan. Ketika mereka menuntut sebuah sikap sportif dari seorang wasit namun mereka justru secara sengaja mengabaikan sikap sportif tersebut, bukankah itu adalah hal yang bertentangan.? Sikap yang mereka lakukan pun dapat dikatakan tidak sesuai dengan sila kedua pada Pancasila yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradap" karena mereka terbukti melakukan tindak kecurangan selama pertandingan. Dari perbuatan kecil yang mereka lakukan, akan memberikan efek domino yang efek nya berhubungan dengan sila ketiga yang berbicara tentang persatuan. Ketika berbicara mengenai nilai persatuan, seharusnya lewat Pekan Olahraga Nasional ini, jiwa-jiwa muda bersatu padu untuk memeriahkan lewat peran mereka sebagai atlet, namun faktanya tidak demikian jika dilihat dari apa yang sudah terjadi. Menurut saya tindakan yang telah mereka lakukan memicu adanya perpecahan dari berbagai pihak.

Sedikit mengutip kalimat dari 2 Timotius 2:5 yang berkata "Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga" mengingatkan bahwa pencapaian tertinggi seorang atlet adalah  ketika mereka dapat menyelesaikan pertandingan secara sportif dengan mentaati semua peraturan yang ada dan tentunya menghargai setiap perangkat yang terlibat dalam sebuah pertandingan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun